Pengudusan orang Kristen: berjuang atau berserah?

https://youtube.com/watch?v=09LVu2JyXCo&feature=share

“Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.” 2 Petrus 1: 5-7

Jika kita benar-benar orang percaya, maka kita menyadari bahwa kedudukan kita di dalam Kristus dengan sendirinya memisahkan kita dari dunia (1 Petrus 2:9-12). Bagaimanapun, kita memiliki hubungan dengan Tuhan yang hidup! Kemudian, tentunya kita setiap hari harus menjalani kehidupan baik, tidak mencoba untuk “berbaur” dengan dunia, melainkan hidup sesuai dengan Firman Tuhan saat kita mempelajari Alkitab dan bertumbuh di dalamnya. Ini membutuhkan usaha kita, tidak otomatis. Anda kurang yakin?

Mengomentari ayat di atas Calvin berkata: Karena merupakan pekerjaan yang berat dan kerja keras untuk menanggalkan kerusakan yang ada pada kita, Petrus meminta kita untuk berjuang dan melakukan segala upaya untuk tujuan ini. Dia mengisyaratkan bahwa dalam hal ini tidak boleh ada tempat yang diberikan kepada kemalasan, dan bahwa kita harus menaati Allah yang memanggil kita, tidak dengan lambat atau sembarangan, tetapi dibutuhkan kesigapan; seolah-olah dia telah berkata, “Kerahkan segala upaya, dan wujudkan upayamu kepada semua orang.”

Bagi Calvin, bertumbuh dalam kesalehan (pengudusan) adalah kerja keras. Tidak ada tempat untuk kemalasan. Kita harus mengerahkan diri untuk ketaatan dengan kecepatan dan ketekunan. Orang percaya sama sekali tidak boleh pasif dalam penyucian. Namun kemudian, saat mengomentari ayat yang sama, Calvin juga memperingatkan terhadap gagasan bahwa kitalah yang menjadikan gerakan Tuhan dalam diri kita efektif, seolah-olah pekerjaan Tuhan tidak dapat dilakukan kecuali kita mengizinkannya melakukannya. Sebaliknya, “perasaan yang benar dibentuk dalam diri kita oleh Allah, dan diwujudkan oleh Dia secara efektif.” Itu karena semua yang baik berasal dari Tuhan.

Kebijaksanaan, kesabaran, kasih — ini semua adalah karunia Allah dan Roh. Jadi ketika Petrus memberi tahu kita untuk melakukan segala upaya, dia sama sekali tidak menegaskan bahwa ini [kebajikan] adalah dari kekuatan kita, tetapi hanya menunjukkan apa yang seharusnya kita miliki, dan apa yang harus dilakukan. Sekalipun ini jelas, dalam pelaksanaannya kita bisa mengalami banyak masalah yang dimunculkan oleh dua ajaran. Apa itu?

Dua ajaran sesat yang melanda gereja tentang masalah pengudusan selama berabad-abad adalah ajaran sesat Aktivisme (Activism) dan Ketenangan (Quietism). Distorsi kembar ini bersalah karena menghilangkan salah satu kutub paradoks mengenai kedaulatan Tuhan dan tanggung jawab manusia. Dalam aktivisme, karya Tuhan ditelan oleh pembenaran diri manusia. Dalam ajaran ketenangan, perjuangan manusia diserahkan sepenuhnya kepada proses ilahi yang dianggap otomatis berjalan setelah anugerah keselamatan yang mutlak dari Tuhan.

Ajaran Aktivisme (bukan ajaran untuk aktif dalam hidup baik) adalah keyakinan orang yang merasa benar sendiri. Dia tidak membutuhkan bantuan ilahi untuk mencapai kesempurnaan. Karunia Tuhan diabaikan, dan mereka dapat mengangkat dirinya sendiri. Keyakinannya ada pada dirinya sendiri dan kemampuan moralnya. Mungkin pernyataan paling arogan yang dapat dibuat seseorang adalah ini: “Saya tidak lagi membutuhkan Kristus” atau “Ini tugas manusia semata-mata”. Atau mungkin saja sesuatu yang nampaknya baik: “Saya sudah dikaruniai kemampuan mandiri dari Tuhan”.

Ajaran Quietisme berakar pada gerakan Katolik Roma abad ke-17. Ini paling terkait dengan seorang pendeta Spanyol bernama Miguel de Molinos, seorang mistikus Prancis bernama Madame Guyon, dan seorang Uskup Agung dan penulis Prancis bernama Francois Fenelon. Mereka dikaitkan dengan gagasan bahwa pengudusan orang Kristen secara eksklusif adalah pekerjaan Roh Kudus. Dengan kata lain, sejauh menyangkut kesalehan pribadi Anda, tidak ada yang dapat Anda lakukan kecuali menyingkir, dan membiarkan Tuhan melakukan semua pekerjaan. Ini tentu ada hubungannya dengan faham Determinisme dan Fatalisme, yang meyakini bahwa segala sesuatu, baik atau buruk, sudah ditetapkan Tuhan dari mulanya.

Ajaran Ketenangan menghina Roh Kudus dengan bersikeras bahwa Tuhan sepenuhnya bertanggung jawab atas kemajuan atau kurangnya kekudusan umat Kristen. Jika si pengikut ajaran masih terus hidup dalam dosa, anggapan yang tak terucapkan adalah bahwa Tuhan kurang giat dalam pekerjaan-Nya atau Dia tidak berkeberatan atas dosanya. Kredo orang Kristen semacam ini adalah, “Lepaskan dan biarkan Tuhan” (Let go, let God). Tidak diperlukan perjuangan; tidak diperlukan perlawanan terhadap godaan. Pengudusan adalah pekerjaan Tuhan, dari awal sampai akhir. Bukankah Dia berdaulat sepenuhnya? Bukankah Tuhan memilih aku sebagaimana adanya?

Ajaran Ketenangan yang pasif dan tidak memuaskan ini adalah lebih populer dari ajaran Aktivisme di saat ini, lebih dari apa yang Anda duga. Ini disebabkan karena munculnya gereja-gereja yang memakai doktrin Reformed tinggi (Hyper-Calvinisme). Mereka mengatakan tidak ada yang dapat Anda lakukan untuk memajukan pengudusan Anda. Tuhan melakukan pekerjaan di dalam diri Anda, jadi Anda harus menunggu dengan tenang dan bersikap pasif dalam prosesnya. Itu karena Anda tidak mampu untuk melakukan apa yang baik di hadapan Tuhan.

Kelihatannya, ajaran Ketenangan tumbuh sebagai reaksi terhadap ajaran Aktivisme. Itu masuk diakal karena apa yang ekstrim akan menimbulkan reaksi yang ekstrim. Menanggapi apa yang mereka lihat sebagai legalisme atau moralisme – seruan untuk “melakukan lebih banyak, berusaha lebih keras” dalam kehidupan Kristen – beberapa pendeta dan pengajar telah berganti arah (pindah gereja atau berganti doktrin) sehingga mereka secara efektif mengajar jemaatnya bahwa tidak perlu bagi seorang Kristen untuk melakukan apa pun sama sekali. Itu karena segala sesuatu sudah ditetapkan Tuhan dan manusia tidak mampu memilih apa yang baik. Singkatnya, pesan mereka adalah: “berhentilah berpikir tentang apa yang harus Anda lakukan, dan renungkan hanya pada apa yang telah Yesus lakukan untuk Anda”. Dengan demikian, besar kemungkinan bahwa orang-orang sedemikian berubah menjadi antinomian (bertendensi mengabaikan perintah Tuhan untuk hidup baik) karena mereka merasa tidak perlu dan tidak bisa memilih apa yang baik.

Saat ini, Allah memanggil kita untuk mengejar kekudusan di tengah dunia yang kacau balau. Pengejaran harus dilakukan dengan kekuatan dan tekad. Kita harus melawan sampai titik darah penghabisan, bergulat dengan kekuatan, memukul tubuh kita, sambil bersukacita karena adanya kepastian bahwa Roh Kudus ada di dalam diri kita membantu, mengatur, meyakinkan, dan mendorong. Walaupun demikian, sebagian besar dari kita cenderung jatuh ke satu ajaran atau yang lain. Apakah Anda lebih cenderung menjadi pengikut ajaran Ketenangan atau Aktivisme? Kitab Suci mengesampingkan keduanya. Keduanya salah dan sesat.

Untuk mengambil satu ayat yang bisa menguatkan kita, renungkanlah apa yang dikatakan Rasul Paulus dalam Filipi2: 12.

“Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir” Filipi 2:12

Begitulah, kita harus mengerjakan keselamatan (maju dalam kekudusan) kita sendiri. Lalu, bukankah ini berarti aktivisme? Jangan terlalu cepat, kata Paulus selanjutnya: “…karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Filipi 2:13).

Pagi ini, Alkitab memberi kita pandangan yang lebih luas tentang bagaimana kita harus memahami kehidupan Kristen. Kita harus bekerja, dan bekerja keras, untuk kekudusan; tetapi saat kita melakukannya, kita melakukannya dengan pengetahuan bahwa Tuhanlah yang bekerja di dalam kita untuk membuat kita semakin serupa dengan Kristus. Dan sebenarnya, menurut Paulus, alasan kita tetap berjuang untuk kekudusan justru karena kita tahu bahwa Tuhan sedang bekerja di dalam kita ketika kita melakukannya. Jika Anda tahu bahwa Tuhan akan bekerja di dalam Anda ketika Anda sedang bekerja, bukankah itu akan memotivasi Anda untuk bekerja lebih keras lagi?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s