“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Matius 5: 48
Pernahkah anda menonton film Superman? Bagi yang pernah, Superman adalah manusia yang “super”; ia adalah seorang pria yang sehari-harinya hidup sebagai orang yang sederhana dan sopan, tetapi tanpa diketahui orang lain, ia adalah seorang pembela keadilan dan pembasmi kejahatan. Ia tidak bisa mati, ia bisa terbang kemana saja dengan kecepatan supersonic. Sudah tentu tokoh Superman hanyalah ada dalam khayalan, karena tidak ada manusia yang seperti dia. Walaupun begitu, film Superman selalu mendapat perhatian para pecinta layar perak, baik yang tua maupun yang muda, mungkin karena mereka bisa bebas berkhayal selama menonton.
Sudah tentu dalam kenyataannya manusia super itu tidak ada. Alkitab malahan mengatakan bahwa semua manusia itu adalah makhluk berdosa yang seharusnya menerima murka Allah, jika tidak karena kemurahanNya yang dinyatakan dengan pengurbanan AnakNya yang tunggal, Yesus Kristus. Jika ada seorang Superman yang benar-benar super, itu adalah manusia Yesus yang turun ke dunia untuk menebus dosa manusia yang percaya kepadaNya. Yesus adalah sempurna seperti Allah Bapa, karena Ia dan Bapa adalah satu adanya.
Dalam ayat diatas, Yesus berkata bahwa seluruh orang percaya haruslah menjadi sempurna sama seperti Allah Bapa. Bagaimana mungkin manusia yang berdosa ini bisa menjadi sempurna, tidak bercacat cela, suci seperti Tuhan? Banyak orang yang berpendapat bahwa perintah Yesus ini tidak mungkin bisa tercapai. Tetapi, Yesus yang menyuruh kita untuk menjadi sempurna, sudah tentu tahu bahwa hal ini bisa dicapai umatNya. Bagaimana pula kita bisa menjalankan perintah Yesus ini?
Mengenai apa yang sempurna, haruslah dimengerti bahwa kesempurnaan yang dipandang Tuhan adalah hal yang mutlak, karena Ia adalah Tuhan yang mahasuci. Sebaliknya, istilah sempurna (perfect) yang sering dipakai manusia adalah sesuatu yang relatif, karena tiap manusia mempunyai standar sendiri. Seringkali, umat Kristen berusaha mencapai taraf kesempurnaan rohani tertentu dengan melakukan hal-hal atau kebiasaan tertentu yang dianggap sebagai kesempurnaan dalam Kristus, tetapi apapun yang kita lakukan tidaklah akan menaikkan kesempurnaan kita dihadapan Allah. Penebusan dosa kita oleh darah Kristus adalah pengurbanan yang sudah sempurna sehingga Allah mau menerima kita sebagai anak-anakNya, sekalipun kita mempunyai banyak cacat cela.
Jika pengurbanan Kristus sudah cukup untuk membuka pintu surga bagi orang percaya, adakah yang harus kita lakukan selama hidup di dunia? Pertama-tama, kita harus selalu bersyukur atas kemurahan Tuhan. Hidup bersyukur adalah hidup dengan memuliakan Dia melalui segala apa yang kita lakukan. Yang kedua, kita harus membina hubungan kita dengan Tuhan, sehingga makin lama kita akan makin mengenal Dia yang mahabesar dan mahakasih. Dengan semakin mengenal Dia, kita akan semakin tahu apa yang dikehendakiNya atas hidup kita, sehingga makin hari kita makin menyerupaiNya.
Dalam ayat diatas, Yesus memerintahkan kita untuk menjadi sempurna dalam konteks kasih Allah yang tidak membeda-bedakan manusia. Bapa kita yang di sorga, menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (Matius 5: 45). Tuhan jugalah yang karena kasihNya kepada seisi dunia, telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3: 16).
Pagi ini, panggilan Yesus untuk kita adalah untuk menjadi sempurna dalam hal mengasihi sesama manusia. Seringkali, dalam usaha kita untuk menjalankan hukum kedua ini, kasih kita hanya terpusat kepada orang-orang pilihan. Selain itu, rasa kurang senang juga sering muncul untuk orang-orang tertentu. Padahal Yesus berkata bahwa kita harus mengasihi semua orang tanpa pandang bulu. Jika kita tetap bertahan dengan pandangan manusiawi, yang hanya memberikan kasih kepada orang yang “pantas” kita kasihi, bagaimana pula dengan kita, apakah kita sebenarnya pantas untuk menerima kasih Allah? Jika kita dapat merasakan besarnya kasih Allah kepada kita, kita akan lebih mudah untuk mengasihi sesama kita sama seperti Dia yang di surga.
“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Roma 5: 8
Jd konteks yg dimaksud Yesus dlm ayat di atas mengacu kpd kasih Allah yg tdk diskriminatif, bgtu?
Pembahasan ttg perfection menarik jg utk diulas sbnarnya.
SukaSuka
Ya, bisa refer ke Matthew Henry commentary
SukaSuka