Kita adalah hamba hukum

“… Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu” Matius 20: 26-27

Kemarin siang, selagi berjalan-jalan di daerah China Town di Seattle, tiba-tiba beberapa mobil polisi bermunculan dari segala jurusan. Dengan bunyi sirene yang menjerit-jerit dan lampu biru yang berkedip-kedip, mereka melaju dengan cepat menuju ke satu taman yang tidak jauh dari saya. Pemandangan yang agak menakutkan, mirip adegan film Hollywood tentang hamba hukum yang mengejar bandit.

Dalam bahasa Indonesia istilah “hamba hukum” berarti petugas hukum, pelaksana hukum atau polisi. Istilah semacam ini tidak ada dalam bahasa Inggris walaupun polisi dikenal sebagai “pelaksana hukum” atau “law enforcer”. Sekalipun polisi di Indonesia dinamakan hamba hukum, dalam kenyataannya mereka bukanlah “hamba” tetapi “pemimpin” masyarakat yang mengawasi dan mengatur masyrakat agar menaati hukum yang ada.

Dalam hidup di zaman ini memang tidak ada lagi orang yang mau menjadi hamba siapapun, walaupun pekerjaan sebagai pelayan masih ada di banyak negara. Sekalipun demikian, ayat diatas mengatakan bahwa orang Kristen yang mau menjadi pemimpin harus mau menjadi pelayan atau hamba yang lain. Dalam ayat ini, istilah “pelayan” mengandung arti yang sama dengan istilah “hamba”.

Sebagai orang Kristen sebenarnya kita adalah hamba hukum. Bukan hukum Taurat, tapi hukum kasih. Kita harus melaksanakan hukum utama untuk mengasihi Tuhan dan sesama kita (Matius 22:37-40), karena kasih karunia Allah yang telah dinyatakan dalam kedatangan Yesus Kristus ke dunia.

Pagi ini biarlah kita diingatkan walaupun dunia ini mengagumi pemimpin-pemimpin besar dan karena itu orang sering ingin untuk memimpin orang lain, seorang pemimpin Kristen adalah hamba hukum kasih, yang taat kepada Tuhan dan mengasihi orang yang dipimpinnya. Ini berarti bahwa jika kita diberiNya kesempatan untuk memimpin, itu bukannya untuk memberi kita kepuasan dan rasa bangga karena kita lebih mampu dari yang lain, tetapi rasa syukur karena kita mendapat karunia untuk melayani dan membimbing sesama kita. Menjadi pemimpin juga bukan untuk meninggalkan kesan baik untuk diri kita sendiri, tetapi untuk Yesus, Tuhan yang sudah datang ke dunia dan merendahkan diri sebagai manusia biasa.

“Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.” Lukas 22: 26

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s