“Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Roma 5: 8
Dalam perjalanan ke Israel dan Mesir saya melihat berbagai peninggalan sejarah dari masa-masa yang telah lalu, yang berhubungan dengan apa yang terjadi pada zaman Perjanjian Lama dan pada waktu Yesus masih di dunia. Beberapa relik dan bangunan kuno diduga merupakan sisa-sisa peninggalan kebudayaan umat Israel dan kejadian-kejadian yang dialami mereka. Dengan demikian, kunjungan ke tempat-tempat bersejarah itu bisa membuat pengunjung untuk lebih dapat membayangkan bagaimana Tuhan memelihara bangsa Israel.
Bagi mereka yang merenungkan apa arti semua yang terjadi di Israel dari zaman Musa sampai sekarang, tentu akan menyadari bagaimana Tuhan menyertai bangsa pilihanNya. Sayang, bangsa ini sudah menyia-nyiakan kesempatan untuk menerima Yesus sebagai Mesias, dan karena itu secara umum orang Israel adalah kaum yang masih menantikan datangnya seorang Mesias. Segala keajaiban (miracle) dari Allah yang mereka alami sebelumnya menjadi kenangan yang mereka ingat turun-temurun, tetapi mereka tidak mau menerima keajaiban Allah yang terbesar dalam diri Yesus.
Memang manusia mudah menerima pemberian Tuhan yang berbentuk jasmani sebagai keajaiban. Apa yang terjadi dalam bentuk, ukuran atau saat yang diluar dugaan, mudah diterima sebagai keajaiban. Tetapi jika itu saja yang diharapkan, perasaan sukacita atau percaya kepada Tuhan tidak akan bertahan lama, karena segala sesuatu yang jasmani tidak akan bertahan lama. Dengan berlalunya waktu, apa yang sudah diberikan Tuhan pada masa lalu hanya menjadi kenangan tetapi tidak menolong untuk masa depan karena adanya kebutuhan atau masalah yang lebih besar. Selain itu kebutuhan manusia yang terbesar seringkali kebutuhan rohani yang membuat orang kuatir, takut atau putus asa.
Seperti orang Israel, kita seringkali mengalami perjuangan hidup dan masalah. Seperti orang Israel kita mengharapkan datangnya keajaiban dari Tuhan. Seperti mereka, kita mungkin bersukacita jika kita menerima berkatNya, tetapi merasa “biasa-biasa” saja jika segala sesuatu berjalan seperti yang kita harapkan. Seperti mereka, kita mungkin sering merasa kecewa atau putus asa jika Tuhan tidak memberikan apa yang kita kehendaki. Itu karena kita menyamakan keajaiban Tuhan dengan berkat jasmani saja.
Tuhan yang mengasihi kita memang tetap membuat mujizat jika itu sesuai dengan kehendakNya. Tetapi, Ia sudah membuat mujizat yang terbesar untuk kita, yaitu bahwa kita yang sudah seharusnya binasa karena dosa-dosa kita, kemudian menerima pengampunan dosa dan keselamatan.
Ayat di atas menunjukkan bahwa kita yang seharusnya mati dalam dosa, kemudian menerima keselamatan, semata-mata oleh kasih Allah. Kasih Allah ini adalah suatu keajaiban yang tidak ada tandingannya, dan karena itu kita seharusnya tidak lagi menantikan bukti kasih dan kuasa yang lebih besar. Keajaiban Allah yang lebih penting untuk kita minta dari Tuhan setiap hari adalah bimbingan Roh Kudus agar kita lebih mengenal Allah dan lebih sanggup untuk hidup seperti yang Ia kehendaki.