“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Roma 11: 36
Dalam kehidupan ini, mereka yang berhasil dalam karir adalah orang-orang yang bisa menghasilkan sesuatu yang baik dalam pekerjaannya. Lebih dari itu, mereka adalah orang-orang yang bisa menunjukkan apa hasil pekerjaan mereka. Orang yang berhasil adalah orang yang bisa meng-klaim upah untuk apa yang baik yang sudah dihasilkannya.
Tidak ada yang salahnya jika kita meng-klaim apa yang memang sudah semestinya kita peroleh. “Claim your reward” adalah sesuatu yang sering diucapkan agar orang tidak ragu untuk meminta penghargaan atas hak dan prestasinya. Walaupun demikian, untuk orang Kristen, bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baik bukanlah semata-mata untuk mendapat penghargaan. Orang Kristen percaya bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan karena itu segala kemuliaan seharusnya untuk Dia yang memungkinkan.
Untuk orang Kristen, hidup di dunia mengharuskan mereka untuk bisa bekerja dengan efisien. Malahan, sebagai orang percaya, kita harus bisa bekerja dengan lebih giat karena majikan kita bukanlah pimpinan atau boss yang kita temui di kantor, tetapi adalah Tuhan sendiri.
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” Kolose 3: 23
Karena itu, sudah selayaknya kita bekerja dengan penuh semangat untuk kemuliaanNya.
Dalam perumpamaan tentang talenta (Matius 25: 14 – 30), tiga hamba yang sudah diberikan modal bekerja yang berlainan oleh tuan mereka, pada akhirnya melalui penilaian hasil kerja atau performance assessment, harus menunjukkan laba yang sudah mereka peroleh. Kita bisa membaca bahwa mereka yang dibekali dengan lima dan dua talenta, kemudian mendapatkan penghargaan yang sesuai dengan hasil yang mereka peroleh.
“Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Matius 25: 23
Hamba yang ketiga hanyalah menerima satu talenta. Ia merasa kecewa dan tidak yakin akan kegunaannya. Karena itu ia tidak mengolah talenta yang sudah dipercayakan kepadanya dan hanya menyimpannya didalam tanah. Bagi hamba ini, bukannya upah yang diterimanya, tetapi hukuman atas kemalasannya.
Sangat menarik perhatian, bahwa dalam perumpamaan itu ketiga hamba itu hanya diperintahkan untuk mengolah harta majikannya. Mereka dipercayai untuk memegang sejumlah uang sesuai dengan kesanggupan mereka untuk mengolahnya. Sebagai hamba mereka tidak dijanjikan hadiah jika mereka mencapai hasil tertentu. Tetapi, tentunya setiap hamba tahu bahwa mereka harus berusaha sebaik mungkin untuk menghasilkan apa yang terbaik untuk sang majikan. Dengan demikian, sekalipun kita tahu bahwa Tuhan menghargai kesetiaan kita, “upah” dari Tuhan tidak seharusnya menjadi motivasi kita untuk bekerja bagi Tuhan karena segala sesuatu berasal dari Tuhan.
Pagi ini, sebagai orang percaya, kita tahu bahwa Tuhanlah yang sudah memberikan kita talenta, kemampuan untuk bekerja baik dalam bidang jasmani maupun rohani. Sebagai hamba Tuhan, kita hanya menjalankan perintahNya untuk mengembangkan apa yang sudah dititipkanNya kepada kita. Banyak orang yang merasa bahwa keberhasilan hanya terlihat dari benda-benda yang dapat diperolehnya. Mereka tahu bagaimana bisa meng-klaim hadiah dari jerih payahnya, yaitu segala sesuatu yang bersifat jasmani dan materi. Tetapi, orang yang mau memikirkan talenta rohani yang diberikan Tuhan mungkin tidaklah banyak. Mereka hanya memendam talenta itu, seperti halnya hamba yang ketiga.
Firman Tuhan pagi ini berkata bahwa segala sesuatu, baik kemampuan jasmani ataupun rohani, adalah dari Tuhan, dan oleh Tuhan, dan kepada Tuhan. Karena itu bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. Apakah kita sudah memakai semua kemampuan itu sebagaimana mestinya?