“Jangan mencuri” Keluaran 20: 15
Di Australia, terutama di perusahaan atau kantor yang besar, biasanya ada tersedia sebuah “common room“, yaitu ruang serba guna yang bisa digunakan semua pekerja untuk beristirahat atau makan siang. Tempat ini bukanlah sebuah cafeteria yang menjual makanan, tetapi sebuah ruang yang mempunyai fasilitas membuat kopi dan teh, microwave oven, dan lemari pendingin untuk menyimpan susu dan makanan.
Suatu hal yang aneh tapi nyata, yang selalu terjadi di common room, adalah hilangnya sendok teh. Setiap orang yang ingin membuat kopi atau teh harus membawa cangkir mereka sendiri, tetapi sendok-sendok teh biasanya disediakan untuk dipakai bersama. Sendok inilah yang selalu habis menghilang setelah kira-kira 2-3 bulan, mungkin dengan kecepatan 2-3 sendok seminggu. Ini adalah suatu fenomena yang sudah sering dibuat bahan lelucon dan bahkan topik riset. Analisa statistik tentang menghilangnya sendok teh ini sudah pernah diterbitkan dengan judul The case of disappearing teaspoons. Walaupun begitu, orang sudah tidak peduli akan fakta bahwa ini adalah kasus pencurian dan bukan sekedar geguyonan atau kebiasaan.
Apa arti mencuri? Apakah mencuri selalu merupakan dosa? Inilah beberapa hal yang sering dipertanyakan, sekalipun orang tentunya menyadari bahwa definisi umum kata “mencuri” adalah mengambil barang orang lain tanpa izin atau mengambil sesuatu yang bukan haknya. Mencuri bisa berupa mengambil mangga dari pohon tetangga, meminjam pakaian atau HP teman tanpa ijin, mencontoh solusi ujian/riset orang lain, atau tidak membayar hutang, sampai hal yang bisa menjadi pokok berita heboh di media, seperti melarikan pasangan orang lain atau menggelapkan uang negara.
Jika kita melihat apa yang tertulis dalam ayat diatas, yang merupakan salah satu dari sepuluh hukum Tuhan, kita mungkin dengan mudah berkata bahwa mencuri dalam segala bentuknya adalah dosa. Baik mencuri barang yang kecil maupun besar adalah dosa. Tetapi, bagaimana jika kita mengambil barang seseorang karena kita merasa bahwa orang yang empunya tidak berkeberatan? Bagaimana pula jika kita mengambil barang orang lain yang sudah tidak dipakai? Atau jika seorang mencuri karena terpaksa, karena keadaan yang berat yang dialaminya?
Bagi sebagian orang, mencuri adalah sesuatu yang mempunyai kepuasan tersendiri. Orang yang bisa menggunakan fasilitas atau sarana tanpa membayar sering merasa senang dan puas. Mereka yang menemukan barang berharga yang tertinggal di tempat umum, bisa saja tergoda untuk mengambilnya. Bagi mereka, kalau orang lain berbuat hal yang sama, dan tidak ada hukum setempat yang melarangnya, itu bukan mencuri. Tetapi, menggunakan atau mengambil sesuatu yang bukan hak atau milik kita adalah mencuri.
Memang ada situasi yang berat, yang memaksa sesesorang untuk mencuri. Misalnya, mereka yang kelaparan dan tidak mempunyai uang untuk membeli makanan, mungkin terpaksa untuk mencuri. Ini pun dosa yang tidak seharusnya dilakukan. Hal ini juga bisa menyebabkan orang di sekitarnya berbuat dosa juga karena membiarkan hal ini sampai terjadi. Perintah Yesus untuk mengasihi sesama kita, membuat kita ikut bertanggung jawab jika seseorang terpaksa mencuri, sedangkan kita mampu untuk memberi pertolongan.
Mencuri tidak selalu berupa kegiatan “mengambil”, tetapi juga bersangkutan dengan kegiatan “memberi”. Mereka yang tidak memberikan apa yang seharusnya diberikan/dibaktikan kepada seseorang, masyarakat, negara, dan dunia adalah mencuri hak orang lain. Sebagai contoh, setiap orang Kristen diwajibkan untuk membayar pajak kepada pemerintah. Tidak membayar pajak atau sengaja mengurangi jumlah pajak yang seharusnya dibayar kepada pemerintah adalah mencuri hak pemerintah.
“Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah. Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.” Roma 13: 6-7
Mencuri juga bisa berupa penyalahgunaan apa yang diberikan Tuhan kepada kita untuk maksud-maksud tertentu. Tidak menggunakan waktu kita untuk melakukan hal yang baik adalah mencuri waktu yang diberikan Tuhan, sebab Tuhan memberi kita kehidupan bukan untuk dipakai secara sembarangan, tetapi untuk memuliakanNya. Segala berkat yang dilimpahkanNya bukannya untuk kemuliaan kita, tetapi untuk kebesaranNya. Karena itu, dalam keadaan apapun kita tidak boleh lupa untuk menyatakan rasa syukur kita kepadaNya.
Pagi ini, kita bisa melihat bahwa ayat diatas adalah singkat dan mudah dimengerti, tetapi sulit untuk dilaksanakan. Tetapi, bagi kita yang sudah menerima anugrah keselamatan dari Yesus Kristus, kesadaran tentunya ada bahwa sebagai umat Kristen kita tidak seharusnya mencari keuntungan dalam segala kesempatan. Kita harus sadar bahwa kebiasaan memberi adalah lebih baik daripada menerima. Kebiasaan memberi akan menumbuhkan kasih kita kepada Tuhan dan sesama, dan akan mengurangi godaan untuk menerima atau mengambil sesuatu dari orang lain.
“Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” Kisah Para Rasul 20: 35