“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus – itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu” Filipi 1: 21-24

Filipi adalah koloni Romawi, dan kota utama salah satu bagian Makedonia, di sini rasul Paulus diarahkan oleh sebuah penglihatan, untuk pergi dan memberitakan Injil; dan yang berhasil membawa pertobatan Lydia, kepala penjara dan keluarga mereka (Kisah 16: 13-40). Pauluslah yang meletakkan dasar sebuah gereja di tempat ini, kepada siapa surat ini ditulis. Kitab Filipi ditulis oleh rasul Paulus ketika dia menjadi tahanan di Roma.
Ayat ini menawarkan beberapa kata yang paling berkesan di seluruh Alkitab: “Bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan.” Ayat ini menampilkan tidak hanya kehendak Tuhan, tetapi juga pilihan manusia. Paulus tidak tahu apa kehendak Tuhan yang belum dinyatakan, tetapi ia tahu bahwa Tuhan senang kalau Paulus masih mau melayani. Karena itu, terlepas dari apakah vonis atas kasusnya adalah hidup atau mati, Paulus akan tetap setia kepada Tuhan. Dia tahu bahwa kehidupan di bumi ini berarti hidup bagi Kristus, tetapi kematian bagi Paulus pribadi, akan lebih baik lagi karena dia akan berada di hadirat Tuhan. Paulus tidak ingin terburu-buru untuk mati, karena penting baginya untuk menyebarkan Injil sejauh mungkin (Filipi 1:22).
Kata-kata ini juga penting untuk memastikan apa yang terjadi pada jiwa orang percaya setelah kematian. Beberapa berpendapat menyatakan bahwa “tidur jiwa” adalah mungkin. Ini adalah pandangan bahwa jiwa orang beriman memasuki keadaan tidak sadar, dan tidak pergi ke surga bersama Tuhan sampai penghakiman yang akan datang. Ayat ini menunjukkan bahwa ajaran seperti itu tidaklah benar. Paulus dengan jelas menyatakan harapannya untuk bersama Kristus pada saat hidupnya di bumi berakhir. Ini adalah pandangan yang juga direfleksikan oleh Yesus ketika Ia mengatakan kepada pencuri di kayu salib bahwa ia akan berada di surga bersama-Nya “hari ini” (Lukas 23:43).
Filipi 1:19–30 memperlihatkan Paulus merenungkan dua keinginan yang bersaing. Di satu sisi, seorang Kristen sejati tentunya ingin melayani Tuhan dan membawa orang lain kepada Kristus melalui hidup cara mereka. Sebaliknya, seorang Kristen sejati rindu untuk meninggalkan penderitaan—ingin bersama Allah dalam kekekalan. Paulus bebas untuk menyatakan pilihannya, tetapi ia juga tahu bahwa Tuhan tentu menetapkan apa yang terbaik bagi-Nya. Karena Paulus dekat kepada Tuhan, ia menyimpulkan bahwa dirinya lebih baik hidup sampai Tuhan memanggilnya pulang, sehingga dia bisa melayani sesamanya untuk memuliakan Tuhan.
Paulus menyatakan adanya dua pilihan dan adanya kehendak Tuhan dan kehendak manusia. Apakah Paulus mempunyai untuk memilih untuk mati? Sudah tentu tidak, Paulus tidak akan berlaku sembrono atau bunuh diri agar ia bisa mati. Itu bukan cara hidup orang Kristen. Tetapi, Paulus memilih untuk terus bekerja, dan untuk itu ia membina semangat hidupnya untuk makin dekat kepada Tuhan. Itu adalah pilihannya yang bertentangan dengan kehendaknya. Paulus juga menyemangati orang Filipi dengan keyakinannya bahwa dia akan dibebaskan untuk melihat mereka lagi. Pengalamannya, baik atau buruk, semuanya menambah kemuliaan Yesus Kristus. Pilihan orang Kristen sejati selalu untuk memuliakan Tuhan melalui hidup-matinya.
Pernahkah Anda memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan untuk diri Anda? Apakah Anda pernah berusaha untuk mencari kehendak-Nya dan bukan hanya memikirkan apa yang Anda ingini? Ataukah Anda tidak pernah memikirkan apa kehendak Tuhan karena Anda yakin bahwa pilihan Anda sia-sia adanya? Bahwa hidup Anda terus berjalan sebagai orang Kristen sekalipun tidak mengalami pergumulan untuk memilih apa yang terbaik untuk Tuhan? Dari Paulus kita belajar bahwa mencari kehendak Tuhan adalah perlu, supaya kita dapat mengambil keputusan tentang yang terbaik di antara dua pilihan yang terlihat baik. Ini lebih sulit dari memilih apa yang baik di antara dua pilihan: baik atau buruk.
Pada saat kita belum bertobat, sebelum lahir baru, kita memang sama sekali kehilangan kemampuan menghendaki harta rohani apapun yang menyertai keselamatan. Maka itu, manusia kodrati kita sama sekali menolak karunia Tuhan dan mati dalam dosa, sehingga kita tidak mampu untuk memilih apa yang baik. Kehendak bebas kita justru membuat kita makin gampang memiilih apa yang buruk.
Sebagai orang percaya, kita sekarang seharusnya adalah ciptaan yang baru. Yang lama sudah lenyap, dan yang baru sudah datang. Bila Allah membuat kita, orang berdosa, bertobat dan memindahkan kita ke posisi sebagai seorang yang telah beroleh rahmat, Dia membebaskan kita dari perhambaan kodrat di bawah dosa; dan oleh rahmat-Nya semata-mata, Ia menjadikan kita mampu menghendaki dan melakukan apa yang baik secara rohani. Mata rohani kita sudah dicelikkan. Tidak boleh ada keraguan akan hal ini; sebab jika kita bimbang, maka kita akan segan memilih tindakan yang terbaik dalam hidup kita untuk memuliakan Tuhan.
Iblis sudah tentu tidak ingin kalau kita bersemangat untuk hidup baik untuk Tuhan. Iblis mungkin selalu mengingatkan bahwa kita adalah orang berdosa. Tiap tiap kali kita ingin berbuat baik, ia akan mengingatkan kita akan berbagai kegagalan pada masa yang lalu. Sebagai akibatnya, mungkin kita merasa tidak mampu untuk memilih apa yang terbaik dalam hidup kita. Padahal Tuhan sudah memberikan Roh Kudus untuk memimbing kita.
Cara Roh Kudus bekerja bukanlah dengan memaksa kita. Karena sebagai manusia pengaruh dosa masih ada dalam kita, kita sering tidak menghendaki apa yang baik; dan bukan hanya itu saja, kita juga masih sering menghendaki apa yang jahat. Karena itu, adalah penting bagi kita untuk tetap bersemangat untuk hidup dalam bimbingan Roh Kudus, dan mau bertanggung jawab untuk memilih yang terbaik dan bertindak. Kelemahan kita bukanlah alasan untuk tidak mau memilih apa yang terbaik untuk kemuliaan Tuhan. Jika kita memang mengakui kedaulatan Tuhan, kita harus tunduk kepada perintan-Nya untuk taat kepada firman-Nya dan hidup untuk memuliakan Dia.