“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” Matius 7: 13-14
Apa yang akan anda kerjakan hari ini? Apakah anda mempunyai rencana untuk melakukan sesuatu yang signifikan dalam minggu ini? Kebanyakan orang selalu membuat rencana untuk hari-hari mendatang selama masih bisa. Mereka yang sudah sangat lanjut usia mungkin kurang bisa untuk itu; karena itu rencana dan keputusan mungkin diserahkan kepada orang lain. Memang selama pikiran masih sehat, keputusan dan tanggung jawab ada ditangan kita. Cara yang mudah untuk menghindari tanggung jawab adalah mengingkari adanya kesempatan atau kemampuan untuk mengambil keputusan.
Keputusan yang kita ambil mungkin bisa membawa hasil yang baik, tetapi mungkin juga menghasilkan sesuatu yang kurang kita sukai. Dalam hal ini kita sering tidak bisa menduga apa hasilnya. “Life is like a box of chocolates”, begitu kata Forest Gump dalam filmnya. Hidup adalah seperti sekotak coklat, itulah bunyi ungkapan itu. Kita tidak tahu coklat rasa apa yang akan kita dapat. Tetapi coklat apapun yang kita peroleh, kita sendiri yang telah memilihnya dan terserah kepada kita untuk merasakannya. Hidup manusia adalah penuh dengan pilihan dan tanggung jawab. Ini adalah masalah yang sering diperdebatkan manusia, termasuk umat Kristen.
Ada orang-orang yang mungkin berpendapat bahwa didalam kotak yang kita terima ada beberapa coklat dengan berbagai ragam bungkus yang harus kita pilih, tetapi rasanya sudah ditentukan oleh Tuhan. Walaupun kita harus memilih satu coklat, sebenarnya coklat yang kita pilih tidak berbeda dengan coklat yang lain. Walaupun manusia bebas memilih, mereka sebenarnya tidak dapat menentukan pilihannya. Sebaliknya ada yang percaya bahwa Tuhan memberi kita sekotak coklat dengan berbagai rasa untuk bisa kita pilih. Dalam hal ini, masalahnya adalah coklat mana yang kita pilih.
Memang hidup ini punya berbagai variasi, berbagai segi, bermacam peristiwa. Apa yang akan kita lakukan hari ini mungkin saja hanya hal yang kecil, yang rutin, yang mungkin tidak mempunyai konsekuensi besar. Tetapi mungkin juga kita dihadapkan dengan berbagai tugas berat yang mengharuskan kita untuk mengambil pilihan. Mungkin kita sudah bisa dan siap berdoa: “Biarlah kehendak Tuhan yang terjadi”. Tetapi keputusan tetap ada di tangan kita untuk mengambil tindakan. Kita jugalah yang harus bertanggung jawab atas apa yang kita pilih.
Pagi ini kita dihadapkan dengan kenyataan hidup: bahwa hidup kita adalah suatu proses dimana kita selalu dihadapkan dengan pilihan dan tanggung jawab pribadi. Jika kita sekarang mengalami suatu keadaan, kita sendiri yang bisa menentukan reaksi kita dan kita sendiri yang bisa memutuskan apa yang akan kita akan perbuat. Seringkali dalam hidup ini kita menjumpai tantangan besar dan untuk mengatasinya mungkin ada jalan pintas yang tampaknya sangat mudah dan memikat. Adalah keputusan kita sendiri untuk memilih jalan itu sekalipun bertentangan dengan firman Tuhan, ataukah memilih jalan yang lain yang nampaknya lebih berat tetapi yang tidak melanggar perintahNya.
Hidup iman kita mungkin juga sudah mencapai saat dimana kita merasakan bahwa tidak ada yang perlu kita pikirkan lagi karena kita mungkin sudah merasa bahwa Tuhan sudah memutuskan apa yang terjadi dalam hidup kita, baik itu kesuksesan maupun kegagalan. Sikap yang semacam itu memang seolah membuat hidup kita nampaknya lebih enteng, karena kita memilih apa yang lebih mudah dilewati: jalan yang lebar, yang bisa dilewati tanpa memerlukan pergumulan terus-terusan. Jalan yang sempit, yang menuntut perjuangan untuk mempertahankan kesetiaan yang penuh kepada Tuhan yang mahakuasa, yang benar-benar penuh dengan rasa syukur dan hormat kepada Tuhan dalam setiap saat dan keadaan, tidaklah mudah dijalani. Tetapi itulah yang jalan yang benar yang diajarkan Yesus kepada murid-muridNya.
Untuk sebagian umat Kristen, keyakinan akan keselamatan itu datang melalui tradisi, kebiasaan dan pengalaman mereka. Jalan yang lebar dan mudah dilalui, tetapi seringkali hanya ilusi. Untuk yang lain, iman datang dari Tuhan melewati pergumulan hidup, pilihan pribadi, pelajaran hidup, kesadaran akan ketergantungan dan pertobatan dalam Yesus Kristus. Ini jalan yang sempit dan sulit dilalui. Tanpa keberanian untuk memilih dan kemauan untuk bertanggung jawab, manusia tidak akan bisa berkata:
Tuhan, aku sudah mengambil berbagai keputusan di masa lalu,
Aku sadar bahwa aku sering melakukan hal yang bodoh.
Pagi ini aku mengaku bahwa aku bertanggung jawab atas hidupku.
Aku sekarang mau memilih jalan yang sempit untuk mengenal Engkau.
Bimbinglah aku agar sampai ke tempat tujuan.