“Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.” Yakobus 3: 17
Dalam Alkitab, seorang raja yang sangat terkenal karena kebijaksanaannya ialah raja Salomo. Alkisah, pada suatu hari Salomo pergi ke Gibeon umtuk mempersembahkan korban bakaran. Lalu Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Tuhan berfirman: “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu” (1 Raja-Raja 3: 5). Apa yang kemudian diminta Salomo? Salomo tidak meminta kekayaan, kesehatan, kekuatan dan sebagainya; ia sebaliknya meminta hati yang faham menimbang perkara, yang dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat. Salomo meminta hikmat kebijaksanaan (wisdom) agar ia bisa menjadi raja yang baik bagi rakyatnya.
Bagi seseorang, kebijaksanaan adalah sesuatu yang berharga karena biasanya orang ingin menggunakannya untuk dapat menyelesaikan sebuah masalah yang sedang dihadapi. Misalnya, kebijaksanaan untuk memilih pasangan hidup yang cocok atau pekerjaan yang baik untuk masa depan. Memang, orang menginginkan hikmat kebijaksanaan seringkali untuk kepentingan diri sendiri, supaya apapun yang dipilih akan membawa keuntungan dan agar ia bisa menghindari kesulitan. Kebijaksanaan dengan demikian seringkali diartikan sebagai kemampuan untuk mencari sebuah solusi yang tepat untuk sebuah masalah. Orang yang bijaksana (wise) dianggap orang yang pandai mengambil keputusan hidup dan kemudian terlihat sukses dalam hal apapun yang dikerjakannya.
Dari mana orang bisa mendapatkan hikmat kebijaksanaan? Sebagian orang berpendapat bahwa itu mungkin diperoleh dengan bertambahnya usia, dan pengaruh lingkungan, pendidikan dan pengalaman juga berperan dalam memberikan kemampuan otak manusia. Benarkah begitu? Apa yang bisa diperoleh dengan usaha manusia hanyalah dalam hal mengasah otak. Dalam hal ini, manusia bisa bertambah pandai, tetapi belum tentu bijaksana. Banyak orang yang pandai dan bahkan tergolong genius, tetapi justru mempunyai hidup berantakan atau sering membuat hidup orang lain berantakan. Ada banyak orang yang pandai di dunia, tetapi tidak mengenal Tuhan dan pentingnya untuk menerima keselamatan dariNya. Ada banyak orang pandai yang tidak mengerti bahwa hikmat kebijaksanaan yang benar datang dari Tuhan.
Bagi orang Kristen, apa yang baik selalu datang dari Tuhan dan dimaksudkan untuk membawa kemuliaan bagiNya dan kebaikan bagi umatNya. Dengan demikian, hikmat yang dari Tuhan bukanlah hanya berkat yang dipakai untuk kepentingan diri sendiri. Ayat diatas menunjukkan bahwa hikmat kebijaksanaan adalah hidup baik yang sesuai dengan kehendak Tuhan: yang benar, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan menghasilkan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dengan demikian, mereka yang penuh dengan hikmat akan selalu bisa memuliakan Tuhan dan mengasihi sesama dalam hidup. Mereka yang bijaksana tidaklah menyombongkan kemampuan, kesuksesan, kekayaan dan kebaikan mereka, tetapi sebaliknya justru rendah hati, baik hati, tulus hati dan mau memakai apa yang ada dalam hidup mereka untuk memuliakan Tuhan dan mengasihi sesama dengan sepenuh hati.
Sepandai-pandainya manusia, mereka yang mengabaikan Tuhan dalam hidupnya bukanlah orang yang bijaksana karena mereka memusatkan hidup mereka kepada hal-hal sementara yang hanya membawa keuntungan diri sendiri pada saat ini. Mereka lupa atau tidak sadar bahwa segala sesuatu akhirnya akan lenyap. Pagi ini, kita diingatkan bahwa hidup baik yang penuh kasih akan terus berlangsung dan bahkan dilanjutkan ketika kita berjumpa dengan Tuhan muka dengan muka. Dengan demikian, hikmat kebijaksanaan adalah kemampuan yang datang dari Tuhan untuk memilih hidup yang sesuai dengan firmanNya. Maukah kita meminta hikmat kebijaksanaan yang sedemikian dari Tuhan?