“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8: 28
Teringat saya akan kejadian sewaktu saya masih di SMP. Seorang teman tiba-tiba meninggal dunia tanpa sebab yang jelas. Bagi orang luar, kejadian itu nampaknya sangat tragis karena teman saya adalah anak tunggal. Tetapi, orang tua teman saya waktu itu kelihatan tetap tabah dan tidak terpengaruh dalam kegiatan sehari-hari mereka.
Mengapa ada orang yang begitu tabah dalam menghadapi bencana kehidupan? Sebagian orang mungkin tidak mempunyai alternatif lain. Tuhan dipercaya sebagai Oknum yang menentukan dan bahkan membuat semua itu. Karena itu, tidak ada gunanya untuk bersusah hati. Siapa yang bisa melawan Tuhan? Malapetaka adalah nasib yang ditentukan Tuhan untuk orang-orang yang dipilihNya. Pandangan semacam itu dinamakan fatalisme.
Bagi umat Kristen, adanya bencana belum tentu datang dari Tuhan. Memang, jika orang hidup dalam dosa, Tuhan bisa memberi peringatan dan bahkan hukuman. Kekeliruan manusia dalam mengambil keputusan juga bisa menyebabkan datangnya bencana. Misalnya, pemerintah yang kurang memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, bisa memungkinkan timbulnya korban bencana alam yang besar karena kurangnya persiapan.
Bagi orang Kristen, Tuhan adalah mahakasih. Ia tidak pernah bermaksud untuk memberi bencana bagi anak-anakNya yang taat. Ada kalanya Ia membiarkan adanya penderitaan dan malapetaka terjadi, seperti apa yang terjadi kepada Ayub. Tetapi Tuhan jugalah yang memberi kekuatan kepada mereka yang percaya, agar mereka tetap teguh selama hidup di dunia. Dunia ini penuh semak duri, tetapi Tuhan membimbing dan menguatkan orang beriman.
Ayat diatas sering dipakai untuk menghibur orang Kristen yang mengalami penderitaan. Tetapi ayat itu juga sering disalah tafsirkan sehingga orang bukannya terhibur, tapi justru sebaliknya. Mengapa begitu?
Memang dalam menghadapi bencana kehidupan, tidak mudah bagi kita untuk mengerti bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Kalau Allah itu baik, mengapa Ia membiarkan adanya malapetaka? Kalau Ia memelihara orang yang mengasihiNya, mengapa bencana bisa terjadi pada umat percaya?
Tuhan jelas mengasihi seluruh umat manusia dengan mengutus Yesus untuk menebus dosa orang yang percaya. Bagi orang-orang yang sudah menjadi anakNya, jaminan keselamatan sudah ada. Tetapi selama hidup di dunia, setiap orang bisa mengalami bencana. Penderitaan di dunia adalah bagian kehidupan semua orang. Apalagi, sebagai orang Kristen kita justru sering menderita karena iman kita kepada Kristus.
Apa yang dialami Yesus di dunia, bukan hanya sehubungan dengan penyelamatan orang percaya. Penderitaan di dunia yang dialamiNya adalah juga untuk meyakinkan kita bahwa Ia tahu apa yang kita rasakan dalam menghadapi bencana hidup. Yesus yang seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian (Yesaya 53: 7), sudah memberikan contoh ketabahan dengan mempercayakan diriNya kepada rencana Allah Bapa. Ia yakin bahwa rencana Allah adalah baik, dan Allahlah yang bisa membuat agar apa yang baik bisa timbul dari apa yang kelihatannya sangat buruk.
Pagi ini, dalam membaca ayat diatas, marilah kita meminta agar Roh Kudus membuka hati dan pikiran kita untuk dapat menyelaminya. Memang tidak mudah bagi kita untuk mengerti rencana Tuhan dalam hidup kita, tetapi satu hal yang harus kita yakini ialah kasihNya yang tidak pernah berubah.
“Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.” 1 Korintus 1: 9