“Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” Ayub 1: 21
Hujan lagi! Dari kemarin hujan lebat turun di Queensland dan perjalanan bermobil dari Toowoomba ke Gold Coast tadi malam harus saya lakukan dengan sangat berhati-hati karena jalanan yang licin dan kaca mobil yang kadang-kadang tertutup derasnya air hujan. Berakhir pekan dengan berlindung di bawah atap, itulah yang saya putuskan karena hujan akan turun sepanjang hari ini dan bahkan juga esok hari. Tidak ada seorang pun yang bisa membuat hujan dan tidak ada juga yang bisa mengusirnya. Dan jika hujan akhirnya berhenti, itu juga karena Tuhan yang sudah mendatangkan hujan, kemudian menghentikannya!
Ayat Alkitab diatas adalah ayat yang cukup dikenal umat Kristen, tetapi tidak terlalu sering dibahas karena ada latar belakang yang sedih. Diceritakan bahwa Ayub yang setia kepada Tuhan baru saja mengalami berbagai musibah, kehilangan ternak peliharaannya dan juga anak-anaknya. Bukannya ia menyesali nasibnya, Ayub justru mengakui kebesaran Tuhan, yang berhak untuk memberi dan mengambil apa saja yang dikehendakiNya. Ayub mengakui kedaulatan Tuhan. Ayub percaya bahwa apa yang dikehendaki Tuhan adalah baik.
Berbeda dengan sikap Ayub, pada zaman ini manusia makin terpukau pada materialisme. Karena itu manusia hanya melihat kebesaran Tuhan dari satu sisi saja, yaitu dari segi pemberianNya, berkat materi yang diberikanNya. Manusia, seperti anak kecil, memang lebih mudah untuk mengerti bahwa Tuhan itu kasih melalui berbagai hal yang menyenangkan yang diberikan Tuhan dalam hidupnya. Karena itu, pada saat ini ada banyak orang Kristen yang tertarik kepada paham-paham yang mengajarkan bahwa mereka yang beriman pasti selalu hidup dalam kesuksesan.
Bahwa kegagalan dan kesusahan bisa menjadi bagian paket berkat Tuhan, adalah sulit dimengerti oleh banyak orang. Mereka yang berpendapat bahwa Tuhan itu maha kasih dan karena itu tidak mungkin membiarkan anak-anakNya menderita, adalah kurang menyadari bahwa Tuhan menghendaki bahwa manusia dekat kepadaNya, bergantung kepadaNya dalam segala situasi.
Tuhan adalah sumber kehidupan manusia dan melalui rancanganNya, Tuhan bermaksud untuk membuat manusia sadar bahwa Ia adalah Tuhan maha kuasa yang menghajar umat yang dikasihiNya agar mereka makin kuat dan beriman didalam Dia.
“Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” Ibrani 12: 5-6
Pagi ini, jika hujan deras dan topan menghantam kehidupan kita, janganlah kita berkecil hati. Seperti Ayub yang setia, kita harus memahami bahwa paket berkat dari Tuhan tidak selalu membawa sesuatu yang kita harap-harapkan, tetapi bisa juga berupa hal-hal yang tidak pernah kita harapkan. Satu hal yang harus kita yakini adalah bahwa Tuhan selalu mempunyai rancangan yang baik untuk umatNya yaitu kedamaian hidup kita dan kesatuan dalam kasih antara kita dengan Dia dalam keadaan apapun di hari-hari mendatang.
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Yeremia 29: 11
Betul, Kbaikan Tuhan tdk hnya bs diukur lwat peristiwa2 yg kita pndang baik sj, tp dlm sgla hal.
Oya, sepertinya Anda bkn pmegang teologi kemakmuran ya, syukurlah…. sy gak slh follow blog renungan ini.
Plyanan di mnca ngara atau gmn ni pak?
SukaSuka
Saya tidak mendukung teologi kemakmuran. Saya cuma pelayanan lewat blog ini.
SukaDisukai oleh 1 orang