“Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” 2 Korintus 4: 17 – 18
Sebagai manusia kita sudah dianugerahi berbagai indra oleh Tuhan, agar kita dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Alat indra manusia sering disebut juga dengan panca indra, karena terdiri dari lima indra yakni indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit). Dari kelima indra itu, tidak dapat disangkal bahwa mata adalah indra yang paling penting karena melalui mata manusia bisa melihat keadaan di sekelilingnya, memikirkan arti apa yang dilihatnya dan kemudian mengambil keputusan yang perlu.
Tanpa mata, dunia akan terasa gelap dan manusia mungkin menjadi kurang bisa untuk menggunakan kemampuannya. Benarkah begitu? Belum tentu! Mungkin anda pernah mendengar tentang Helen Keller yang lahir normal di Tuscumbia, Alabama, Amerika Serikat pada tahun 1880. Di usia 19 bulan, ia diserang penyakit yang menyebabkan dia bukan saja buta tetapi juga tuli. Tetapi dengan susah payah Helen bisa diajar membaca lewat huruf Braille sampai ia bisa menjadi orang tuna rungu dan tuna netra pertama yang lulus dari universitas. Ia kemudian berkeliling ke 39 negara untuk berbicara dengan banyak kepala negara dan mengumpulkan dana untuk orang-orang buta dan tuli. Dalam kegelapan dan kesunyian, Helen menjadi orang ternama karena hasil jerih payahnya sudah membantu banyak orang yang senasib.
Di zaman ini, mungkin ada banyak manusia tuna netra yang seperti Helen Keller yang bisa menemukan kebahagiaan dalam hidupnya, tetapi sebaliknya ada banyak orang yang bisa melihat tetapi tidak dapat menggunakan hidupnya dengan baik. Dengan demikian, mungkin ada yang berpendapat bahwa adanya mata belum tentu dapat memastikan pemiliknya bisa menemukan apa yang berguna dalam hidupnya. Itu ada benarnya. Memang, dengan mata orang juga bisa melihat hal-hal yang kurang baik, yang menyebabkan kebencian, kesedihan, kemarahan dan juga hawa nafsu dan keserakahan. Tidaklah mengherankan bahwa Yesus pernah berkata: “Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu.” (Lukas 11: 34).
Dalam ayat di atas, dikatakan bahwa mata juga bisa membuat hidup kita menjadi gelap. Mengapa demikian? Mata manusia bisa terpaku pada hal-hal yang menyusahkan dan penderitaan yang ada disekelilingnya dan karena itu hidup manusia bisa menjadi sangat berat. Paulus sebaliknya memandang bahwa penderitaan yang dialaminya adalah ringan karena apa yang akan diterimanya, yaitu kemuliaan kekal dari Tuhan adalah jauh lebih besar dari pada penderitaannya. Karena itu, ia tidak memperhatikan yang terlihat dengan mata jasmaninya; dengan mata rohaninya ia justru bisa melihat apa yang tidak kelihatan yang akan diterimanya di surga. Apa yang kelihatan oleh mata manusia di dunia adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah keselamatan yang kekal.
Hari ini, apakah yang anda lihat dengan mata anda? Apakah anda melihat adanya kekacauan, penderitaan, kejahatan, penyakit dan kelaparan? Jangan berkecil hati! Dengan mata rohani, kita bisa melihat bahwa Tuhan Yesus sudah menebus kita dengan darahNya dan mengaruniakan keselamatan bagi kita di surga. Memang kita tidak bisa melihat itu dengan mata jasmani kita, tetapi jika kita memusatkan perhatian kita kepada Dia, kita akan bisa melihat kemuliaan yang kekal yang sudah dijanjikanNya. Dengan mata rohani yang dipusatkan kepada Dia, sekalipun mata jasmani kita melihat hidup yang berat di dunia ini, sukacita dan kedamaian tetap ada dalam hati kita dalam menempuh hidup di dunia!
Lelah dan susahkah jiwamu, serta gelap gulitakah?
Pandanglah t’rang Jurus’lamatmu, hidupmu ‘kan bahagialah.
Pandanglah pada Yesus, pandanglah wajah muliaNya,
di dalam terang kemuliaanNya, hatiku tak menjadi duka