“Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” 1 Timotius 2: 1 – 4
Hari ini, banyak daerah di Australia sedang dilanda malapetaka. Karena hujan yang tidak kunjung datang, kebakaran rumput dan hutan yang luar biasa terjadi di beberapa tempat di negara bagian New South Wales dan Queensland. Banyak rumah penduduk yang musnah, dan bahkan beberapa orang sudah tewas terbakar, karena cuaca panas dan angin yang keras membuat menyebarnya api kebakaran sulit untuk diatasi. Dalam keadaan terdesak, banyak orang yang kemudian berdoa kepada tuhan apa saja untuk memohon pertolongan. Tetapi, orang Kristen tentunya menyampaikan doa syafaat kepada Tuhan yang dikenal melalui Yesus Kristus.
Apakah doa syafaat itu? Doa syafaat (bahasa Inggrisnya intercession) adalah salah satu bentuk doa yang sering ditemui dalam kehidupan bergereja. Secara singkat doa syafaat adalah saat manusia berdoa atas nama orang lain. Mungkin jemaat sering menyebutnya sebagai ‘doa untuk orang lain’, termasuk di dalamnya mendoakan bangsa dan negara, mendoakan orang orang yang menderita ditempat lain/negara lain, mendoakan umat beragama lain. Sudah tentu, untuk bisa mendoakan orang lain kita perlu untuk tahu bagaimana keadaan orang lain yang ingin kita doakan. Untuk bisa tahu, tentunya kita harus peduli akan keadaan orang lain. Mereka yang tidak peka atau tidak peduli akan keadaan orang lain tentunya hanya tahu keadaan diri atau kelompok sendiri. Mereka yang hanya mempunyai kepedulian, kasih dan belas kasihan untuk golongan sendiri, sudah tentu tidak tertarik untuk mengetahui masalah orang lain.
Haruskah kita selalu mendoakan orang lain dalam doa-doa-kita? Barangkali secara individual, orang kurang siap untuk berdoa syafaat. Di gereja, jemaat mungkin hanya berdoa syafaat karena ada pendeta yang memimpin doa, sesuai dengan liturgi gereja. Secara individu, biasanya orang Kristen kurang mau atau mampu untuk mendoakan orang yang tidak benar-benar dikenalnya. Dalam hal ini, kita memang lebih mudah untuk mendoakan diri sendiri atau sanak keluarga karena hubungan yang dekat dan juga karena kita merasa terbeban atas persoalan dan kebutuhan mereka. Tetapi, Tuhan yang mengasihi semua orang tentunya mau agar kita juga mengasihi siapa pun, bukan hanya sanak, teman dan orang kita kenal saja.
Ayat di atas adalah tulisan Paulus untuk rekannya yang jauh lebih muda, Timotius. Paulus pertama-tama menasihatkan Timotius agar ia menaikkan permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar semua orang dapat hidup tenang dan tenteram. Itu bukan doa untuk orang Kristen saja dan bukan juga doa untuk orang yang kita kenal saja. Itu adalah doa untuk semua orang, dari semua bangsa dan semua kedudukan. Mengapa demikian? Paulus menjelaskan bahwa itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Allah yang mahakasih mau agar kita membagikan kasihNya untuk semua orang agar mereka bisa mengenal Dia.
Doa untuk orang lain bukan saja membawa kebaikan untuk mereka. Doa syafaat juga mengingatkan bahwa bukan kita yang memiliki Allah, tetapi Allahlah yang memiliki kita. Bukan kita yang memilih Dia, tetapi Ia yang memilih kita. Dengan demikian, kita tidak boleh memonopoli kasih Allah atau merasa bahwa doa kita hanyalah untuk mereka yang sudah diselamatkan. Kita harus sadar bahwa Tuhan bekerja diantara umat manusia untuk membawa lebih banyak orang menuju kearah keselamatan. Tuhan mau agar kita bisa belajar mengasihi siapapun, dimana pun mereka berada, dan dengan demikian makin banyak orang yang menyambut keselamatan dan pengetahuan akan kebenaran Tuhan.
Doa syafaat memang bisa membentuk karakter kita sebagai anak-anak Tuhan. Jika pada saat-saat yang lampau kita mungkin lebih memusatkan perhatian pada kepentingan diri sendiri atau kebutuhan sanak keluarga dan bangsa sendiri, kedewasaan iman bisa membuat kita sadar bahwa di luar lingkungan sendiri kasih Tuhan juga tercurah untuk semua orang, baik mereka yang sudah mengenal Tuhan atau mereka yang masih hidup dalam dosa. Doa syafaat tidak boleh dibatasi oleh tembok-tembok ras, agama, budaya atau bangsa. Bukankah pada saatnya semua orang yang percaya kepada Tuhan akan hidup bersama di surga?