“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Matius 11: 28

Walaupun seseorang bisa kuat secara fisik, sering kali kekuatan ini berkurang atau bahkan lenyap ketika ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keadaan mental orang itu. Kemarin malam, seorang penyiar TV di Australia mengundurkan diri karena adanya banyak perundungan yang ditujukan kepada dia dan keluarganya. Tekanan batin yang dialaminya sedemikian besar sehingga ia merasa harus beristirahat dari kegiatannya di dunia media untuk sementara waktu.
Soal merasa lelah dan lemah, kalau tidak diatasi, bisa menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Jika kelelahan itu disebakan oleh faktor jasmani, tentunya kita bisa mengharapkan pengobatan dokter. Tetapi, jika masalahnya juga menyangkut soal pikiran dan hati, itu tidaklah mudah diatasi. Dalam hal ini kita bisa belajar dari apa yang dialami oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus. Baca 2 Korintus 11 & 12.
Paulus sebagai manusia juga mengalami penderitaan dalam hidup sebagai rasul Tuhan. Paulus menulis bahwa ia sudah banyak berjerih lelah dan bekerja berat; dan kerap kali ia tidak tidur; ia sering lapar dan haus; kerap kali dia harus berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian (2 Korintus 11: 27).
Jika Paulus adalah orang yang tidak kuat imannya, ia mungkin akan mengalami kekecewaan yang besar karena adanya orang-orang yang tidak menghargai segala pengurbanannya untuk jemaat di Korintus. Apalagi ia mempunyai masalah kesehatan kronis yang tidak kunjung sembuh sekalipun ia sudah memohon kesembuhan tiga kali. Bukannya menyembuhkan Paulus, Tuhan justru berkata bahwa kasih-Nya kepada Paulus sudah cukup.
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” 2 Korintus 12: 9a
Dengan jawaban Tuhan itu, Paulus bisa makin merasakan bahwa hidupnya bergantung kepada Tuhan sepenuhnya.
“Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku”. 2 Korintus 12: 9b
Jika kita mengingat Paulus dengan kelelahan serta penderitaannya, kita juga bisa bersikap seperti dia, yang merasa bahwa kesulitan hidup justru membuat dia makin dekat kepada Kristus yang memberinya kesabaran, dan kekuatan. Itu kalau kita bisa dan mau berkomunikasi, berdoa kepada Dia secara teratur.
Ada banyak penyebab mengapa orang Kristen tidak berdoa secara teratur. Sebab yang pertama ialah soal prioritas. Seorang tidak berdoa karena ia mementingkan hal lain daripada berdoa. Selain itu, ada orang yang beranggapan bahwa berdoa adalah memohon sesuatu kepada Tuhan. Karena itu, selama hidupnya lancar, doa tidak dirasakan perlu.
Selain dari sebab di atas, ada pula orang yang berpendapat bahwa karena Tuhan sudah mempunyai rencana tertentu yang tidak bisa diubah, doa kita adalah hal yang sia-sia. Selanjutnya, ada pula orang-orang yang karena pernah merasa dikecewakan sekarang menjadi segan untuk berdoa. Juga, ada orang yang enggan berdoa karena hidupnya yang kacau membuat ia ragu untuk mendekati Tuhan yang mahasuci. Tentu saja ada sebab-sebab lain yang membuat orang Kristen malas berdoa, apalagi berdoa secara teratur bukanlah suatu ritual yang diharuskan seperti dalam agama lain.
Berdoa adalah berkomunikasi dengan Tuhan, sesuatu yang diajarkan Tuhan untuk kebaikan manusia sendiri. Kebiasaan berdoa secara teratur bisa membuat umat Kristen yakin bahwa Tuhan itu dekat dan pengasih. Melalui komunikasi dengan Tuhan, kita bisa makin mengenal-Nya.
Jika ada oknum yang tidak menyenangi kita berdoa, itu adalah iblis. Ia dengan segala tipu muslihatnya, berusaha membuat manusia untuk segan dan malas untuk berdoa. Iblis tidak hanya berusaha menghentikan usaha kita untuk mendisplinkan diri untuk berdoa secara teratur, ia juga membuat hidup kita terasa sibuk sehingga kita lupa atau tidak merasakan perlunya untuk melibatkan Tuhan dalam segala segi kehidupan kita. Pada pihak yang lain, iblis jugalah yang menyebabkan kita merasa malu atau segan untuk mendekati Tuhan yang mahakudus dengan berbagai tuduhannya yang keji.
Setiap hari, hanya kita yang bisa menjawab pertanyaan mengapa berdoa di saat ini masih sering terasa sebagai beban dan kewajiban, dan bukannya sebagai kenikmatan dan berkat.
Karena Tuhan tahu bahwa kita membutuhkan-Nya, Ia sudah memberikan Roh Kudus kepada setiap orang yang percaya. Apa yang harus kita lakukan hanyalah mempersilahkan Roh Kudus untuk membimbing kita dalam kita berkomunikasi dengan Tuhan kita yang maha pengasih.
“Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” Roma 8: 26
Masih ingatkah Anda akan lagu “Lebih dekat pada-Mu”?
Ku lemah Yesus kuasa
Hindarkan dari dosa
Dan ku berbahagia
Serta girang t’rus selamanya
Lebih dekat padaMu
Itu permohonanaku
Tiap hari sertaMu
Oh Tuhan tolong padaku
Dalam dunia penuh susah
Hidupku jadi payah
Tapi Yesus ku cinta
Tolongku dari bahaya
Semoga kita mau lebih dekat kepada Tuhan dalam hidup ini.