Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Markus 2: 17
Hari ini media Australia menyampaikan kabar buruk: seorang pria berumur 30 tahun ditemukan tewas di rumahnya. Setelah diselidiki, dapat dipastikan bahwa ia tewas akibat virus corona. Pemuda ini sebenarnya sudah beberapa minggu merasa tidak enak badan, tetapi ia tidak pernah pergi ke dokter. Sebagai korban virus corona yang termuda di Australia, kematiannya membuat masyarakat sadar bahwa virus ini tidak memandang usia dan sulit untuk diatasi. Saat ini dinas kesehatan pemerintah sedang berusaha keras untuk menemukan siapa saja yang pernah mengadakan kontak dengan pria ini untuk bisa dites atau diisolasi. Semua ini adalah hal yang tidak nyaman, tetapi merupakan cara hidup yang normal atau “the new normal” yang harus kita terima sebelum vaksin ditemukan.
Jika masalah diatas adalah menyangkut kesehatan jasmani, hal yang serupa juga terjadi dalam segi kesehatan rohani. Sebagai akibat adanya ‘lockdown‘ di Australia, banyak orang yang mengalami gangguan kejiwaan yang berat karena merasa terkucil, atau karena hidup dalam ketakutan dan kekuatiran. Jelas bahwa virus corona tidak hanya membawa akibat yang mematikan jasmani tetapi juga rohani manusia. Adalah kenyataan bahwa untuk menghilangkan trauma psikologis seringkali lebih sulit dari menyembuhkan sakit badani. Oleh sebab itu, pemerintah Australia berjanji untuk membantu organisasi yang merawat orang yang mengalami gejala kejiwaan, agar jumlah mereka yang mengalami kehancuran hidup dapat diperkecil.
Selama hidup di dunia, Yesus menunjukkan bahwa Ia peduli akan keadaan jasmani dan rohani manusia di sekelilingnya. Dalam hal jasmani, Ia memberi makan banyak orang, menyembuhkan orang sakit dan bahkan membangkitkan orang mati. Walaupun demikian, semua itu bukanlah bagian yang terpenting dari kedatanganNya ke dunia. Yesus dalam ayat diatas berkata bahwa Ia datang ke dunia sebagai tabib untuk menyembuhkan mereka yang sering berbuat dosa, seperti si Lewi pemungut cukai – seperti kita semua. Sebagai tabib, Yesus memungkinkan manusia yang sakit atau mati rohaninya untuk bisa disembuhkan. Bahkan Ia mengurbankan diriNya sendiri di kayu salib untuk menjadi juru selamat mereka yang percaya.
“Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” Yesaya 53: 5
Adalah kenyataan bahwa di zaman ini umat Kristen justru kurang menghargai Yesus sebagai tabib yang bisa menghilangkan keresahan hidup. Mungkin banyak orang yang merasa bahwa Yesus adalah jalan ke surga, tetapi untuk hidup di dunia mereka membutuhkan sesuatu yang lain, yang lebih bermanfaat dan praktis dari sesama manusia.
Untuk mencari kebahagiaan duniawi, manusia mencari berbagai hiburan, seperti makan minum, shopping, kegiatan sosial, olahraga dan pesta. Untuk mengatasi kekuatirannya manusia belajar dari para motivator dan tokoh-tokoh agama. Dan untuk masa depan manusia menaruh harapan kepada kesuksesan diri sendiri. Dengan adanya wabah virus corona, kegiatan hidup dan keyakinan mereka sekarang menjadi porak poranda. Walaupun demikian, mereka yang sekarang sakit dan memerlukan penyegaran rohani masih mempunyai kesempatan untuk mencari tabib yang sejati.
Hari ini kita diingatkan bahwa di dunia ini, jika orang yang sakit jasmani memerlukan dokter, mereka yang menderita atau lemah secara rohani memerlukan Yesus. Jika dunia menawarkan berbagai cara untuk memperbaiki dan menguatkan rohani kita, kita harus yakin bahwa hanya Yesus yang dapat membimbing dan menyegarkan kita melalui firmanNya. Dia adalah satu-satunya Tuhan kita yang akan membimbing kita keluar dari kekacauan dunia yang sekarang ini kita alami.
“Orang-orang yang takut kepadaMu melihat aku dan bersukacita, sebab aku berharap kepada firmanMu.” Mazmur 119: 74