“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Yohanes 15: 12 – 13
Dua dokter Australia baru-baru ini menerima penghargaan Star of Courage dari pemerintah Australia untuk keberanian mereka dalam usaha menyelamatkan beberapa orang dari sebuah gua di Thailand. Kisah penyelamatan tim sepakbola yang terdiri dari anak-anak remaja dan seorang pelatihnya itu sudah disiarkan melalui berbagai media di seluruh dunia, dan bahkan kabarnya akan dituangkan dalam sebuah film.
Mengapa rescue mission, misi penyelamatan semacam itu sangat menarik perhatian publik? Ada beberapa penyebabnya, diantaranya adalah adanya kemungkinan hilangnya nyawa orang dan adanya orang yang mau mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan nyawa orang lain.
Dalam ayat diatas, Tuhan Yesus memerintahkan murid-muridNya untuk saling mengasihi, seperti Ia sudah mengasihi mereka. Ia lebih lanjut menyatakan bahwa tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
Dalam Alkitab memang ada tertulis bahwa ada dua hukum yang harus kita taati yaitu untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi kita, dan untuk mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri (Matius 22: 37 – 39). Kita harus menjalankan kedua hukum ini, yang merupakan inti seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Dengan adanya ayat-ayat diatas, haruskah kita selalu bersedia mengurbankan nyawa kita untuk orang lain? Tentu saja tidak. Secara umum, umat Kristen tidak dipanggil untuk itu, walaupun ada kalanya seseorang harus mengambil keputusan untuk bersedia mati untuk Tuhan dan juga demi keselamatan orang lain.
Orang Kristen tidak dipanggil untuk mengurbankan nyawanya, kecuali itu adalah kehendak Tuhan dalam keadaan khusus tertentu. Tetapi, apa yang diperintahkan Yesus adalah kesediaan setiap pengikutnya untuk bersedia memberikan apa yang terbaik untuk kehidupan orang lain, karena setiap orang Kristen sudah menerima anugerah yang terbaik melalui pengurbanan Yesus di kayu salib.
Sebuah contoh bagaimana kita bisa berkurban secara maksimal untuk orang lain ada dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10: 30 – 37). Dalam perumpamaan Yesus itu, ada seorang Yahudi yang dirampok dan dipukuli di sebuah jalan yang sepi dan yang tidak aman. Dua tokoh agama Yahudi yang melihat korban perampokan itu terbaring setengah mati, tidak mau berhenti menolongnya. Sebaliknya, seorang Samaria yang tidak disukai orang Yahudi, justru tidak segan-segan menolong. Ia tidak takut untuk berhenti di tempat yang tidak aman untuk menolong sesamanya. Ia merawat luka-luka sang korban, dan kemudian menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan. Orang Samaria itu sudah menjalankan perintah Yesus.
Pagi ini kita belajar 3 hal praktis tentang kasih:
- Kasih tidak mementingkan diri sendiri, tetapi selalu memikirkan kebutuhan orang lain.
- Dalam kasih tidak ada ketakutan, Tuhanlah yang menguatkan dan melindungi kita dalam berbuat baik untuk sesama.
- Karena Tuhan sudah menyatakan kasihNya untuk seisi dunia dan mengurbankan AnakNya, kita juga mau mengasihi semua orang semaksimal mungkin.
Semoga kita bisa makin hari makin bertumbuh dalam hal mengasihi.
Trmksh atas share yg reflektif. Kita diingatkan ttg mmberi yg terbaik utk kehidupan org lain; ttg mkna pengorbanan.
SukaSuka