Ada karunia, ada tanggung jawab

“Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Matius 25:21

Salah satu perumpamaan Yesus yang paling penting tentang pekerjaan disampaikan dalam konteks investasi (Matius 25:14-30). Alkisah, ada orang kaya yang mendelegasikan pengelolaan kekayaannya kepada hamba-hambanya, seperti yang dilakukan investor di pasar saat ini. Dia memberikan lima talenta (satuan uang yang besar) kepada hamba pertama, dua talenta kepada hamba kedua, dan satu talenta kepada hamba ketiga. Dua dari pelayan mendapatkan pengembalian 100 persen dengan mengelola dana tersebut, tetapi pelayan ketiga menyembunyikan uangnya di tanah dan tidak menghasilkan apa-apa. Orang kaya itu kembali, memberi penghargaan kepada dua orang yang menghasilkan uang, tetapi menghukum berat hamba yang tidak mau bertanggung jawab atas tugasnya dan melakukan apa-apa.

Arti perumpamaan itu jauh melampaui pengertian investasi finansial. Tuhan telah memberi setiap orang beragam karunia (jasmani dan rohani), dan Dia mengharapkan kita menggunakan karunia (yang berupa kemampuan atau capability) itu dalam pelayanan-Nya. Karunia itu tidak dapat diterima hanya dengan meletakkan hadiah itu di rak lemari dan mengabaikannya. Seperti ketiga hamba itu, kita tidak memiliki karunia dengan derajat yang sama. Hasil yang Allah harapkan dari kita sepadan dengan karunia yang telah kita berikan. Hamba yang menerima satu talenta tidak dihukum karena gagal mencapai suatu target; dia dikutuk karena dia tidak melakukan apa-apa dengan apa yang diberikan kepadanya. Orang ini menolak responsibility atau tanggung jawab-nya.

Pemberian khusus yang diinvestasikan dalam perumpamaan itu adalah uang, sekitar satu juta dolar AS di dunia sekarang ini. Dalam bahasa Inggris modern, fakta ini dikaburkan karena kata talenta (talent), merujuk terutama pada keterampilan atau kemampuan. Tetapi perumpamaan ini menyangkut uang. Itu menggambarkan investasi, bukan tabungan, sebagai hal yang baik untuk dilakukan jika itu mencapai tujuan yang saleh dengan cara yang saleh. Pada akhirnya, sang majikan memuji kedua hamba yang dapat dipercaya itu dengan kata-kata, “Bagus sekali, hamba yang baik dan dapat dipercaya” (Matius 25:23). Dengan kata-kata ini, kita melihat bahwa sang tuan peduli pada hasil (“kerja bagus”), metode (“baik”), dan moral (“dapat dipercaya”). Ini juga merupakan kualitas yang dituntut Tuhan dari semua umat-Nya.

Lebih tegas lagi untuk pekerjaan, san tuan memuji hambanya yang menempatkan modal dalam risiko untuk mendapatkan keuntungan. Kadang-kadang orang Kristen berbicara seolah-olah pertumbuhan, produktivitas, dan laba atas investasi tidak kudus bagi Allah. Tapi perumpamaan ini menjungkirbalikkan gagasan itu. Kita harus menginvestasikan keterampilan dan kemampuan kita, tetapi juga kekayaan kita dan sumber daya yang tersedia bagi kita di tempat kerja, semuanya untuk kemuliaan Allah.

“Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” 1 Korintus 10:31

Konsekuensi parah bagi hamba yang tidak produktif, memberi tahu kita bahwa kita harus memakai hidup kita, bukan menyia-nyiakannya. Kita bertanggung jawab atas segala karunia yang Tuhan berikan kepada kita. Tuhan tidak menganugerahi manusia dengan karunia yang identik atau harus sama. Dan Tuhan tidak mengharapkan hasil yang sama dari pekerjaan setiap orang. Dalam perumpamaan itu, seorang hamba mengembalikan lima talenta, sementara yang lain menghasilkan dua talenta. Guru memuji keduanya secara setara (Matius 25:23).

Ketika kita mengatakan bahwa semua yang kita miliki adalah “anugerah” dari Tuhan, kita bermaksud bahwa apa yang kita miliki sekarang adalah milik Tuhan. Kita hanya hamba Allah yang diberi-Nya hak istimewa untuk dipercayakan dengan talenta, sumber daya, dan kesempatan untuk bekerja menuju tujuan Allah di dunia. Implikasi dari perumpamaan ini adalah bahwa jika kita melakukan tugas kita, kita mengambil tempat kita di antara semua hamba Allah yang setia dan dapat dipercaya, tidak peduli seberapa besar atau kecil pencapaian kita. Paulus juga merasakan hal yang sama dalam 1 Korintus 15: 10

“Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.”

Di ayat sebelumnya, Paulus menggambarkan dirinya tidak layak menyandang gelar “rasul” Yesus Kristus. Mengapa? Dia dulunya adalah orang Farisi yang mengawasi pemenjaraan dan pembunuhan orang Kristen dalam upayanya yang bersemangat untuk menghapus iman kepada Kristus setelah kebangkitan Yesus dari kematian dan naik-Nya ke surga. Mengapa Allah pernah memilih Paulus dan memberinya karusia sebagai rasul? Paul tidak memandang itu karena kemampuannya sendiri. Kristus menghadapi dia dalam perjalanannya untuk menganiaya lebih banyak orang Kristen dan mempertobatkan Paulus untuk beriman kepada Kristus. Kristus menugaskannya untuk membawa Injil ke seluruh dunia, terutama kepada orang bukan Yahudi (Kisah 9:3–6; 22:6–11). Jelas, Kristus tidak memberi karunia-Nya karena Paulus pantas mendapatkannya atau membuktikan dirinya layak.

Paulus tidak membesar-bersarkan pengalaman perjumpaannya dengan Yesus. Paulus menyatakan bahwa hanya oleh kasih karunia Allah ia menjadi seperti apa adanya: utusan Kristus. Karunia Tuhan adalah pemberian cuma-cuma bukan karena apa yang baik yang sudah dilakukan manusia. Paulus tidak melayakkan dirinya sendiri karena ia sudah melakukan tugas mulianya dari awal. Dia diubah Tuhan dari hidup lamanya dan dikirim ke luar sebagai rasul. Dia tidak menyombongkan diri ketika mengatakan bahwa dia menanggapi kasih karunia Allah melalui iman kepada Kristus dengan memberikan dirinya hati, jiwa, pikiran, dan tubuh untuk misi yang dia terima. Dengan talenta yang sudah diterimanya, Paulus menyatakan bahwa dia bekerja lebih keras daripada rasul lain mana pun yang datang ke posisi mereka dengan cara yang lebih alami. Ia dengan cepat menambahkan bahwa dia tidak membanggakan fokus dan etos kerjanya. Ia bisa melakukannya semata-mata karena anugerah Tuhan.

Paulus menjawab “ya” untuk panggilan Tuhan dan bekerja keras dengan kesadaran yang diberikan Tuhan. Memang, jika Allah membuat orang berdosa bertobat dan memindahkan dia ke kedudukan seorang yang telah beroleh rahmat, Dia membebaskannya dari perhambaan kodratnya di bawah dosa dan oleh rahmat-Nya semata-mata, menjadikan dia mampu dan melakukan apa yang baik secara rohani. Pauluslah yang harus menjawab “ya” atas panggilan Tuhan. Pauluslah yang harus mau untuk memakai talenta yang diberikan oleh Tuhan. Tuhan tidak akan memaksakan kehendak-Nya. Pauluslah yang harus bertanggung jawab sebagai seorang hamba untuk menghendaki dan melakukan apa yang baik untuk kemuliaan Tuhan.

Pagi ini, dapatkah Anda memikirkan anugerah apa saja yang sudah diberikan Tuhan kepada Anda? Apakah Anda sudah menggunakannya dengan penuh rasa tanggung jawab untuk kemuliaan Tuhan? Mungkinkah Anda merasa bahwa anugerah-Nya sangat kecil jika dibandingkan dengan anugerah-Nya kepada orang lain? Ataukah Anda masih menanti-nantikan perintah Tuhan untuk bisa menggunakan talenta Anda sekalipun perintah itu sudah jelas? Jika Anda sudah memilih cara tertentu untuk memperbanyak karunia Tuhan, apakah Anda merasa bangga dengan kemampuan Anda, atau bersyukur atas karunia-Nya yang memungkinkan? Marilah kita menaati apa yang diajarkan Yesus; jika kita telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan Tuhan kepada kita, hendaklah kita menjawab:

“Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” Lukas 17:10

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s