Jawab Yesus: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” Segera ayah anak itu berteriak: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” Markus 9: 23 – 24
Mengapa orang mengalami rasa putus asa? Rasa hilang harapan mungkin terjadi jika orang sudah berkali-kali berusaha tetapi tetap saja gagal untuk mencapai apa yang diharapkan. Rasa putus asa mungkin juga terjadi ketika orang tidak sanggup menghadapi kesulitan yang besar, dan tidak ada orang lain yang dapat menolongnya. Rasa putus asa dengan demikian biasanya berakhir dengan ketidakberdayaan yang membuat orang seakan lumpuh.
Sebenarnya orang yang putus asa belum tentu kehilangan semua harapan. Dalam hatinya mungkin masih ada sepercik harapan untuk melihat adanya keajaiban sebelum habis waktu. Mereka yang sudah divonis hukuman mati misalnya, masih berharap adanya hal-hal yang bisa mengurangi atau membatalkan hukumannya sebelum saatnya tiba. Memang adanya sedikit harapan selagi dilanda rasa putus asa bisa membuat orang tetap hidup sekalipun sengsara.
Pada waktu itu ada seorang bapa yang menemui Yesus dan berkata:
“Guru, anakku ini kubawa kepadaMu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-muridMu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” Markus 9: 17 – 18
Mungkin saja sang bapa sudah merasa putus asa, karena penderitaan anaknya sudah berlangsung lama dan tidak ada seorangpun yang bisa menolong.
Perjumpaan sang bapa dengan Yesus memberi secercah harapan. Sekalipun ia tidak yakin bahwa anaknya bisa ditolong, ia memohon kepada Yesus: “Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” Sangat menarik adanya kenyataan bahwa kebanyakan orang mempunyai reaksi berdasarkan apa yang dialaminya. Karena bapa itu sudah mengalami banyak kekecewaan, ia tidak yakin apakah Yesus dapat menyembuhkan anaknya.Walaupun demikian, ia mau meminta pertolongan dan belas kasihan Yesus karena murid-murid Yesus sudah berusaha menolong. Ini kesempatan terakhir yang dipunyainya!
Yesus tentu bisa menyembuhkan anak itu. Tetapi sebelum melakukan hal itu Ia menegur sang bapa: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” Dengan demikian, Yesus menegur bapa yang kurang yakin bahwa Tuhan dapat menolongnya. Ia juga menegur kita yang sering kurang percaya bahwa Tuhan mahakuasa dan mahakasih. Tuhan sudah tentu dapat menolong orang yang beriman kepadaNya. Ia menolong kita dengan cara dan pada waktu yang sesuai dengan rencanaNya. Jangan putus asa!