“Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” 1 Yohanes 2: 16
Pada saat ini polisi di Canada sedang sibuk mencari dua orang pemuda yang diduga sudah membunuh tiga orang di daerah terpencil. Kedua pemuda ini dilaporkan sebagai orang yang berbahaya karena selain membawa senjata api, mereka mempunyai latar belakang yang tidak baik. Mengapa kedua pemuda itu menembak ketiga orang yang tidak mempunyai hubungan dengan mereka? Tidak ada seorang pun yang bisa menjawabnya saat ini, selain menduga bahwa mereka menjadi orang buronan karena keinginan mereka sendiri. Mereka mungkin memperoleh kepuasan tersendiri dengan melakukan kejahatan.
Memang sering orang melakukan apa yang jahat, tetapi menyalahkan orang lain, lingkungan atau keadaan. Jarang orang mau mengaku jika berbuat salah, bahwa itu karena pilihan sendiri. Lebih parah lagi, ada orang yang seolah menyalahkan Tuhan jika mereka jatuh kedalam kesulitan. Tuhan yang berkuasa seharusnya bisa menghindarkan mereka dari kesulitan hidup, begitu pikir mereka. Jika Tuhan membiarkan adanya kesulitan hidup, godaan dan hal-hal yang jahat, tentunya manusia tidak dapat sepenuhnya dituntut untuk bertanggung-jawab, demikianlah pendapat sebagian orang. Pada pihak yang lain, ada yang percaya bahwa apa yang jahat pun dibuat oleh Tuhan untuk menggenapi rencanaNya, tetapi manusialah yang harus tetap bertanggung-jawab untuk kejahatan mereka.
Ayat di atas menjelaskan bahwa semua yang jahat dan ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Tuhan bukanlah Oknum Ilahi yang membuat manusia jatuh kedalam dosa. Sekalipun Tuhan mempunyai rencana-rencana tertentu, Ia tidak perlu memaksa manusia untuk melakukan hal-hal yang tidak disukaiNya.
Tuhan adalah Tuhan yang mahakasih dan mahasuci, dengan demikian Ia bukanlah sumber kekejian dan dosa. Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan (1 Yohanes 1: 5). Manusialah yang memilih jalan hidup mereka sendiri, dan karena itu harus bertanggung-jawab atas segala dosa yang diperbuatnya. Manusia cenderung melakukan apa yang jahat karena mereka hidup di dunia yang sudah jatuh dalam dosa.
Memang dalam kenyataannya, banyak orang ingin bebas untuk melakukan apa saja yang diingininya. Jika kemudian mereka diminta untuk mempertanggung-jawabkan tingkah laku dan cara hidup mereka, segala alasan akan mereka kemukakan agar apa yang sudah diperbuat bisa diterima sebagai sesuatu yang lumrah, yang bisa terjadi pada semua orang.
Sebagai manusia yang lemah, kita pun sering melakukan hal yang sama, melupakan apa yang buruk dan menganggap semua itu bisa diampuni Tuhan. Kita mungkin melatih diri untuk menjadi kebal atas apa yang biasa dilakukan dalam masyarakat, dan tidak mudah merasa bersalah (guilty) akan apa yang jelas-jelas melanggar perintah Tuhan. Jika semua orang melakukannya, tentunya itu juga OK untuk kita.
Firman Tuhan berkata bahwa apa yang jahat bukanlah berasal dari Tuhan. Tuhan justru membenci apa yang jahat, apa yang kotor, dan apa yang culas. Karena itu, Ia bukanlah penyebab timbulnya masalah dalam hidup kita. Masalah yang kita hadapi seringkali adalah karena kita kehilangan kemampuan untuk membedakan apa yang baik dari apa yang buruk – karena kita hidup jauh dari Tuhan. Sebaliknya, jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, darah Yesus bisa memberi kita kesempatan untuk menjalani hidup baru.
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 1 Yohanes 1: 9