Amanat kecil yang sering terlupakan

“Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.” Matius 10: 5-8

Kita sering mengingat “Amanat Agung” di mana Yesus memberi tahu para rasul-Nya, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” (Markus 16:15). Namun, sebelum ini, Yesus memberikan para rasul-Nya apa yang kita sebut “Amanat Terbatas. Berbeda dengan Amanat Agung yang harus kita jalankan ke seisi dunia, Amanat Kecil ini dperintahkan Yesus kepada ke dua belas murid-Nya untuk “pergi kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 10:6).

Yesus pada saat itu menyatakan bahwa orang yang bukan Yahudi tidak boleh mendengar Injil, sampai orang Yahudi menolaknya. Pengekangan terhadap para rasul ini hanya dalam misi pertama mereka. Ke mana pun mereka pergi, mereka harus mewartakan kepada orang Yahudi bahwa kerajaan surga sudah dekat. Mereka berkhotbah untuk menghidupkan harapan dan iman, menolak hal-hal duniawi; untuk menginspirasi akan hal-hal surgawi dan kerajaan surga,yang sudah dekat, agar manusia dapat mempersiapkannya tanpa penundaan.

Kristus memberi kuasa untuk melakukan mukjizat untuk meneguhkan penginjilan yang dilakukan mereka. Itu menunjukkan bahwa maksud dari Injil yang mereka khotbahkan adalah untuk menyembuhkan jiwa-jiwa yang sakit, dan untuk membangkitkan mereka yang telah mati dalam dosa. Dalam mewartakan injil tentang anugerah cuma-cuma untuk penyembuhan dan penyelamatan jiwa manusia, mereka harus menghindari “penampakan sebagai orang upahan” tetapi menunjukkan bahwa mereka adalah “duta-duta besar surgawi” yang diutus oleh Tuhan. Mereka diarahkan Yesus untuk apa yang harus dilakukan di kota-kota asing.

Hamba Kristus adalah duta perdamaian ke mana pun dia dikirim. Pesan Injil adalah untuk semua orang bahkan untuk orang-orang yang “paling jahat”, namun dia harus juga menemukan orang-orang “terbaik” di setiap tempat. Itu karena semua orang tidak layak di hadapan Tuhan. Mereka harus bisa berdoa dengan sungguh-sungguh untuk semua, dan berperilaku sopan kepada semua. Mereka juga diarahkan bagaimana harus bertindak terhadap orang yang menolak mereka. Seluruh rencana Allah harus dinyatakan, dan mereka yang tidak mau memperhatikan panggilan Injil yang penuh kasih, harus diingatkan bahwa keadaan mereka berbahaya. Hal ini harus diperhatikan dengan serius oleh semua orang yang mendengar Injil, jangan sampai hak istimewa sebagai orang Israel hanya menambah penghukuman mereka.

Meskipun kita hidup di masa sesudah diberikannya Amanat Terbatas, masih ada pelajaran penting yang dapat kita pelajari dari Amanat Terbatas yang masih berlaku hingga hari ini. Pesan spesifik yang harus dikhotbahkan para rasul adalah ini: “Kerajaan surga sudah dekat” (Matius 10:7). Meskipun kita tidak tahu kapan itu akan sepenuhnya terjadi, kita tetap harus memberitakan akan datangnya kerajaan itu. Penekanan pada hal ini penting karena memberitakan kerajaan Tuhan berarti mengajar orang lain tentang pemerintahan Kristus (Yohanes 18:36-37; Efesus 1:22-23), otoritas Kristus (Matius 28:18; Kolose 3:17), hukum Kristus (Yesaya 2:3; Matius 28:19-20), dan gereja Kristus (Matius 16:18-19) di dunia dan di surga. Pemberitaan Injil bukanlah usaha meyakinkan mereka akan kebenaran doktrin kita, karena manusia diselamatkan bulan oleh doktrin.

Ketika Yesus mengutus rasul-rasul-Nya untuk berkhotbah, mereka tidak hanya memberitakan Injil dan mengharapkan orang-orang untuk mempercayai kata-kata mereka begitu saja. Mereka harus membuktikan klaim mereka tentang kerajaan. Yesus memberi tahu mereka bagaimana hal ini akan dilakukan: “Sembuhkan yang sakit, bangkitkan yang mati, tahirkan orang kusta, usir setan” (Matius 10:8). Melalui mujizat-mujizat ini, Allah “bersaksi bersama mereka” bahwa apa yang mereka ajarkan adalah kebenaran (Ibrani 2:4). Kita tidak memiliki keajaiban dalam bentuk dan skala yang sama hari ini, namun kita masih berusaha agar orang mempercayai kata-kata kita. Sama seperti Paulus “…semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias” (Kisah 9:22), kita harus menyampaikan bukti-bukti keajaiban pekerjaan Tuhan dalam hidup kita dan orang percaya lainnya. Apa pun yang kita perbuat, adalah untuk kemuliaan Tuhan (1 Korintus 10: 31).

Tuhan tetap mengasihi manusia di zaman ini, baik yang menderita secara jasmani, atau yang mengalami kehancuran jiwa. Tuhan tetap mengerjakan berbagai keajaiban dalam hidup manusia, terutama dalam bentuk rohani. Yesus memberi tahu para rasul-Nya: “ Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya” (Matius 10:8-10). Meskipun baik bagi mereka yang mengabdikan hidup mereka pada pemberitaan Injil untuk “mendapatkan nafkah dari Injil” (1 Korintus 9:14), motivasi utama dari setiap guru kebenaran haruslah mengajarkan kebenaran dan menolong mereka yang hancur hatinya.

Kita bisa melihat keadaan zaman sekarang, di mana banyak orang Kristen yang nampaknya lebih tertarik untuk mencari uang dan popularitas pribadi dalam mengabarkan Injil, baik secara langsung maupun melalui berbagai media. Apa yang kita butuhkan adalah orang Kristen yang menyadari adanya penderitaan manusia baik dalam hal jasmani maupun rohani, yang bertentangan dengan kasih Tuhan kepada seluruh umat manusia. Karena itulah kita harus menyadari bahwa Tuhan juga bekerja untuk menyelamatkan mereka yang percaya, melalui pelayanan kita di bidang jasmani maupun rohani.

Mendukung mereka yang memberitakan Injil adalah sama dengan persekutuan antara mereka yang memberi dan menerima dukungan (3 Yohanes 8). Ketika para rasul melakukan perjalanan dari kota ke kota, persekutuan yang mereka miliki (tinggal di rumah seseorang) harus didasarkan pada “siapa yang layak” (Matius 10:11) – bukan siapa yang dapat memberikan dukungan paling banyak, siapa yang dapat memberikan uang paling banyak dan tempat tinggal yang nyaman, atau siapa yang paling ramah dan lebih menarik. Standar persatuan kita adalah firman Tuhan (Yohanes 17:20-21). Kita tidak boleh bersekutu dengan mereka yang tidak layak (Efesus 5:11; 2 Yohanes 9-11). Ini berarti bahwa pada zaman ini, kita harus berhati-hati dalam hidup kita, untuk tidak hidup seperti orang-orang duniawi dan bersekutu dengan mereka yang terang-terangan hidup dalam dosa. Tidak hanya pergaulan yang kurang baik bisa mempengaruhi cara hidup kita, itu juga merugikan penginjilan.

Dalam upaya untuk mengajarkan Injil kepada orang lain, mungkin ada saat-saat di mana kita harus “mengibaskan debu dari kaki kita” dan melanjutkan perjalanan, seperti yang Yesus katakan kepada para rasul-Nya agar mereka lakukan (Matius 10:14). Injil adalah “kekuatan Allah yang menyelamatkan” (Roma 1:16). Jika seseorang tidak mau mendengarkan atau sengaja menolak untuk menerima pesan Injil, kita tidak dapat membantunya. Ketika seseorang menunjukkan bahwa dia tidak mau menerima Injil, kita perlu melanjutkan tugas kita (setidaknya untuk sementara waktu, sampai dia berubah pikiran). Ini tidak selalu mudah dilakukan, terutama ketika kita mencoba untuk mengajar keluarga dan teman. Namun itu harus dilakukan agar kita dapat mengarahkan upaya kita kepada orang lain yang mungkin lebih siap untuk menerima kebenaran.

Mereka yang menolak pesan Injil akan dihukum. Yesus melangkah lebih jauh dengan mengatakan, “Tanah Sodom dan Gomora akan lebih dapat ditoleransi pada hari penghakiman” daripada mereka yang menolak rasul-rasul-Nya (Matius 10:15). Demikian pula, mereka yang “tidak menaati Injil… akan menerima hukuman kebinasaan kekal, menjauh dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kuasa-Nya” (2 Tesalonika 1:8-9). Ini seharusnya memotivasi kita untuk mengajar orang lain, seperti yang dikatakan Paulus, “Dengan mengenal takut akan Tuhan, kami meyakinkan orang” (2 Korintus 5:11). Karena kita mengetahui nasib mereka yang tidak menaati Injil, marilah kita kerjakan dengan giat apa yang dapat kita lakukan untuk meyakinkan mereka agar percaya dan menaati kebenaran.

Pagi ini, firman Tuhan menyatakan bahwa kita tidak boleh melupakan intisari Amanat Terbatas yang diajarkan kepada murid-murid Yesus. Perintah Yesus itu juga bisa kita pakai sebagai pedoman hidup kita dalam mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Ada banyak hal yang baik yang kita bisa pegang sebagai bimbingan dalam kita melaksanakan Amanat Agung. Memang Amanat Terbatas ini sering dilupakan, tetapi kita sebenarnya bisa mendapatkan banyak pelajaran darinya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s