Tubuh kita adalah Bait Allah

“Tidak tahukah kamu , bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.” 1 Korintus 3: 16-17

Mungkin Anda pernah mendengar khotbah dan membaca tulisan tentang perlunya merawat tubuh kita dan menahan diri dari hal-halyang merusak kesehatan. Orang sering menggunakan 1 Korintus 3:16-17 untuk membenarkan pandangan mereka. Apakah ini penggunaan yang benar dari peringatan Paulus?

Perikop ini memang mengatakan bahwa kita adalah “bait Allah,” dan inilah yang dikatakan oleh pernyataan Paulus lainnya. Misalnya, dalam Efesus 2:21-22, Paulus mengatakan bahwa seluruh “bangunan Allah” (umat Allah) bertumbuh menjadi “bait suci di dalam Tuhan” dan bahwa jemaat Efesus adalah “tempat kediaman Allah dalam Roh. ” Selanjutnya, Paulus berkata, “Kita adalah bait Allah yang hidup,” dan bahwa Allah akan “diam” di dalam orang-orang percaya yang membentuk bait itu (2 Korintus 6:16). Petrus juga berkata bahwa kita “dibangun sebagai rumah rohani bagi imamat kudus, untuk mempersembahkan kurban rohani yang berkenan kepada Allah melalui Yesus Kristus” (1 Petrus 2:5). Kita dapat melihat bahwa gambaran “bait” atau “rumah” ini ditemukan di tempat lain dalam Kitab Suci dan ini membantu kita untuk memahami perikop Paulus dalam 2 Korintus 3.

Paulus mengatakan bahwa “kamu” adalah bait Allah, tempat di mana Allah tinggal. Istilah “bait suci” (Yunani, naos) berarti “bangunan, rumah (tempat kudus, maha kudus)”. Paulus melanjutkan, “Roh Allah diam di dalam kamu.” “Kamu,” di sini adalah dalam bentuk jamak, artinya seluruh tubuh Kristus di Korintus, dan bukan orang Kristen secara individu. Benar bahwa Roh Kudus berdiam di dalam setiap orang percaya (Kis 2:38; Roma 8:9-10), tetapi di sini rasul Paulus menyatakan tubuh dalam arti persekutuan orang percaya, bukan secara perseorangan.

Di ayat-ayat sebelumnya, Paulus telah memperingatkan jemaat Korintus untuk menangani tubuh Kristus secara bertanggung jawab. Dia berkata, “Kami adalah rekan sekerja Tuhan; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah” (1 Korintus 3:9). Paulus dan rekan sekerjanya adalah “rekan sekerja Tuhan”, dan jemaat Korintus adalah “ladang Tuhan” dan juga “bangunan Tuhan”. Kemudian, di ayat 16, Paulus memperluas perumpamaan ini untuk mengacu pada bait-Nya.

Konteks yang lebih luas menunjukkan bahwa Paulus berurusan dengan perpecahan gereja di Korintus. Dia berusaha untuk memperbaiki ini dengan memerintahkan para majelis yang bandel ini, “Sekarang saya menasihati Anda, dengan nama Tuhan kita Yesus Kristus, agar Anda semua setuju dan tidak ada perpecahan di antara Anda, tetapi agar Anda disempurnakan dalam satu kesatuan. pikiran dan pertimbangan yang sama” (1 Korintus 1:10; lihat juga ayat 10-13; 3:1-9). Paulus prihatin bahwa jemaat sedang ditarik-tarik ke beberapa “kubu” . Bagian surat itu menunjukkan bahwa banyak kekeliruan doktrin dan dosa yang melanda komunitas Korintus ini. Jika tidak diperbaiki, ini akan “menghancurkan” persatuan.

Sekarang, dalam 1 Korintus 3:16-17, Paulus mengeluarkan peringatan serius kepada siapa pun yang akan berperan dalam perusakan “bait” Allah ini. Dia berkata, “Jika ada orang yang menghancurkan bait Allah, Allah akan membinasakan dia, karena bait Allah itu kudus, dan itulah kamu” (ayat 17). Menghancurkan persekutuan orang-orang kudus setempat adalah masalah serius. Sangat serius sehingga Tuhan akan “menghancurkan” orang seperti itu jika dia terus melakukan pekerjaannya yang merusak. Bait Allah (jemaat orang-orang kudus setempat) adalah “suci” dan harus dijaga kekudusannya dengan menghilangkan perpecahan, amoralitas, ajaran sesat, dan semua ajaran yang bersifat kompromi. “Hal ini memberikan tanggung jawab besar kepada orang Kristen untuk tetap kudus dalam pelayanan Tuhan. . . . Oleh karena itu, peringatan keras diberikan. Siapa pun yang akan menghancurkan (melalui proses yang merusak) gereja Tuhan dan misinya—melalui ajaran palsu, ajaran yang memecah belah, ajaran meremehkan dosa dll.—akan menerima pembalasan yang adil dari Allah sendiri.

Bisakah 1 Korintus 3:16-17 digunakan untuk memperingatkan orang-orang tentang aktivitas mereka yang berdosa sehubungan dengan tubuh fisik pribadi mereka? Tulisan Paulus tampaknya melarang kita menggunakan ayat-ayat tersebut dengan cara ini. Dia tidak berurusan dengan tubuh fisik individu orang Kristen tetapi dengan tubuh rohani orang percaya di Korintus—atau di tempat lain mana pun di bumi. Namun, Paulus membahas tubuh orang Kristen tiga pasal kemudian: “Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang ada di dalam kamu, yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milikmu sendiri? Karena kamu telah dibeli dengan harga tertentu: karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu” (1 Korintus 6:19-20). Dalam konteks ini, Paulus memperingatkan orang-orang percaya di Korintus untuk tidak menggunakan tubuh mereka untuk tujuan asusila, seperti percabulan (ayat 13-18). Mereka tidak boleh menggunakan tubuh fisik mereka untuk berbuat dosa sekalipun yakin bahwa mereka sudah diselamatkan. Mereka tidak boleh memakai hidup mereka untuk menodai nama Tuhan.

Sama seperti seseorang tidak boleh merusak tubuh fisiknya melalui dosa (amoralitas) dan tidak boleh menggunakan tubuh fisiknya untuk berbuat dosa, demikian juga dengan prinsip ini, kita dapat mengatakan bahwa menggunakan tubuh kita dengan cara lain yang salah juga berdosa. dan berbahaya. Tentunya kita tidak boleh mengisap rokok yang telah terbukti menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Kita tidak boleh menggunakan minuman keras untuk mabuk-mabukan karena ini juga merugikan tubuh fisik. Selanjutnya, kita tidak boleh merusak tubuh fisik melalui “junk food” yakni makanan yang tidak bergizi, melalui kemalasan, melalui obat-obatan terlarang, dan melalui aktivitas tidak sehat lainnya.

Kita perlu menyadari bahwa tubuh kita adalah milik Tuhan dan didiami oleh Roh Allah. Kita harus memuliakan Tuhan melalui tubuh kita dalam setiap apa yang kita perbuat (Matius 5: 16). Tujuan tubuh gereja dan tubuh pribadi adalah untuk memuliakan Tuhan. Apa pun yang tidak membawa kemuliaan Tuhan harus dihentikan. Ini bukan saja perbuatan tetapi juga ajaran yang menjauhkan umat Kristen dari kesadaran bahwa mereka tetap harus bertanggung jawab atas cara hidup mereka sekalipun sudah pernah bertobat dan menerima pengampunan atas dosa mereka. Segala sesuatu mungkin diperbolehkan, tetapi bukan semuanya berguna untuk kemuliaan Tuhan.

Pagi ini kita harus sadar bahwa umat Tuhan adalah manusia yang sudah diselamatkan. Kita tentunya sudah bertobat atas dosa-dosa kita pada waktu kelahiran baru. Walaupun demikian, kita tetap bisa jatuh ke dalam dosa. Bila Allah membuat orang berdosa bertobat dan memindahkannya ke kedudukan seorang yang telah beroleh rahmat, Dia membebaskannya dari perhambaan kodratnya di bawah dosa dan oleh rahmat-Nya semata-mata menjadikannya mampu menghendaki dan melakukan apa yang baik secara rohani. Akan tetapi, karena kerusakan yang masih tinggal padanya, orang itu tidak dapat menghendaki apa yang baik itu secara sempurna, dan hanya itu saja, tetapi menghendaki juga apa yang jahat. Bagaimana kita bisa dikuatkan dalam melawan godaan untuk berbuat dosa? Firman Tuhan menyatakan bahwa seperti Paulus, kita harus selalu ingat dan mau saling mengingatkan bahwa tubuh kita adalah bait Allah, rumah Roh Kudus, yang harus dipelihara dan digunakan untuk kemuliaan Allah. Ini adalah pesan penting dari Paulus bukan saja untuk jemaat Korintus waktu itu, tetapi juga untuk jemaat masa kini yang sudah banyak terpengaruh oleh kebudayaan modern dan segala dampaknya, dan jemaat masa depan di mana tantangan untuk umat Kristen akan menjadi makin besar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s