“Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.” 1 Yohanes 5: 14
Baru-baru ini saya membaca sebuah tulisan keagamaam yang menganjurkan orang untuk berdoa pada waktu tertentu agar bisa memperbesar kemungkinan untuk dikabulkan Tuhan. Menurut tulisan itu, jika kita berdoa pada saat tertentu, makin besar kemungkinan untuk mendapat berkat Tuhan yang terbaik. Tidak jelas mengapa hal itu dianjurkan sedangkan Tuhan yang mahakuasa dan mahahadir tentunya selalu tahu kapan saja kita berdoa dan apa yang kita doakan. Tuhan yang selalu ada dan tidak pernah tidur tentunya selalu mau mendengarkan doa umatNya.
Di antara umat Kristen, memang ada yang percaya bahwa berdoa di tempat-tempat tertentu memberi kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat jawaban Tuhan. Karena itu, tempat-tempat sedemikian biasanya penuh sesak dengan orang yang datang untuk berdoa. Selain itu, ada pula orang yang mengajarkan cara berdoa tertentu atau melalui perantaraan orang tertentu, agar bisa lebih menjamin datangnya berkat dan pertolongan Tuhan. Walaupun demikian, kebanyakan orang Kristen percaya bahwa mereka bisa berdoa dimana saja, dengan siapa saja, dan kapan saja.
Jika orang Kristen bebas untuk berdoa kapan saja dan dimana saja, biasanya orang memang lebih sering berdoa di tempat tertentu dan pada saat tertentu. Itu sekedar kebiasaan, dan bukan keharusan. Orang Kristen dianjurkan untuk berdoa atau berkomunikasi dengan Tuhan sesering mungkin, tetapi mungkin kita lebih merasakan dorongan untuk berdoa di tempat tertentu atau pada saat dimana kita membutuhkan Tuhan. Itu tidak ada salahnya. Walaupun demikian, apakah doa manusia menentukan apa yang akan terjadi? Adakah manfaat doa manusia dalam mempengaruhi keputusan Tuhan? Inilah hal yang sering menjadi polemik di antara umat Kristen. Bagaimana kata Alkitab?
Ayat di atas menyatakan bahwa orang Kristen yakin dan percaya bahwa Tuhan akan mengabulkan permintaan mereka jika apa yang dipinta adalah sesuai dengan kehendakNya. Dengan demikian, kita tidak dapat mengharapkan bahwa doa kita akan terkabul jika apa yang kita pinta tidak sesuai dengan apa yang direncanakan Tuhan. Dalam kenyataannya, Tuhan Yesus pernah mengajarkan dalam Doa Bapa Kami: “… datanglah KerajkaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga“. Selain itu Tuhan Yesus berdoa di taman Getsemani: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Dari sini dapat disimpulkan bahwa kita boleh berdoa dan memohon sesuatu, tetapi kita tidak dapat memaksakan kehendak kita kepada Tuhan. Kita tidak dapat mengharapkan bahwa Tuhan yang selalu mendengarkan permohonan kita akan mengabulkan permintaan kita jika permintaan kita bertentangan dengan kehendakNya.
Adakah cara yang terbaik untuk memperoleh jawaban positif dari Tuhan? Ada! Jika kita memohon apa yang memang dikehendaki Tuhan, sudah pasti itu akan terjadi. Tetapi, jika Tuhan menghendaki sesuatu dan kita tidak dapat membatalkan atau mengubahnya, apakah perlunya kita berdoa? Inilah misteri hubungan antara umat dan Tuhan yang tidak dapat dimengerti orang yang bukan Kristen. Malahan sebagian orang Kristen juga masih percaya bahwa jika memang kita bersungguh-sunguh dan “ngotot” dengan doa kita, Tuhan pada akhirnya mungkin mengalah dan menyesuaikan rencanaNya dengan kehendak kita.
Rahasia suksesnya doa memang sulit dimengerti, sekalipun seharusnya dipahami oleh setiap orang Kristen. Satu-satunya jalan untuk memperoleh apa yang kita mohonkan adalah menyesuaikan permohonan kita dengan kehendakNya. Tetapi untuk mengerti apa yang dikehendaki Tuhan, kita harus dekat kepadaNya. Dan untuk dekat dengan Dia, kita harus rajin berdoa, berkomunikasi dengan Dia. Doa adalah nafas kehidupan rohani kita. Tanpa doa, hubungan kita dengan Tuhan akan pelan-pelan menjadi mati. Dengan demikian, kita tidak lagi bisa memahami apa yang dikehendakiNya. Kita harus sadar bahwa doa kita yang tidak terkabul mungkin adalah doa yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Lebih dari itu, jika kita mengalami atau memperoleh sesuatu, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, kita tetap harus berusaha mencari kehendak Tuhan di masa depan melalui doa yang tidak berkeputusan.