Bagaiman kita bisa menjadi hamba yang baik

“Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” Matius 25: 29-30

Sebagai umat Kristen, kita tentunya pernah membaca perumpamaan tentang talenta. Penerapan perumpamaan ini harus dipahami dalam konteks pesan Matius 24-25. Ini adalah pertama-tama pesan kepada umat Israel yang akan hidup di hari-hari terakhir sebelum Tuhan datang kembali. Pernyataan, dalam Matius 24:13, “Tetapi siapa yang bertahan sampai akhir, orang itu akan diselamatkan,” adalah pernyataan kunci. Matius, dalam pasal 24-25, mencatat hati Tuhan yang penuh kasih bercampur dengan kekudusan yang tak tergoyahkan. Bagian Kitab Suci ini, termasuk perumpamaan tentang talenta, merupakan peringatan terakhir dan dorongan kepada umat-Nya Israel sebelum kepergian-Nya. Dia, yang adalah Tuhan mereka, pergi untuk jangka waktu yang dirahasiakan. Dia mendelegasikan kepada mereka tanggung jawab, sebagai penatalayan, untuk memelihara kerajaan-Nya. Perumpamaan tentang talenta, Matius 25:14-30, menekankan kepada mereka akan beratnya tanggung jawab itu dan konsekuensi serius yang bisa timbul dari kelalaian dalam memahami dan menerapkan petunjuk-petunjuk-Nya. Selain itu, ada juga pesan untuk seluruh umat manusia.

Apa maksud Matius 25:29-30? Yesus telah menggambarkannya sebelumnya dalam kitab Matius ketika para murid bertanya kepada Yesus mengapa Dia mengajar orang banyak dalam perumpamaan daripada menjelaskan kebenaran secara rinci, seperti yang Dia lakukan dengan mereka. Itu ditemukan dalam Matius 13:11–12, yang bunyinya sangat mirip dengan ayat di atas:

“Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi , sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”

Jika talenta adalah talenta emas, nilai dari apa yang dipercayakan si tuan kepada para hambanya tentunya sangat tinggi, dalam jutaan dolar. Karena Tuhan hanya menggunakan istilah “talenta”, kita harus membuat beberapa asumsi, tetapi tampaknya masuk akal untuk menganggap bahwa pemilik talenta, orang yang bepergian ke negeri yang jauh, adalah orang kaya. Dia mempercayakan kekayaannya kepada tiga orang hamba yang menjadi pengurus uangnya. Seseorang hamba menerima lima talenta. Yang lain menerima dua talenta. Hamba ketiga menerima satu talenta. Ketiga orang ini adalah para penatalayan yang dipercayakan untuk mengurus uang.

Para penatalayan (artinya semua umat Kristen) harus mengetahui kepribadian dan karakter Tuhan mereka. Tuhan mengharapkan mereka mengenal-Nya dengan cukup baik melalui suara Roh Kudus serta petunjuk-petunjuk-Nya. Mereka yang menjalankan perintah-Nya akan dihargai, tetapi yang tidak mau menjalankan perintah-Nya akan menerima hukuman yang berat. Kanunia yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Dua hamba yang pertama memahami kemauan dan karakter Tuhan dari pesan-pesan-Nya. Dapat dipastikan mereka adalah hamba-hamba yang mengenal Tuhan karena mereka hidup dekat dengan Dia dan selalu melayani-Nya. Mereka berdua menggunakan karunia yang mereka terima dan berusaha melipatgandakannya. Masing-masing menghasilkan keuntungan 100 persen. Hamba yang ketiga, kelihatannya tidak mengenal Tuhannya. Alhasil, hamba yang menguntungkan dipuji, diberi tanggung jawab yang lebih besar dan diundang untuk masuk ke dalam sukacita Tuhan mereka. Hamba yang tidak mau berusaha dimarahi, ditolak, dan dihukum.

Ketakutan dan ketidakpercayaan pada Tuhannya memotivasi hamba ketiga. Dia mengubur uang itu dalam tanah dan mengembalikan jumlah aslinya. Tindakan ini menunjukkan bahwa hamba ini menuduh Tuhan sebagai penyebab kegagalannya. Ini bisa terjadi dalam hidup kita, jika kita merasa bahwa Tuhan yang berdaulat sudah menetapkan nasib kita, dan kita merasa bahwa tidak ada apa pun yang bisa atau harus kita lakukan. Kita mungkin menuduh orang yang berusaha menaati perintah Tuhan sebagai orang yang sombong, yang terlalu yakin akan kemampuan mereka. Padahal Tuhan sudah memberikan karunia dan tugas kepada setiap orang menurut kebijaksanaan-Nya.

Dalam konteks perumpamaan talenta ini, prinsipnya mudah dimengerti karena dalam bisnis, seorang pengusaha berusaha mencari hasil yang banyak. Hamba yang diberi sepuluh talenta adalah yang paling produktif dengan modal yang diberikan oleh tuannya (Matius 25:16). Hamba dengan satu talenta sama sekali tidak mau melakukan apa pun dengan modalnya. Jika si tuan menginginkan keuntungan terbesar dari investasinya, ia tentunya harus mengambil satu talenta itu dan memberikannya kepada orang yang memiliki lebih banyak supaya hasilnya bisa lebih banyak. Orang dengan satu talenta adalah hamba yang tidak berguna.

Prinsip tersebut mengilustrasikan sebuah kebenaran penting bagi para pengikut Yesus: Adalah penting bahwa kita memanfaatkan apa yang Dia karuniakan kepada kita untuk kemuliaan-Nya. Itu penting bagi kita dan bagi Dia. Mereka yang percaya kepada Yesus, bekerja untuk Yesus (Yohanes 14:15). Mereka yang bekerja untuk Yesus dihargai dengan diberi lebih banyak kesempatan untuk melayani Dia, dan kesempatan untuk memanfaatkan dengan baik apa yang telah diberikan kepada mereka. Mereka yang sudah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba Allah, akan memperoleh buah yang membawa kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya adalah hidup yang kekal. Sebaliknya, mereka yang menolak bekerja untuk Dia, yang tidak mengalami pengudusan, hanyalah berpura-pura menjadi hamba-Nya (Matius 25:30).

Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.” Roma 6: 22

Selain aplikasi khusus untuk umat Kristen, perumpamaan tentang talenta juga memiliki aplikasi umum untuk semua umat manusia. Sejak penciptaan umat manusia, setiap individu telah dipercayakan dengan sumber daya waktu dan kekayaan materi. Semua yang kita miliki berasal dari Tuhan dan milik-Nya. Kita bertanggung jawab untuk menggunakan sumber daya dengan cara yang baik dan tujuan yang benar agar nilainya meningkat. Sebagai orang Kristen, kita juga memiliki sumber daya yang paling berharga – Firman Tuhan. Jika kita percaya dan memahami Dia, dan menerapkan Firman-Nya sebagai penatalayan yang baik, kita menjadi berkat bagi orang lain dan nilai dari apa yang kita lakukan berlipat ganda. Kita bertanggung jawab kepada Tuhan atas penggunaan semua karunia-Nya.

“Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.” Filipi 2: 12-16

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s