“Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.” Filipi 4: 12
Memasuki minggu baru kita menghadapi tantangan baru. Perjuangan hidup memang tidak pernah berhenti. Apa yang kita butuhkan hari ini? Sebagai manusia, tentunya kita membutuhkan makanan, minuman, kesehatan, penghasilan dan berbagai hal yang lain. Walaupun begitu, daftar kebutuhan tiap orang tidaklah sama. Ada orang yang tidak membutuhkan terlalu banyak, tetapi ada juga orang yang mendambakan berbagai hal. Ada yang belum memperoleh banyak, tetapi sudah puas dengan apa yang ada. Sebaliknya, ada yang hidup berkelimpahan, tetapi masih juga menantikan datangnya sesuatu yang lebih besar.
Bagi kita yang percaya kepada Tuhan, tentunya kita yakin bahwa Tuhanlah sumber segala sesuatu yang baik dalam hidup kita. Tetapi, jika Ia mengasihi setiap anakNya, mengapa berkatNya berbeda-beda kepada setiap orang? Mengapa Tuhan memberkati orang-orang tertentu dengan kekayaan yang luar biasa sekalipun mereka bukan orang Kristen? Dan mengapa pula ada orang-orang yang percaya bahwa jika Tuhan memberikan kenyamanan dan kesuksesan kepada orang lain, Tuhan seharusnya juga memberikan hal yang serupa kepada mereka?
Kenyamanan dan kesuksesan mempunyai definisi yang berbeda-beda untuk tiap orang. Situasi juga memegang peranan, bahwa apa yang dirasakan nikmat dan hebat pada satu saat, bisa terasa hampa pada saat yang lain. Dalam hal ini, Rasul Paulus menulis bahwa setelah mengalami manis-pahitnya kehidupan, ia sadar bahwa dalam keadaan apapun, yang paling penting adalah adanya rasa cukup. Tetapi, rasa cukuplah yang sering tidak dipunyai manusia, sekalipun ia kaya dalam segala sesuatu.
“Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.” Filipi 4: 11
Walaupun demikian, sebagian orang Kristen mungkin percaya bahwa tujuan Tuhan dalam memberikan sesuatu adalah untuk memberi mereka kelimpahan sehingga rasa syukur akan kasih Tuhan itu semakin besar. Tuhan seakan memberi berkat agar manusia taat kepadaNya. Itu memang cara pemikiran logis duniawi, tetapi bukan menurut firman Tuhan.
Sebagai Bapa, Tuhan tentu tahu apa yang baik untuk kita dan Ia selalu mau memberikannya.
“Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” Matius 7: 11
Walaupun begitu, Tuhan tidak memberikan berkat demi berkat sampai kita merasa puas.
Apa definisi “cukup” itu? Ada banyak orang yang tidak mengenal kata “cukup” apalagi mengerti artinya. Bagi mereka, “cukup” mungkin berarti “bukan terbaik”. Bukankah Tuhan mahakaya dan mahakasih? Dalam hal ini, Tuhan bukanlah seperti orang tua yang memanjakan anak-anaknya, tetapi adalah seperti orang tua yang bijaksana. Sebagai anak-anakNya, kitalah yang harus bisa belajar merasa cukup dalam keadaan apapun.
Karena Tuhan mempunyai rancangan yang berbeda untuk setiap umatNya, kita tidak bisa mengharapkan bahwa Ia akan memberi apa yang kita inginkan. Tuhan dengan kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang baik, yang kita butuhkan, yang dapat menguatkan iman kita dalam perjuangan hidup ini.
Hal-hal lain yang kita dambakan tetapi tidak kunjung datang, mungkin saja justru tidak berguna, atau malahan bisa mengurangi keyakinan kita bahwa Tuhan yang membimbing kita adalah mahakuasa dan mahabijaksana. Adakah rasa cukup dalam diri kita saat ini? Biarlah kita makin hari makin bisa merasa cukup didalam Dia!