“Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.” Ibrani 10: 19 – 21
Minggu lalu adalah minggu yang menarik bagi seluruh penduduk Australia karena adanya sebuah pergolakan politik yang terjadi. Setelah melalui berbagai kejutan, seorang Perdana Menteri baru pada akhirnya terpilih. Dengan terpilihnya “ScoMo“, nama julukan dari Scott Morrison, tentunya ada perubahan dalam segi keamanan, yang layaknya harus disediakan untuk pemimpin negara. Sekalipun di Australia rakyat sering bisa menjumpai tokoh-tokoh pemerintahan tanpa harus melalui protokol yang ketat, sesudah menjadi Perdana Menteri tentunya ScoMo akan lebih sukar untuk ditemui.
Kalau untuk menjumpai seorang pemimpin negara tetap mungkin sekalipun tidak mudah, pada zaman sebelum Tuhan Yesus disalibkan bani Israel tidak bisa secara langsung menemui Tuhan di Bait Allah. Tuhan yang memimpin bani Israel secara langsung adalah Allah yang maha suci, yang tidak dapat didekati oleh manusia yang berdosa. Bait Allah pada waktu itu terdiri dari tiga bagian. Yang pertama adalah pelataran, dimana ada mezbah untuk korban bakaran, dan juga bejana atau kolam pembasuhan tempat membersihkan diri atau penyucian. Bagian kedua Bait Allah adalah ruang kudus, yang berisi kaki dian bercabang tujuh, meja roti sajian, dan mezbah dupa. Di ruang kudus ini, hanya imam dan imam besar yang boleh masuk. Sebuah tirai atau tabir memisahkan antara ruang kudus ini dan ruang maha kudus yang merupakan bagian ketiga dari Bait Allah. Dalam ruang maha kudus ada tersimpan Tabut Perjanjian, lambang kehadiran Tuhan, dan juga dua loh batu berisi Sepuluh Hukum Allah yang ditulis oleh Musa. Ruang Maha Kudus ini hanya boleh dimasuki oleh Imam Besar dan orang lain yang masuk ke ruang ini pastilah menemui ajalnya.
Dengan kematian Yesus untuk menebus dosa umat manusia, tirai yang memisahkan ruang kudus dan ruang maha kudus terbelah dua dari atas sampai ke bawah (Matius 27: 51). Karena itu, tidak ada lagi tirai yang memisahkan umat percaya dengan Tuhan. Setiap orang sekarang bisa mendekati Tuhan dan berkomunikasi denganNya setiap waktu, tanpa harus merasa takut bahwa Tuhan akan menolak dan menghukumnya. Dengan demikian, untuk menjumpai Tuhan seharusnya tidak sukar karena Dia ada dimana-mana. Walaupun demikian, dalam hidup ini banyak orang yang masih mengalami kesulitan untuk menjumpai Tuhan, dan juga merasa ragu kalau Dia mau mendengarkan doa mereka.
Sebagian orang Kristen memang masih belum dapat menghargai sepenuhnya apa arti kematian Yesus, yang membuka kesempatan bagi setiap orang percaya untuk menjumpai Tuhan. Bagi mereka, komunikasi dengan Tuhan hanya dilakukan ketika ada keperluan saja. Ketika mereka berada dalam kesulitan dan memerlukan pertolongan, barulah sebuah doa dipanjatkan. Tetapi komunikasi antara Tuhan dan manusia ciptaanNya sudah tentu bukanlah hanya melalui doa yang jarang-jarang. Kematian Yesus adalah harga yang tertinggi yang sudah dibayar untuk pengampunan dosa manusia, dan itu memungkinkan manusia untuk mendekati Tuhan pada setiap saat; untuk memuji Dia, untuk menyembah Dia, untuk merenungkan sabdaNya dan untuk berkomunikasi dengan Dia.
Ada juga orang-orang Kristen yang merasa bahwa Tuhan yang maha suci itu masih bersembunyi di balik sebuah tirai. Untuk menjumpai Tuhan masih terasa sebagai hal yang sulit dilakukan karena adanya dosa-dosa lama yang menghantui pikiran mereka. Mereka mungkin hanya bisa mengharapkan orang lain untuk mewakili mereka. Mereka lupa bahwa Yesus sendiri sudah menjadi Imam Besar untuk semua orang percaya. Yesus yang sudah menebus dosa manusia adalah Imam Besar yang memungkinkan kita mendapatkan pengampunan total akan dosa kita sehingga kita dilayakkan untuk bisa berjumpa dengan Tuhan. Yesus Kristus sendiri adalah Tuhan yang menerima kita sebagaimana adanya untuk dijadikan umatNya.
Kebalikan dari orang-orang diatas, sebagian lain orang Kristen mungkin merasa yakin bahwa menemui Tuhan itu tidaklah sukar. Bagi mereka, keyakinan akan penebusan Kristus membuat mereka percaya bahwa apapun yang mereka doakan akan dikabulkan Tuhan. Mereka yang hidupnya jauh dari Tuhan, tetapi karena merasa bahwa Yesus sudah menebus dosa-dosa nereka, tidak mempunyai keinginan untuk memperbaiki cara hidup mereka. Orang-orang semacam ini mungkin tidak merasa bahwa walaupun kita sudah ditebus dari dosa-dosa kita, kita tetaplah manusia yang harus menyadari kedudukan kita di hadapan Tuhan yang maha suci. Sebab hanya dengan kerendahan hati kita dapat menghampiri tahtaNya, bukan dengan keyakinan bahwa kita adalah cukup baik di mata Tuhan (Lukas 18: 13 – 14). Sebab jika kita hidup dalam kebenaran Tuhan, doa kita akan didengarNya (Yakobus 5: 16).
Pagi ini, kita diingatkan bahwa Tuhan senantiasa ingin agar kita dekat kepadaNya. Karena itu, Tuhan sudah mengurbankan AnakNya yang tunggal di kayu salib agar kita bisa berkomunikasi dengan Dia secara langsung di setiap waktu. Lebih dari itu, Ia ingin agar kita mau berjalan bersamaNya dalam hidup ini, dan Ia sudah memberikan Roh KudusNYa untuk membimbing kita. Kesempatan sudah diberikan kepada setiap umatNya untuk bisa mendekati Dia setiap saat dengan kerendahan hati dan penyerahan, tetapi kita harus mengambil keputusan bagaimana dan bilamana kita mau menggunakan hal itu.
“Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus.” Yudas 1: 20