Cara hidup lebih penting dari nama

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Matius 7: 21

Beberapa tahun yang lalu ada berita yang menyebutkan bahwa di Tiongkok permintaan orang tua untuk memberi anak mereka sebuah nama yaitu “@” telah ditolak pemerintah. Saya setuju. Memang banyak orang tua yang memilih nama yang aneh, konyol atau tidak biasa untuk anak mereka. Mungkin dengan maksud baik, tetapi bisa membuat malu anak itu di kemudian hari.

Apa artinya sebuah nama? What’s in a name? Begitu orang sering bertanya. Memang sebuah nama belum tentu cocok dengan sifat atau penampilan anak yang diberi nama. Tetapi, sebuah nama jika dipilih dengan hati-hati bisa menggambarkan apa yang diharapkan dari anak itu. Contohnya, Yesus yang dilahirkan pada hari Natal diberi nama sedemikian, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Matius 1: 21). Yesus berasal dari bahasa Ibrani Yehoshua dan nama Yeshua atau Joshua adalah kependekannya, dan berarti “keselamatan”. Lebih dari itu, orang juga menamakan Yesus sebagai Imanuel yang berarti Allah menyertai kita (Matius 1: 23).

Lalu bagaimana dengan nama “Kristen” yang diberikan orang kepada murid-murid Barnabas dan Paulus di Antiokhia (Kisah Para Rasul 11: 26)? Nama Kristen atau Christian itu muncul karena mereka adalah pengikut Kristus atau Christ. Orang melihat bahwa mereka adalah pengikut Yesus dan bukannya pengikut Barnabas atau Paulus, karena mereka menjalankan apa yang diajarkan Yesus. Yesus yang mereka akui sebagai Anak Allah adalah lebih besar dari Barnabas atau Paulus yang manusia biasa.

Di zaman sekarang, jumlah orang yang digolongkan Kristen di dunia sudah lebih dari 2000 juta orang. Walaupun demikian, mereka mungkin lebih dikenal dengan nama-nama lain seperti Katolik, Protestan, Pentakosta dan sebagainya. Bahkan, untuk lebih jelasnya mereka mungkin memperkenalkan diri sebagai pengikut aliran Reformed, Arminian, Wesleyan, Methodist, Seventh Day Adventist, dan lain-lain. Sebutan Kristen saja mungkin belum dianggap cukup untuk bisa membedakan teologi yang mereka anut.

Memang teologi sering dianggap begitu penting dalam perjalanan iman orang Kristen. Tetapi, jika setiap orang Kristen berusaha melaksanakan kepercayaan mereka dengan cara mereka masing-masing, bagaimana pandangan Tuhan akan hal itu? Apakah Tuhan membedakan manusia berdasarkan pengertian manusia atas diriNya? Apakah Tuhan memberikan kunci ke surga kepada seseorang berdasarkan penilaianNya atas pengetahuan kekristenan yang dipunyainya?

Ayat di atas mengatakan bahwa bukan setiap orang yang berseru: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke surga. Ini menunjukkan bahwa mereka yang kelihatannya mengenal Tuhan belum tentu akan diselamatkan. Bukan setiap orang yang rajin mempelajari firman Tuhan dan segala tafsirannya akan dapat masuk ke surga, tetapi hanya orang yang benar-benar sudah memiliki iman yang menyelamatkan (saving faith) dari Tuhan.

Mereka yang melakukan kehendak Allah lah yang akan diberiNya kunci ke surga. Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan perintah Tuhan setiap hari dalam hidup adalah tanda yang lebih nyata bahwa seseorang benar-benar mengenal Tuhan. Dengan demikian, bagaimana kita bisa mengasihi Tuhan dan sesama kita adalah tanda kekristenan yang terpenting dalam hidup kita.

“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.” Yakobus 1: 23

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s