“Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” 1 Korintus 15: 10
Untuk apa hidup ini? Setiap orang pernah memikirkan hal ini, apalagi dalam kurun waktu yang ada, hari-hari berlalu makin cepat dengan bertambahnya usia. Umur manusia itu memang relatip pendek jika dibandingkan dengan beberapa mahluk lain:
- Ikan paus biru mencapai 110 tahun
- Ikan paus Fin sampai 115 tahun
- Kura kura Galapagos 175 tahun
- Ikan paus kepala tombak atau Bowhead Whale 210 tahun
- Kerang Ocean quahog 500 tahun
- Ubur ubur Turtitopsis Nutricula, Tricladida dan ganggang Hydra diatas 15 ribu tahun.
Manusia yang beruntung bisa mencapai 100 tahun lebih, tetapi itu jarang. Di beberapa negara maju, hanya beberapa orang saja yang memiliki umur sepanjang itu.
Dengan fakta kehidupan yang kurang bisa membesarkan hati, manusia cenderung untuk mencari kebahagiaan dalam hidupnya. Hidup ini singkat, dan karena itu manusia ingin mencari kepuasan dan kebahagiaan sebesar mungkin di bumi ini selagi masih bisa. Untuk itu, mungkin orang akan memilih salah satu cara hidup dibawah ini:
- Hidup sederhana agar pikiran tenang
- Menikmati hidup selagi masih bisa
- Menyibukkan diri agar penderitaan terlupakan
- Bekerja keras untuk mencari kepuasan dan kesuksesan
- Membaktikan hidup sepenuhnya untuk orang lain, dll.
Walaupun demikian, makna kehidupan ini masih belum terjawab. Apakah manusia hanya hidup untuk mencari kebahagiaan di bumi ini? Apakah hidup itu untuk diri sendiri atau untuk orang lain? Adakah kebahagiaan sejati di bumi? Apa yang terjadi setelah hidup ini?
Dalam ayat diatas, Paulus menjelaskan bahwa ia telah menerima kasih karunia Allah dan karena itu ia tidak mau menyia-nyiakan hidupnya. Sebaliknya, ia telah bekerja lebih keras dari orang lain karena kasih karunia Allah yang menyertainya. Paulus bekeja keras sampai kematiannya sekitar umur 60 tahun sebagai seorang martir di Roma. Hidupnya singkat tetapi padat. Hidupnya digunakan secara efektif untuk hal-hal yang baik bagi dunia maupun surga.
Memang hidup itu harus diisi rasa syukur atas karunia Tuhan, terutama karunia terbesar yaitu keselamatan. Mereka yang bisa merasakan betapa besar pengurbanan Kristus akan bisa mengerti kasih Allah kepada manusia. Karena itu, mereka akan lebih bisa menghargai hidupnya, dan bisa memakai hidupnya untuk mengasihi Tuhan dan sesama manusia. Mereka akan mau dan bisa memelihara kesehatannya agar bisa melayani orang di sekitarnya, dan memuliakan Tuhan selama mungkin selagi hidup di dunia.
Bagi semua orang Kristen, hidup yang singkat harus digunakan untuk meningkatkan kedewasaan iman, untuk belajar dan mengajar firman Tuhan. Seperti Paulus, kebahagiaan kita didapat dari Tuhan karena kita bisa mendengarkan suaraNya, dan bisa menyampaikan itu kepada orang lain. Kebahagiaan datang ketika kita melihat bahwa kerajaan Tuhan dilebarkan, baik di bumi maupun di surga.
“Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya.” 1 Korintus 15: 11
Dalam melebarkan kerajaan Tuhan. Paulus tidak segan untuk berdiskusi dengan orang lain, untuk mengingatkan mereka agar hidup sesuai dengan perintah Tuhan. Bagi Paulus, hidup bukan mencari persoalan tapi menghadapi persoalan. Hidup bukannya lari dari kenyataan, tetapi merasa cukup dan bahagia dalam setiap keadaan. Kebahagiaan bukan didapat dengan hidup pasif yang menghindari tantangan, tapi dengan keberanian dan perjuangan menegakkan kebenaran Tuhan.
Pagi ini, biarlah kita bisa melihat dan mengerti makna kehidupan kita. Hidup manusia memang singkat, tetapi kita bisa menggunakannya untuk memuliakan Tuhan!