“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” Matius 5: 37

Baru-baru ini ada iklan rumah dijual di internet. Dalam iklan itu ada foto dari ruang-ruang dari rumah yang walaupun kecil, terletak di tempat strategis. Rumah itu akan dilelang dengan patokan harga sekitar 775 ribu dollar. Dari foto-fotonya, rumah yang agak tua itu nampak rapi dan nyaman, dan karena itu banyak orang yang diperkirakan akan muncul pada hari pelelangan. Namun, suatu hal yang tidak terduga terjadi, dan karena itu mungkin saja rumah itu tidak jadi dijual. Mengapa? Dari penyelidikan beberapa orang, ternyata foto-foto rumah itu sudah “disulap”, sehingga apa yang kotor dan rusak tidaklah kelihatan di foto. Yang mengerikan adalah karpet di foto yang kelihatan mulus, ternyata kotor dan bernoda gelap. Menurut koran, si pemilik rumah dulunya meninggal dunia di ruang itu dan selama beberapa hari jasadnya tidak ditemukan orang.
Mengapa orang mampu menyulap apa yang buruk untuk menjadi sesuatu yang kelihatan baik? Mengapa orang, demi keuntungan dan kenikmatan diri sendiri, sanggup untuk memutar-balikkan fakta? Mengapa banyak orang yang menghalalkan segala cara, asal tujuannya tercapai? Mereka yang tidak punya etika yang baik sudah tentu dapat dikatakan sebagai oknum yang tidak berintegritas. Mereka belum tentu bukan orang Kristen, karena justru banyak orang Kristen yang mempunyai hidup dalam dualisme: hidup dalam gereja yang berbeda dengan hidup di luar gereja.
Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat. Tetapi, dalam hal kejujuran dan etika setiap orang seringkali berbeda, karena latar belakang, budaya, sifat, kebiasaan dan lingkungan bisa membuat orang mempunyai standar yang berbeda-beda. Karena itu banyak orang (dan bahkan pemimpin kaliber tinggi) yang percaya bahwa mereka adalah orang yang mempunyai integritas, sekali pun di mata umum mereka mungkin sebaliknya.
Bagi orang Kristen, integritas seseorang adalah tingkah laku dan perbuatan yang tidak menyimpang dari fiman Tuhan. Firman di atas menyatakan bahwa sebagai orang percaya kita harus yakin akan apa yang akan kita nyatakan kepada orang lain. Jika kita percaya bahwa itu benar adanya, kita harus mengiyakannya. Tetapi jika sesuatu adalah tidak benar, kita juga harus berani untuk berkata “tidak”. Upaya untuk menutup-nutupi kenyataan dengan tipu-daya atau kamuflase, seharusnya tidak ada dalam kamus kehidupan orang Kristen karena semua itu adalah ketidak-jujuran.
Dalam kehidupan sehari-hari, tidaklah mudah bagi kita untuk selalu berlaku jujur. Seringkali, karena kekuatiran, ketakutan atau karena adanya resiko, orang Kristen tidak dapat mempertahankan integritasnya. Ini bukan saja mengenai soal bisnis, pekerjaan, dan sekolah, tetapi kehidupan keluarga pun sering digoncangkan karena adanya orang-orang yang tidak menjaga integritasnya. Sebagai akibatnya, seringkali ada rasa kurang percaya, rasa marah dan kecewa kepada orang lain yang timbul setelah sebuah tipu daya terbongkar.
Pagi ini, firman Tuhan berkata bahwa jika kita memang benar-benar pengikut Kristus, kita akan sungguh-sungguh yakin bahwa apa yang kita perbuat, katakan dan pikirkan pasti diketahui Tuhan. Dengan demikian, tidak ada gunanya bagi kita untuk berusaha melakukan tindakan yang diharapkan untuk lebih meyakinkan orang lain atas integritas kita. Sebaliknya, kita harus menjaga integritas kita dengan selalu sadar bahwa apa yang kita tunjukkan dan sampaikan kepada orang lain adalah apa yang sudah diketahui oleh Tuhan kita. Integritas adalah ciri iman Kristen yang benar!