Dalam penderitaan, Tuhan tetap di pihak kita

“Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” Roma 8: 31

Hal pengadaan vaksin corona agaknya menjadi pusat perhatian banyak orang di seluruh dunia pada saat ini. Tua muda, pria maupun wanita, yang menantikan berakhirnya pandemi ini tentunya berharap dan bahkan berdoa agar seluruh sanak-keluarga bisa tetap sehat dan diindungi Tuhan selama mereka menantikan giliran untuk divaksin. Lebih dari itu, mereka mungkin berharap agar mereka bisa divaksinasi secepatnya. Tidaklah mengherankan adanya “perlombaan” untuk mendapat vaksin, baik itu antar negara ataupun antar sesama warga. Berharap untuk menang memang sering bersifat egocentric, berpusat pada diri sendiri. Tidak peduli akan orang lain, asal diri sendiri berhasil.

Di kalangan orang Kristen pun ada banyak orang yang secara sadar atau tidak, bersifat egosentris; memohon berkat dan keberhasilan dari Tuhan, sekalipun itu mungkin berarti kesusahan, kerugian dan kekalahan bagi orang lain. Mungkin itu karena merasa bahwa mereka adalah anak-anak Tuhan yang paling disayangi sehingga Tuhan akan mengabulkan permintaan apa saja. Mereka merasa tidak perlu mencari kehendak Tuhan. Mereka tidak mengerti bahwa Tuhan memberi kan berkatNya kepada semua orang di dunia. Mereka tidak paham jika Tuhan mengabaikan kebutuhan orang non-kristen di dunia ini, tentu seluruh sistim pemerintahan, perekonomian, teknologi dan sebagainya akan jatuh berantakan.

“Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” Matius 5: 45

Banyak juga orang Kristen yang percaya bahwa sebagai orang yang dipilih Tuhan, mereka adalah orang-orang yang bisa mendapatkan apapun yang mereka ingini. Selalu menang dan selalu mendapatkan apa yang terbaik. Dengan demikian, ayat diatas sering dipakai untuk memberi semangat kepada mereka yang kuatir dalam menghadapi kesulitan hidup, agar mereka yakin bahwa bersama Yesus mereka akan selalu berhasil. Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Benarkah begitu?

Ayat diatas tidak dapat dipakai sebagai pedoman umum jika kita tidak mau membaca ayat-ayat lain sesudahnya. Dari ayat-ayat itu, kita bisa melihat bahwa Paulus menulis ayat diatas dalam konteks mengalami penderitaan dan apa yang diartikan sebagai kegagalan. Bukan dalam konteks mencapai keberhasilan. Paulus mempersiapkan orang-orang Kristen di Roma dalam menghadapi penderitaan!

“Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” Roma 8: 35

Hari ini, jika kita merasa takut dalam menghadapi kegagalan dan penderitaan, firman Tuhan berkata bahwa Tuhan beserta kita senantiasa. Dalam keadaan apapun, kita boleh yakin bahwa kita adalah pemenang sejati yang lebih dari pada orang-orang yang terlihat menang, karena kita mempunyai Tuhan yang mengasihi kita. Kita juga bisa merasakan adanya kekuatan yang diberikan Tuhan, karena tidak ada sesuatu pun yang bisa memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

“Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Roma 8: 38 – 39

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s