“Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.” 1 Petrus 3: 10
Anda ingat lagu “Tinggi Gunung Seribu Janji”? Lagu yang nadanya enak didengar itu diciptakan oleh Ismail Marzuki. Lagu itu kemudian menjadi sangat terkenal dan pernah dibawakan oleb berbagai penyanyi, diantaranya penyanyi pop Hetty Koes Endang dan Bob Tutupoli, serta penyanyi keroncong Tuti Maryati. Sebagian syairnya berbunyi:
Memang lidah tak bertulang
tak berbekas kata-kata
Tinggi gunung seribu janji
lain di bibir lain di hati
Lidah memang tidak bertulang dan karena itu dikatakan sebagai anggota tubuh yang dengan leluasa mengeluarkan apa saja, baik itu hal-hal yang baik, ataupun hal-hal jahat seperti bohong, fitnah, dan sumpah serapah, yang dapat mempengaruhi orang lain. Tetapi, dalam Alkitab ada juga tertulis ayat-ayat, yang seperti ayat diatas, menyebutkan resiko penggunaan lidah terhadap pemiliknya.
“Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka” Yakobus 3: 6
Hampir dalam segala segi kehidupan, manusia memang sering menggunakan lidahnya untuk menguntungkan diri sendiri dan merugikan orang lain. Tetapi, dengan berbuat demikian, sebenarnya ia juga merugikan diri sendiri. Bukan saja masa depannya bisa menjadi suram, hidupnya pun akan perlahan-lahan menemui kehancuran.
Adalah suatu yang menyedihkan bahwa banyak orang yang duduk sebagai pimpinan masyarakat, justru sering terlihat sebagai orang yang hanya pandai bersilat lidah. Pemimpin yang sedemikian sudah tentu tidak dapat memajukan rakyat, tetapi justru bisa membuat kekacauan dan kebingungan. Mereka akhirnya akan digantikan oleh orang-orang yang lebih baik.
Dalam kehidupan keluarga pun, orang tua memberi bimbingan kepada anak-anaknya melalui apa yang dikatakan dan diperbuat mereka. Jika orang tua hanya sering memberi nasihat tetapi tidak memberi contoh melalui perbuatan; atau lebih sering berjanji tetapi jarang memenuhinya, anak-anak mereka akhirnya akan kurang bisa menjadi anak yang patuh, karena apa yang diucapkan orang tua dianggap sebagai suatu kemunafikan dan kebohongan saja. Orang tua yang sedemikian lambat laun akan kehilangan wibawanya.
Pimpinan gereja dengan ucapan dan pandangan hidup mereka juga membawa pengaruh kepada orang lain. Mereka yang mengajarkan bahwa Tuhan menghendaki semua orang Kristen untuk hidup makmur dan sukses di dunia, tidak mencerminkan kebijaksanaan Tuhan yang selalu membimbing umatNya baik dalam suka dan duka. Mereka yang mengajarkan bahwa orang Kristen pada hakikatnya adalah orang yang baik, tidaklah memberitakan kebenaran Tuhan: bahwa kita adalah orang berdosa yang membutuhkan bimbingan dan kekuatan dari Tuhan setiap hari. Mereka bukan saja menyampaikan apa yang keliru, tetapi juga membuat Tuhan dan gerejaNya dipermalukan.
Pagi ini, firman Tuhan berkata bahwa dalam hidup ini kita harus memakai lidah kita untuk menyatakan kebaikan dan kejujuran. Baik kita adalah pimpinan ataupun pekerja, guru atau murid, orang tua maupun anak, suami ataupun istri, kita semua harus memakai seluruh hidup kita untuk memuliakan Tuhan, dan dengan demikian membuka jalan bagi kita untuk menerima berkat Tuhan yang lebih besar dihari-hari mendatang.
“Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat.” 1 Petrus 3: 12