Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Markus 2: 17

Saat ini media apa pun di dunia didominasi oleh berita tentang menyebarnya coronavirus, satu virus berbahaya yang sudah menyebabkan banyak korban. Berbagai negara sudah membuat tindakan yang perlu untuk mencegah atau mengatasi penyebaran virus ini, antara lain dengan melakukan pengawasan ketat akan kedatangan pengunjung dari luar negeri.
Mereka yang merasa tidak sehat, diharuskan untuk melaporkan diri untuk bisa diperiksa dokter. Dalam hal ini, ada kemungkinan bahwa tidak semua orang yang sakit mau melapor karena selain ingin menghindari hambatan perjalanan, mereka mungkin juga kuatir akan besarnya biaya dokter dan rumah sakit.
Memang tidak mudah untuk menganjurkan orang untuk mawas diri atas kesehatannya. Adalah kenyataan bahwa ada orang yang sebenarnya sakit keras tetapi mencoba untuk mengabaikan sakitnya dan bahkan yakin bahwa pada waktunya ia akan sembuh sendiri. Selain itu ada orang yang karena kesibukannya atau karena adanya hal-hal yang menyita pikirannya, tidak merasa bahwa ia sakit, sampai penyakitnya menjadi sangat berat. Tentu saja, mereka yang terlalu yakin bahwa tidak ada hal yang perlu dipikirkan tentang kesehatannya justru bisa jatuh sakit berat karena keteledorannya.
Yesus dalam ayat di atas membuat sebuah analogi tentang maksud kedatanganNya ke dunia. Yesus menjelaskan bahwa seperti seorang tabib yang datang untuk menyembuhkan orang sakit, Ia datang untuk menyelamatkan orang berdosa. Memang Yesus sudah membuat berbagai mukjizat termasuk menyembuhkan orang sakit. Tetapi Ia datang ke dunia dengan tujuan utama untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa. Dosa adalah penyakit yang bisa menghancurkan hidup manusia.
Pada waktu itu ahli-ahli Taurat dari orang Farisi melihat bahwa Yesus mau diundang dan bahkan makan dengan pemungut cukai dan orang yang dipandang berdosa. Mereka bertanya kepada murid-murid-Nya: “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Mereka tidak sadar bahwa di hadapan Tuhan semua orang adalah orang berdosa, seperti orang sakit yang memerlukan tabib. Mereka yang menyadari dosanya dan datang kepada Yesus akan menerima keselamatan secara cuma-cuma, tetapi mereka yang tidak mengakui dosanya tidak akan bisa menghindari kematian.
Mungkin pada saat ini hidup kita berjalan lancar dan nyaman. Adalah mudah dalam keadaan yang sedemikian untuk kita merasa bahwa semuanya ada dalam keadaan baik. Sebagai orang Kristen, kita mungkin tidak lagi merasa bahwa kita selalu membutuhkan Yesus pada setiap saat untuk terus menguatkan, membimbing dan menyembuhkan bagian hidup kita yang tidak baik.
Kecenderungan memang ada untuk mengabaikan apa yang buruk dalam hidup kita dan merasa bahwa kita sudah cukup baik untuk Tuhan. Kalau kita merasa diberkati, ada perasaan bahwa Tuhan tentu sudah senang dengan cara hidup kita. Selain itu, dengan adanya berbagai kesibukan, kita tidak lagi peduli untuk selalu datang kepada Yesus untuk memohon pengampunan dan bimbingan dariNya.
Yesus datang seperti seorang tabib yang datang untuk menyembuhkan mereka yang sakit. Mereka yang sudah merasa hidupnya cukup baik dan sehat adalah orang-orang yang tidak menyadari segala kelemahan dan dosanya. Hanya orang yang menyadari kelemahannya akan mau mengundang Dia untuk datang dan menyertainya setiap saat. Maukah kita selalu menyadari bahwa kita selalu membutuhkan Dia dalam hidup kita?