“Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.” Efesus 4: 30 – 31

Rasul Paulus menegaskan hal ini dalam Efesus 4:30 ketika dia memperingatkan kita untuk tidak “mendukakan Roh Kudus Allah.” Apa artinya? Ketika kita berdosa, Roh Kudus mengalami kesedihan dengan cara yang sesuai dengan keilahian-Nya. Dia tidak tahan dengan kehadiran dosa dan membencinya ketika kita, tempat kediaman-Nya, melakukan pelanggaran (Habakuk 1:13). Namun, meskipun kenyataan dukacita-Nya membuktikan kepribadian Roh, dukacita-Nya tidak persis sama dengan dukacita kita. Roh tidak dapat dilumpuhkan oleh dukacita, dan dukacita-Nya selalu kudus, tak ternodai oleh dosa, kecemburuan yang tidak saleh, dan segala kekurangan lain yang sering menyertai dukacita manusia. Kesedihannya, pada akhirnya, adalah sebuah misteri. John Calvin dalam buku bimbiangan Alkitabnya berkomentar, “Tidak ada bahasa yang dapat secara memadai mengungkapkan kebenaran yang khidmat ini, bahwa Roh Kudus bersukacita dan bergembira karena kita, ketika kita taat kepada-Nya dalam segala hal, dan tidak berpikir atau berbicara apa pun, kecuali apa yang murni dan kudus; dan, di sisi lain, sedih ketika kita mengakui sesuatu yang tidak layak untuk panggilan kita ke dalam pikiran kita.”
Roh Allah sangat peka terhadap dosa karena kedekatan hubungan-Nya dengan kita, mereka yang telah diselamatkan dan ditetapkan sebagai umat Tuhan yang kudus (1 Petrus 1:13-16). Roh memeteraikan kita “untuk hari penyelamatan” (Efesus 4:30; lihat juga 1:13–14) . Dia berdiam di dalam kita ketika kita percaya kepada Kristus Yesus, menandai kita sebagai umat Allah yang akan terhindar dari murka ilahi pada hari penghakiman. Melalui karya pengudusan Roh Kudus, kita semakin diserupakan dengan gambar Juruselamat kita. Untuk kembali ke pola hidup lama yang sepenuhnya didominasi oleh dosa tidak mungkin bagi semua orang yang telah dimeteraikan oleh Roh (Roma 8:29-30). Namun, selama di dunia orang Kristen pun dapat jatuh ke dalam dosa yang disengaja, yang mendukakan Roh, dan yang menimbulkan jarak antara Dia dan kita.
Pengakuan Westminster Bab 10 menyatakan bahwa Allah berkenan memanggil semua orang yang telah dipilih-Nya untuk beroleh hidup yang kekal, pada waktu yang telah ditentukan dan disetujui-Nya. Dia dengan ampuh, melalui Firman dan Roh- Nya, mengalihkan umat-Nya dari dalam keadaan yang ditandai dosa dan maut menurut kodratnya, menuju ke rahmat dan keselamatan oleh Yesus Kristus. Dia menerangi akal budi mereka dengan cara rohani dan yang menyelamatkan, agar memahami hal-hal yang rohani. Dia membaharui kehendak mereka dan dengan kekuatan-Nya yang mahakuasa mengarahkan mereka pada apa yang baik. Dia menarik mereka dengan ampuh kepada Yesus Kristus. Namun, hal itu dilakukan-Nya sedemikian rupa, hingga mereka datang dengan sukarela, karena mereka dibuat rela oleh anugerah-Nya.
Roh Kudus adalah oknum Ilahi yang membimbing kita dalam kehidupan sehari-hari dengan kelembutan-Nya. Ia tidak memaksa kita untuk melakukan sesuatu, tapi memberi kesadaran akan apa yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan apa yang yang merupakan dosa. Tanpa Roh Kudus kita tidak mungkin bisa:
- Lahir baru
- Mengakui bahwa Yesus itu Tuhan
- Menang atas dosa
- Maju dalam hidup Kristen
- Memperoleh kebijaksanaan yang benar
- Mempunyai karunia Roh
- Menghasilkan buah-buah Roh
- Bangkit dari kematian
Begitu banyak apa yang bisa dilakukan oleh Roh Kudus, tetapi kita mungkin sering kurang mau untuk mendengarkan bisikan Roh Kudus dalam hidup kita. Mungkin kita cenderung memberi perhatian jika Roh Kudus memberikan sesuatu yang kita harapkan atau sukai saja. Kita sering ingin membatasi cara kerja Roh Kudus, seakan Roh Kudus bukanlah Tuhan.
Apakah Roh Kuudus adalah Tuhan? Bagi kita yang biasa ke gereja di Indonesia, ayat di bawah ini mungkin tidaklah asing untuk kita. Setiap akhir kebaktian, pendeta yang bertugas akan mengangkat kedua tangannya sambil mengucapkan salam berkat yang juga diucapkan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Korintus.
“Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.” 2 Korintus 13: 14
Mengingat doktrin alkitabiah tentang Tritunggal, kita tahu bahwa setiap pribadi dari Ketuhanan Tritunggal menyukai apa yang dilakukan oleh yang lain. Apa yang diucapkan Paulus dalam ayat ini menyatakan adanya kesatuan antara Bapa, Anak dan Roh Kudus; satu Tuhan yang kita kenal sebagai Allah Tritunggal. Jika kita mengenal Allah Bapa yang menciptakan seisi bumi dan alam semesta, dan mengingat pengurbanan AnakNya di kayu salib ganti dosa kita, Roh Kudus sering kali dirasakan sebagai bagian Allah yang kurang bisa dimengerti sepenuhnya. Roh Kudus ada beserta kita, tetapi agaknya kita kurang menyadari bahwa hidup rohani kita bergantung kepada-Nya.
“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” 1 Korintus 3: 16
Dalam kehidupan yang serba sibuk ini, sebagian umat Kristen juga mengalami berbagai persoalan yang membuat mereka hidup dan bertingkah laku seperti orang yang belum percaya. Ada yang mungkin terjebak dalam kebingungan dan keputusasaan. Sebaliknya, ada pula yang tenggelam dalam kesukaan dan kebebasan duniawi. Bahkan, ada orang Kristen yang percaya bahwa cara hidupnya yang amburadul adalah sesuai dengan penetapan Tuhan. Dengan demikian, mereka lupa bahwa orang-orang yang sudah dibimbing Roh Kudus kearah keselamatan, sebenarnya adalah tempat kediaman Roh Kudus, yang bisa didukakan oleh perbuatan mereka.
Sebagian kecil orang Kristen yang sangat ekstrem dalam meninggikan kedaulatan Tuhan mungkin tidak yakin bahwa kita bisa mendukakan Roh Kudus, karena sebagai oknum Tuhan yang menetapkan segalanya, tentunya Tuhan tidak bisa terkejut atau sedih karena apa yang sudah diketahui-Nya dan direncanakan-Nya sebelum bumi diciptakan. Tuhan yang menetapkan tidak mungkin menyesali tindakan-Nya, begitu alasan mereka. Orang-orang ini juga percaya bahwa proses kedewasaan Kristen dilakukan oleh Roh Kudus secara sepihak (monergistic) sehingga kita tidak perlu berusaha keras untuk melakukan apa yang baik, yang mrenyenangkan Dia, karena Dialah yang menetapkan segalanya. Selain itu, mereka mungkin masih tidak percaya bahwa setelah lahir baru manusia bisa melakukan apa yang benar-benar baik. Dengan demikian, mereka berpikir bahwa keadaan yang tidak baik dalam hidup mereka sudah tentu sepadan dengan anugerah-Nya. Pandangan fatalis ini sudah tentu bukanlah apa yang diajarkan Alkitab.
Mereka yang mengatakan pengudusan bersifat monergistik ingin melindungi karakter pengudusan yang anggun dan supranatural. Sebaliknya, mereka yang mengatakan pengudusan itu sinergis ingin menekankan bahwa kita harus bekerja sama secara aktif dengan kasih karunia dalam pengudusan. Penekanan ini keduanya benar. Namun, kita lebih baik mempertahankan kedua poin ini dengan penjelasan yang hati-hati daripada dengan istilah yang biasanya digunakan dalam kontroversi teologis yang berbeda. Pengudusan adalah karunia Allah yang murah hati dan membutuhkan kerja sama aktif kita.
Pengakuan Westminster Bab 8 menjelaskan bahwa dalam diri mereka yang dipanggil dengan ampuh dan dilahirkan kembali, diciptakan hati baru dan roh baru, dan mereka dikuduskan lebih jauh, sungguh- sungguh dan secara perseorangan, oleh kekuatan kematian dan kebangkitan Kristus, melalui Firman dan Roh-Nya yang diam dalam diri mereka. Kuasa seluruh tubuh dosa dihancurkan dan berbagai hawa nafsunya makin hari makin dihidupkan dan diperkuat dalam semua anugerah yang menyelamatkan, menuju ke praktik kekudusan yang sejati dari mereka yang mau menaati firman Tuhan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.
Lebih lanjut, pengudusan itu bersifat menyeluruh dan menyangkut manusia seutuhnya, namun tidak sempurna dalam hidup ini, sebab di semua bagiannya masih tinggal beberapa sisa kerusakan. Dari situlah lahirlah peperangan yang terus menerus dan yang tidak dapat diakhiri dengan pendamaian, sebab keinginan daging berlawanan dengan Roh, dan keinginan Roh berlawanan dengan daging. Dalam peperangan rohani ini, kerusakan yang masih tinggal dapat saja untuk sementara waktu berada di atas angin. Namun, karena Roh Kristus yang menguduskan terus- menerus menyediakan kekuatan baru maka umat Kristen bisa mengalami kemenangan dalam berbagai segi hidupnya.
Roh Kudus sebenarnya adalah Tuhan sendiri yang tinggal dalam diri umat percaya. Ia bukanlah kuasa Tuhan, tetapi Oknum yang seperti Allah Bapa dan Yesus Kristus, mempunyai kepribadian dan eksistensi Ilahi. Dalam kenyataan-Nya, Allah Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus adalah satu, dan kepada-Nya orang Kristen berbakti. Dengan demikian, segala kelakuan, tingkah laku, pikiran dan perbuatan yang salah bisa membuat Roh merasa sedih dan terlukai. Roh Kudus melihat jika kita perlahan-lahan menjauhkan diri dari Tuhan dan menuruti keinginan daging kita.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sebagai orang Kristen, kita masih mungkin jatuh ke dalam dosa yang signifikan, yang kita sengaja, yang mendukakan Roh, yang membuat jarak antara Dia dan kita. Dalam kitab Perjanjian Lama ada banyak contoh dimana Allah dalam kemarahan-Nya kepada orang Israel, membiarkan mereka mengalami pengalaman pahit (Yesaya 63:10). Begitu juga banyak hal yang bisa mendukakan Tuhan yang tinggal dalam hidup kita, sedemikian rupa hingga kita tidak lagi dapat merasakan bimbingan dan pertolongan-Nya. Tidaklah mengherankan, jika orang hidup jauh dari Tuhan, yang mendukakan Roh Kudus, kemudian mengalami hal-hal yang semakin hari semakin parah. Tanpa bimbingan Roh, hidup orang Kristen adalah bagai layang-layang yang putus talinya.
Bagaimana kita harus bersikap dalam hidup agar Roh tidak didukakan? Paulus menyebutkan dalam ayat di atas agar kita hendaklah membuang segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah, dan segala kejahatan. “Hendaklah” adalah suatu perintah Tuhan yang harus dilakukan untuk kebaikan kita sendiri. Hal-hal yang sedemikian membuat Roh tidak mau bekerja membimbing kita dalam hidup sehari-hari. Sebagai akibatnya, hidup kita bisa menjadi makin kacau, dan rasa damai menjadi hilang.
Pagi ini, firman Tuhan menasihati kita bahwa sebagai orang percaya, kita harus mau hidup menurut firman-Nya. Dengan hidup yang baik, bimbingan Roh Kudus akan makin nyata dalam hidup kita, sehingga makin hari kita akan makin sempurna seperti apa yang dikehendaki Tuhan. Biarlah kita sadar bahwa Allah sudah memberikan Roh Kudus kepada kita melalui pengurbanan Yesus. Roh Penolong sekarang tinggal didalam diri tiap-tiap orang percaya. Karena itu kita harus berusaha sungguh-sungguh untuk hidup sesuai dengan apa yang dibisikkan-Nya kepada kita, agar Ia mau bekerja makin hebat dalam mengubah hidup kita, sehingga makin hari kita makin menyerupai Kristus.
“Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.” 2 Petrus 1: 10