Sulitnya untuk merasa cukup

“Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” Matius 6: 11

Di saat pandemi ini, tantangan hidup menjadi sangat berat bagi banyak orang. Untuk negara mana pun, semakin banyak penduduknya yang terkena Covid-19, semakin banyak juga orang yang hidup dalam kesusahan. Banyak orang di negara manapun saat ini harus berjuang untuk bisa hidup hari demi hari, terutama mereka yang kehilangan sumber penghasilan. Dengan demikian, banyaklah orang yang tidak dapat merasakan kecukupan.

Ayat diatas adalah sebagian dari doa Bapa kami yang diajarkan Yesus sebagai model doa yang harus kita tiru dalam kita berdoa setiap hari. Permohonan makanan sebenarnya juga mencakup semua apa yang dibutuhkan dalam hidup manusia. Bagi sebagian orang, ayat ini mudah mengucapkannya karena mereka hidup berkecukupan. Bagi mereka kata “secukupnya” mungkin terlihat “berlebihan” oleh orang lain. Sebaliknya, mereka yang tergolong lemah ekonominya mungkin masih menantikan datangnya kecukupan.

Saat ini, perbedaan antara mereka yang hidup berlebihan dan mereka yang berkekurangan semakin besar saja di berbagai negara di dunia. Mereka yang hidup di “gedongan” mungkin tidak terlalu kuatir untuk terjangkit virus corona. Mereka masih bisa menikmati hidup dengan berfoya-foya di balik tembok yang tebal dan menghilangkan kejemuan dengan menikmati apa saja yang bisa dibeli. Sebaliknya, mereka yang hidup di pelosok mungkin tidak mempunyai sarana yang melindungi mereka dari penularan ataupun sesuatu yang bisa dinikmati. Sepintas lalu, kepincangan sosial ini membuat manusia bertanya-tanya, apakah Tuhan itu adil terhadap ciptaanNya. Apakah doa meminta makanan yang secukupnya masih relevan di zaman ini, karena untuk sebagian orang makanan tidaklah mudah diperoleh? Bagi mereka yang sedang menghadapi pergumulan hidup, doa ini agaknya tidak terdengar oleh siapapun juga, termasuk Tuhan.

Setidaknya ada dua hal yang penting dalam doa ini, yang pertama adalah pengakuan bahwa Tuhan adalah yang memberi berkat, dan yang kedua adalah kesadaran bahwa Tuhan jugalah yang bisa memberi rasa cukup dalam hidup manusia. Kita memohon Tuhan untuk memberi apa yang kita butuhkan sesuai dengan ukuranNya. Kita juga belajar bersyukur atas apa yang sudah ada.

Bagi mereka yang sudah diberikan berkat yang besar, seringkali masih merasa kurang karena tidak adanya kesadaran atas rasa cukup. Sebaliknya, mereka yang hidup berkekurangan seringkali hidupnya bisa berbahagia karena ada rasa cukup. Kemampuan untuk merasa cukup dan berbahagia dengan apa yang ada sebenarnya adalah karunia Tuhan yang tidak dimiliki semua orang, karena tidak setiap orang memintanya. Untuk bisa mempunyai rasa cukup hidup kita harus berubah melalui proses penyempurnaan oleh Roh Kudus, sehingga kita mau menghitung apa yang sudah diberikan Tuhan.

Hari ini kita diingatkan bahwa setiap kali kita berdoa meminta berkat dari Tuhan, setiap kali juga kita harus mengakui bahwa Tuhanlah yang sudah memberi kita berbagai berkat dalam hidup kita. Selain itu, kita harus juga mau mengutarakan permohonan agar dengan bimbingan Roh Kudus, kita bisa mempunyai rasa cukup dalam hidup kita. Bagi banyak orang yang sudah dikaruniai Tuhan dengan rasa cukup, apa yang mereka terima tidaklah terhitung jumlahnya, dan karena itu mereka bisa bersyukur kepadaNya setiap hari.

Bila topan k’ras melanda hidupmu, bila putus asa dan letih lesu,
berkat Tuhan satu-satu hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasihNya.
Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau ‘kan kagum oleh kasihNya.
Berkat Tuhan mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasihNya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s