“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Yeremiah 29: 11
Hari depan yang penuh harapan, semua orang, tua dan muda menginginkannya. Bagi yang muda tentunya keberhasilan dalam mencapai cita-cita, karir dan rumah tangga adalah sesuatu yang didambakan. Bagi yang sudah berumur, mungkin hari-hari yang bisa dinikmati bersama anak-cucu dan bebas dari sakit adalah sesuatu yang diingini. Ayat diatas nampaknya menjanjikan bahwa harapan semua orang percaya untuk memperoleh hari depan yang damai sejahtera akan dipenuhi Tuhan. Tetapi ayat ini adalah ayat yang sering disalah-tafsirkan banyak orang.
Sebuah lagu himne yang terkenal “Nyamanlah Jiwaku” yang diterjemahkan dari “It is well with my soul” mungkin bisa membuat kita mengerti apa arti ayat diatas yang sebenarnya. Syair lagu itu adalah karangan Horatio Gates Spafford. Horatio lahir di North Troy, New York pada tanggal 20 Oktober 1828. Pada masa mudanya, Spafford adalah seorang pengacara yang sukses di Chicago. Pada tahun 1870 iman mereka diuji oleh tragedi. Anak laki-laki mereka, yang berumur empat tahun, Horatio Junior, meninggal dunia karena demam berdarah. Tidak hanya sampai di situ saja tragedi yang dialami. Beberapa bulan sebelum kebakaran besar di Chicago tahun 1871, Horatio menginvestasikan modal yang cukup besar untuk usaha real estate di pinggiran danau Michigan, tapi semua investasinya tersapu habis oleh bencana tersebut.
Pada tanggal 22 November 1873 pukul 2 dini hari, kapal pesiar yang ditumpangi istri Horatio dan 4 orang anaknya ditabrak di atas laut yang tenang oleh sebuah kapal lain. Dalam waktu dua jam Ville du Havre, salah satu kapal terbesar yang pernah ada pada waktu itu, tenggelam ke dasar samudera Atlantik beserta 226 penumpangnya termasuk keluarga Spafford. Sembilan hari kemudian korban yang selamat dari kapal itu tiba di pulau Cardiff, Wales, Inggris dan di antara mereka terdapat Nyonya Spafford. Dia mengabarkan melalui telegram kepada suaminya dengan dua kata, ‘saved alone’ (hanya aku yang selamat). Horatio tentunya merasa terpukul atas tragedi-tragedi yang secara beruntun menimpanya. Baginya tentu sulit untuk membayangkan bahwa Tuhan mempunyai rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan untuknya; untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan dan bukannya hidup yang penuh tragedi. Tetapi Tuhan memberi Horatio kekuatan untuk bertahan dalam iman dan kemampuan untuk menulis syair himne yang sangat terkenal itu.
Bila damai mengiring jalan hidupku
Rasa aman di hatiku
Dan kesusahan menimpaku
Tlah Kau ajarku mengingat firmanMu
Nyamanlah jiwaku
Nyamanlah, nyamanlah jiwaku
Ayat diatas sebenarnya berkenaan dengan janji Tuhan untuk memelihara bani Israel setelah mereka mengakhiri masa 70 tahun pengasingan di Babel. Tuhan mempunyai rancangan-rancangan tertentu untuk bani Israel yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan hari depan yang penuh harapan kepada seluruh umat pilihan Tuhan. Ayat itu tidak menjanjikan bahwa kita secara perseorangan akan selalu dapat memperoleh hidup yang nyaman. Rencana Tuhan untuk sebuah bangsa, tidaklah sama dengan rencana Tuhan untuk setiap umatNya.
Pagi ini kita diingatkan bahwa Tuhan yang mengasihi bani Israel adalah Tuhan yang mengasihi kita pada saat ini. Tuhan mempunyai rencana baik untuk semua umatnya, dan sekalipun kita berada dalam keadaan susah atau dalam penderitaan apapun, kita akan mendapat penghiburan didalam persekutuan dengan Dia. Tuhanlah yang memberi kita kekuatan dan ketabahan dalam segala keadaan, hingga saat dimana kita bisa bersatu dengan Dia di surga.
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Filipi 4: 13