“Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.” 2 Korintus 11: 27-28
Siapakah yang tidak pernah merasa capai? Semua orang tentu pernah, dan bahkan tiap hari harus tidur beristirahat untuk menghilangkan rasa capai. Walaupun demikian, jenis dan tingkat kecapaian orang tentunya berbeda-beda. Ada yang capai pikirannya, ada yang capai tubuhnya. Ada yang capai matanya, ada pula yang mulutnya, atau kakinya; dan di zaman internet ini mungkin juga banyak orang yang capai jarinya.
Penyebab rasa capai juga beraneka ragam. Di usia muda, mungkin rasa capai disebabkan karena terlalu sering begadang atau kelayapan. Sesudah berkeluarga mungkin rasa capai disebabkan oleh kesibukan rumah tangga. Mereka yang bekerja sering juga merasa capai karena tugas kewajiban, entah itu dalam berpikir, membuat sesuatu, atau menemui klien dan blusukan ke lapangan. Yang sudah mulai uzur pun sering capai karena faktor usia dan juga karena tetap adanya tugas kehidupan.
Rasul Paulus dalam ayat-ayat diatas menulis kepada jemaat di Korintus bahwa ia juga sering merasa capai, kurang tidur dan bahkan kelaparan dalam tugasnya memelihara semua jemaat-jemaat. Itulah kelelahan yang disebabkan oleh dedikasinya kepada pekerjaan untuk memuliakan Tuhan. Karena ia mengasihi jemaatnya, Paulus mau bekerja keras membanting tulang untuk menolong mereka yang dalam kesulitan.
“Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita?” 2 Korintus 11: 29
Berbeda dengan zaman Paulus, di zaman ini orang Kristen lebih individualis dan karena itu syudah lumrah kalau mereka lebih sering merasa capai karena “urusan dalam negeri”. Mungkin mereka yang di desa masih punya rasa dedikasi tinggi kepada gereja dan masyarakat, tetapi mereka yang di kota besar biasanya terlalu sibuk dengan kehidupannya sehingga jarang yang merasa terpanggil untuk bekerja di luar kesibukannya sendiri, Dengan demikian, mereka yang sibuk dan menyibukkan diri umumnya merasa capai hanya karena apa yang dikerjakan bertujuan untuk memuliakan diri sendiri, kepentingan pribadi, kenikmatan diri sendiri, pelarian dari kenyataan, pemuasan hawa nafsu, kecanduan, kesepian dan lain-lain.
Pagi ini, jika kita sering merasa capai dalam hidup kita, kita harus bisa melihat apa yang kita prioritaskan dalam hidup ini. Banyak orang yang tidak bisa tidur, merasa capai terus-terusan, sakit-sakitan, tertekan, bingung dan bahkan berubah pikiran karena kesibukan yang lebih dari seperlunya. Karena itu, sebagai orang Kristen, kita harus selalu memohon Roh Kudus untuk memberi kita kebijaksanaan agar bisa melihat apa yang perlu dan baik untuk dikerjakan dan membuang obsesi yang tidak berguna.
“Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. 1 Korintus 10: 23
Setiap manusia memang mempunyai batas kekuatan dan karena itu adalah normal jika kita merasa capai baik secara badani maupun rohani. Namun, seperti Rasul Paulus, kecapaian badani karena pekerjaan yang berguna untuk Tuhan dan sesama akan bisa cepat terobati, karena secara rohani kita akan memperoleh tambahan kekuatan. Biarlah kita bisa bertambah bijak hari demi hari sehingga kita bisa mempunyai hidup baik yang sehat dan seimbang serta bisa mengatur prioritas hidup kita!
Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku. 2 Korintus 11:30