“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.” Filipi 1: 21-24

Pandemi yang sudah berlangsung hampir satu tahun di dunia ini sudah membuat membuat resah banyak orang. Tidak hanya kekuatiran atas kemungkinan tertular virus corona, orang juga merasa gundah karena keadaan di sekitarnya. Adanya pembatasan kegiatan sosial membuat orang tidak bebas melakukan aktivitas sehari-hari, dan keadaan ekonomi menjadi buruk karena banyaknya perusahaan yang gulung tikar. Dalam suasana yang tidak menyenangkan ini, banyak orang memikirkan apa yang akan terjadi di tahun 2021 ini. Sebagian orang sampai pada kesimpulan bahwa mereka harus bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk: kematian.
Barangkali, Paulus dalam menulis surat kepada umat Kristen di Filipi merasakan hal yang serupa bagi dirinya. Usia yang mulai melanjut dan tahanan rumah yang dialaminya tentunya membuat dia memikirkan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan dan yakin atas keselamatannya, Paulus tentu tidak sangsi kemana ia akan pergi pada akhir hidupnya. Ia akan ke surga. Dengan demikian, keadaan terburuk yang banyak dipikirkan orang lain yang mengalami pergumulan hidup, justru merupakan keadaan yang terbaik bagi Paulus. Kematian akan membawa dia ke perjumpaan dengan Kristus.
Paulus menulis bahwa mati adalah keuntungan. Mengapa demikian? Sebagai orang beriman, Paulus percaya bahwa karena imannya, ia sudah menerima keselamatan yang datang melalui darah Kristus. Tetapi, selama hidup di dunia, ia hanya bisa membayangkan keindahan surga. Hanya melalui kematian tubuh jasmaninya, ia akan menerima tubuh rohani yang abadi di surga. Membayangkan saat dimana ia bisa berjumpa muka dengan muka dengan Kristus, Paulus berkata bahwa ia akan merasa beruntung jika itu terjadi sekarang juga karena itu jauh lebih baik daripada hidup di dunia yang gelap ini.
Keyakinan bahwa hidup di surga itu lebih baik dari hidup di dunia barangkali dipunyai oleh setiap orang percaya. Memang orang percaya bahwa dalam Kristus ada kebangkitan yang memungkinkan mereka untuk hidup bersama Kristus untuk selamanya. Walaupun demikian, mungkin tidak ada orang Kristen yang memilih untuk mati secepatnya. Kebanyakan orang Kristen mungkin mengakui bahwa saat untuk meninggalkan dunia ini ditentukan oleh Tuhan; tetapi, mereka akan memilih hidup panjang di dunia jika itu mungkin. Karena itu selama di dunia mereka berusaha untuk “memperpanjang” hidup mereka dengan segala cara.
Adakah orang Kristen yang percaya bahwa karena hidup itu di tangan Tuhan, orang tidak perlu berusaha untuk hidup sepanjang mungkin di dunia? Tentu ada! Memang Alkitab menyatakan hidup manusia itu seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap (Yakobus 4: 13-14). Kita tidak dapat memperpanjang hidup kita sedetik pun. Tetapi itu bukan berarti bahwa kita harus mengharapkan perjumpaan dengan Kristus untuk datang secepat mungkin. Mengapa demikian? Paulus menjelaskan bahwa sekalipun hidup di surga itu jauh lebih baik, ada perlunya untuk hidup di dunia untuk bekerja dan berbuah, yaitu untuk kemuliaan Tuhan. Untuk bisa memuliakan Tuhan selama kurun waktu yang ditetapkan Tuhan, kita harus berusaha untuk memelihara kesehatan kita sebaik mungkin sehingga kita bisa bekerja semaksimal mungkin untuk Dia.
Mereka yang siap untuk mati adalah orang-orang beriman yang percaya bahwa iman mereka tidak sia-sia. Mereka akan menyambut kematian dengan tanpa rasa takut karena mereka sudah siap untuk menjumpai Tuhan dan ingin hidup dalam kemuliaanNya di surga. Tetapi, orang-orang yang benar imannya adalah orang yang juga percaya bahwa sekalipun umur mereka sudah ditetapkan Tuhan, adalah baik jika mereka mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah (Roma 12:1). Jadi, selama hidup di dunia, kita juga harus berusaha sebisa mungkin untuk menggunakan hidup kita untuk sesama kita.
Pagi ini, pertanyaan untuk kita adalah: “Apakah kita siap untuk mati?”. Apakah kita benar-benar siap untuk menjumpai Tuhan di surga? Jika kita memang siap untuk mati, itu berarti kita juga siap untuk hidup di dunia ini sebagaimana Tuhan menghendakinya. Kita harus tetap percaya, bahwa sekalipun keadaan saat ini kurang baik, kita harus tetap bersemangat untuk hidup guna melaksanakan perintahNya (Yakobus 4: 15).
“Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” Yakobus 4:17