“Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.” Ibrani 12: 3
Mencari teman adalah sukar, tetapi musuh datang tanpa diundang. Begitulah bunyi sebuah kata mutiara kuno. Memang itu ada benarnya, karena selama hidup ini kita lebih mudah untuk menperoleh musuh daripada menemukan seorang teman sejati. Apalagi, sebuah kata mutiara yang lain mengatakan bahwa jika kita hanya mempunyai satu musuh, itu sudah terlalu banyak. Lalu bagaimana kita harus bertindak dalam hidup agar kita tidak mempunyai musuh? Bisakah kita berusaha agar tidak ada seorang pun yang membenci kita? Barangkali kita harus berusaha menyenangkan semua orang? Sayang sekali, kata mutiara lain mengatakan bahwa tidaklah mungkin bagi kita untuk membuat semua orang puas akan apa yang kita lakukan.
Jelas bahwa dalam hidup di dunia, setiap orang selalu menemui adanya orang yang kurang menyenangi, dan bahkan membenci dirinya. Mungkin orang yang membenci kita adalah orang yang kurang mengenal kita, tetapi mungkin juga orang itu justru adalah orang yang sering bertemu dengan kita dan bahkan mungkin adalah anggota keluarga kita sendiri! Mereka yang dulunya mengenal kita dan bahkan dekat dengan kita, suatu saat bisa saja berubah menjadi musuh kita karena adanya hal-hal yang disengketakan. Dalam hal ini, orang yang memusuhi kita bisa saja sangat membenci kita dan menunjukkan sikap permusuhan (hostility) yang luar biasa. Dengan demikian, bukan saja hubungan antara kita dengan orang itu yang menjadi rusak, tetapi suasana kehidupan kita pun bisa terpengaruh dan berubah menjadi suram dan pahit.
Yesus yang sudah turun ke dunia, pada waktu mudanya agaknya tidak mempunyai musuh. Tetapi, ketika Ia memulai pekerjaan yang diperintahkan Allah BapaNya, Yesus mulai menjumpai orang-orang yang tidak menyenangiNya karena Dia mengajar banyak orang dengan wibawa dan karisma yang luar biasa. Tambahan lagi, karena kata-kataNya yang pedas kepada orang Farisi dan Saduki, kebencian orang-orang ini kepada Yesus makin lama makin bertambah besar, sampai pada akhirnya menyebabkan penyalibanNya. Ia dibawa ke kayu salib seperti seekor domba yang dibawa ke pembantaian.
“Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” Yesaya 53: 7
Dalam ayat pembukaan di atas, penulis Ibrani menyatakan bahwa kita harus selalu ingat bahwa Yesus dengan tekun menanggung permusuhan yang luar biasa terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa. Mereka yang memusuhiNya pada waktu itu bukan saja orang Farisi dan Saduki tetapi juga orang Israel lainnya, yang dulunya mengelu-elukan Dia sebagai raja, tetapi kemudian kecewa. Dalam konteks yang lebih luas, sebenarnya semua umat manusia yang berdosa sudah memusuhiNya, dan itu termasuk diri kita. Karena kita juga, Yesus sudah menanggung hukuman yang luar biasa dan mati di kayu salib. Yesus mati karena dosa kita.
Pagi ini, ingatkah kita bahwa Yesus dengan tekun menjalani hidupNya di dunia sebagai manusia biasa dan kemudian mengembara tanpa mempunyai tempat kediaman atau tempat untuk membaringkan kepalaNya hanya untuk menjalankan tugas penyelamatan manusia, termasuk diri kita?
Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Matius 40: 20
PengurbananNya yang luar biasa seharusnya mengingatkan kita, yang saat ini mungkin menderita karena adanya orang-orang yang membenci kita, bahwa seperti Ia yang sudah dengan sabar dan tekun menderita karena dosa kita, kita seharusnya bisa tetap teguh dan kuat dalam menghadapi segala tantangan hidup kita. Apa yang kita alami dari orang lain sekarang ini tidaklah sebanding dengan apa yang sudah dialami Yesus.
“Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.” Ibrani 12: 4
Biarlah kita tetap bisa bersabar dalam hidup ini karena keyakinan bahwa penderitaan Kristus sudah memungkinkan kita pada akhirnya untuk menerima mahkota kehidupan. Lebih dari itu, kasihNya yang luar biasa yang diberikan kepada kita orang berdosa, adalah kasih yang harus kita bagikan kepada sesama kita, termasuk orang-orang yang memusuhi kita.