“Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan.” Roma 1: 28 – 29
Manakah yang lebih anda takuti, iblis atau Tuhan? Pertanyaan yang sederhana ini mungkin belum pernah anda terima dari siapapun. Walaupun demikian, jika kita melihat keadaan di sekeliling kita, agaknya manusia lebih takut kepada iblis dan kuasanya. Mengapa begitu? Karena manusia tahu bahwa iblis mempunyai maksud-maksud yang jahat. Dalam bayangan sebagian orang, iblis atau setan juga mempunyai penampilan yang mengerikan, seperti dalam film-film horror yang digemari penonton. Pada pihak yang lain, manusia tahu bahwa Tuhan adalah oknum yang mahakuasa, tetapi justru kurang mempunyai rasa takut kepadaNya. Apa sebabnya? Tuhan yang mahakasih bukanlah oknum yang mengerikan dan jahat, karena itu banyak manusia yang mengabaikan atau melupakanNya. Tuhan yang dikenal dengan kasih, berkat dan karuniaNya justru sering dilupakan oleh manusia.
Dari Alkitab kita tahu bahwa Tuhan tidak pernah bermaksud jahat kepada manusia dan tidak pernah membuat bencana tanpa sebab yang jelas. Namun, ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan orang yang mengabaikan Tuhan mengalami hidup yang yang kurang menyenangkan. Bukanlah hal yang mengherankan bahwa mereka yang tidak mengenal Tuhan kemudian mengalami berbagai persoalan. Ayat di atas menulis bahwa Tuhan sendiri mungkin tidak perlu menjatuhkan hukuman secara langsung, tetapi Ia bisa menyerahkan orang-orang yang melupakan Dia kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Jika pada suatu tempat manusia tidak mengakui Tuhan, Ia membiarkan iblis untuk mengacaukan hidup mereka. Kekacauan dan bahkan malapetaka bisa terjadi karena Tuhan melepas tangan atas kehidupan masyarakat yang tidak takut kepadaNya.
Takut akan Tuhan memang agaknya sulit dipraktikkan manusia jika manusia tidak menyadari mengapa Yesus Kristus perlu turun ke dunia. Bagi sebagian orang, manusia tidaklah seburuk yang dilihat, mereka percaya bahwa dalam diri setiap manusia selalu ada unsur-unsur yang baik dan itu bisa menyenangkan Tuhan. Tuhan yang mahakasih tentunya tidak pernah marah dan membiarkan masyarakat menemui persoalan hidup yang terlalu besar. Tetapi, itu adalah pandangan keliru. Mata Tuhan yang mahasuci tidak tahan melihat semua manusia yang sudah berbuat durhaka kepadaNya. Karena itu, Ia harus mengurbankan AnakNya untuk memadamkan amarahNya. Mereka yang menyadari betapa besar pengurbanan Tuhan untuk manusia, akan sadar bahwa Tuhan tidak dapat dipermainkan. Jika murka Tuhan hanya bisa dipadamkan dengan darah AnakNya, Ia adalah Tuhan yang tidak dapat diabaikan.
Bagi banyak orang Kristen, rasa puas mungkin sudah ada bahwa mereka adalah orang-orang yang diselamatkan. Dengan itu, hidup berjalan seperti biasa dan Tuhan dipersilakan untuk berada di latar belakang. Umat Kristen dan Gereja mungkin secara religius mengakui eksistensi Tuhan, tetapi dalam hidup sehari-hari mereka tidak cukup berusaha untuk membimbing masyarakat agar mereka takut akan Tuhan dan memilih jalan kebenaran melalui Kristus. Mereka kurang mau atau kurang berani menyatakan bahwa apa yang dipandang sebagai kebaikan untuk manusia tidak akan mencapai hasil yang baik jika Tuhan bukanlah yang diutamakan. Masyarakat yang hanya mementingkan kesibukan sehari-hari, lambat laun melupakan Tuhan dan segala firmanNya. Masyarakat yang lebih mementingkan hak manusia dan bukannya hak Tuhan, lambat laun akan tenggelam dalam kekacauan dan masalah. Inilah yang harus kita sadari, bahwa Tuhan bukan saja menghendaki kita untuk taat kepadaNya, tetapi Ia juga menghendaki masyarakat di sekeliling kita untuk menyadari dosa mereka dan takut akan Dia.