“Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya.” Yohanes 6: 27
Sebelum terjadinya wabah COVID-19 pada tahun 2020, banyak orang tentunya masih ingat akan adanya berbagai wabah di abad 20 seperti ebola, flu burung, flu babi dan sebagainya. Mereka yang suka hitung-menhitung juga bisa mengamati bahwa pandemi yang besar terjadi setiap seratus tahun: Wabah Besar Marseille (1720), Wabah Kolera (1820), dan Wabah Flu Spanyol (1920). Adalah kenyataan bahwa hidup manusia di dunia selalu dibayangi oleh kemungkinan sakit dan kematian. Semua penderitaan di bumi adalah bagian kehidupan manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa.
Sekalipun berbagai pandemi sudah terjadi di dunia, hidup manusia berjalan terus seperti biasa sesudahnya. Mereka yang mencari segi positif dari adanya penderitaan yang dialami umat manusia mungkin berpendapat bahwa semua pandemi bisa mengingatkan manusia untuk bisa hidup lebih baik dan lebih sehat di masa depan. Itu mungkin ada benarnya; karena dengan adanya berbagai masalah, manusia akan makin mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan melakukan langkah-langkah untuk bisa mengatasi kesulitan yang serupa di masa mendatang. Walaupun demikian, masalah yang serupa tidak akan menghilang dari dunia. Sesudah COVID-19 orang mau tidak mau harus menerima kenyataan bahwa pandemi serupa akan datang di masa depan, sekalipun belum tentu seratus tahun lagi.
Segala sesuatu yang terjadi di dunia pasti terjadi dengan seizin Tuhan. Kebanyakan orang Kristen tentunya percaya akan hal ini. Tetapi, mereka tentunya merasa sedih dan bertanya-tanya, mengapa banyak manusia yang harus mengalami penderitaan yang luar biasa jika tidak jelas manfaatnya. Apakah dengan adanya pandemi, makin banyak orang yang kemudian percaya kepada kuasa Tuhan dan takut kepadaNya? Apakah dengan adanya korban jiwa yang besar, banyak orang kemudian menemukan jalan keselamatan? Ini adalah pertanyaan yang tidak mudah dijawab, karena tidak ada data yang menunjukkan bahwa umat manusia di dunia secara umum menjadi lebih taat kepada Tuhan sesudah datangnya pandemi.
Sejarah umat Israel menunjukkan bahwa berkali-kali Tuhan memperingatkan mereka dengan berbagai cara, tetapi hidup mereka tetap saja tidak berubah. Malahan, karena menolak keAllahan Yesus, mereka kemudian menyalibkanNya di Golgota. Penyaliban Yesus adalah malapetaka besar di antara pengikutNya. Mereka sangat sedih karena mereka tidak berdaya menghindari atau mengatasi kebencian orang Israel. Sesudah Yesus meninggalkan mereka, kehidupan para pengikutNya bukannya makin mudah. Banyak pengikut Yesus yang dikejar-kejar, disiksa, dipenjara dan bahkan dibunuh. Tetapi, dalam keadaan sedemikian mereka berubah menjadi orang-orang yang berani menghadapi bahaya dan penderitaan; dan karena kesetiaan dalam iman kepada Kristus, sekarang Injil dapat menyebar ke seluruh dunia.
Kembali ke saat sekarang, apakah anda merasakan adanya manfaat yang terjadi karena krisis yang dialami seluruh umat manusia? Mungkin, seperti murid-murid Yesus yang pada mulanya bingung dan takut, kita pun merasa gundah dan kuatir akan apa yang bakal terjadi di masa depan. Kita bisa melihat bagaimana usaha yang dilakukan dan kesuksesan manusia yang dicapai selama ini, secara mendadak hilang seperti asap yang terbang ke langit. Arti kekayaan, kedudukan, ketenaran dan kesehatan mulai menjadi kabur, karena adanya bahaya kesehatan, ekonomi dan hukum yang mengancam.
Murid-murid Yesus menemukan kekuatan dari Yesus yang sudah meyakinkan mereka bahwa hidup sesudah ini adalah hidup yang kekal. Yesus juga sudah memberikan Roh Kudus untuk menolong dan menguatkan mereka. Seperti murid-murid Yesus, kita pun tahu bahwa hidup di dunia ini adalah hidup yang sementara. Seperti mereka, kita pun sudah dikaruniai dengan Roh Kudus yang senantiasa mau memimbing kita. Apa yang harus kita lakukan hanyalah keberanian untuk tetap hidup dan bekerja, dan memilih apa yang benar. Bukan memilih apa yang bisa lenyap, melainkan apa yang kekal guna menerima kemuliaan yang akan diberikan Kristus kepada kita, sebab Dialah yang disahkan oleh Allah Bapa sebagai Juruselamat kita.