“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Filipi 4: 4

Hari ini melalui WhatsApp saya menerima sebuah kisah tentang seorang kaya-raya dari Nigeria yang bernama Femi Otedola, yang mencari kebahagiaan dalam hidupnya. Dikisahkan bahwa setelah mencari kebahagiaan sejati dengan cara mengumpulkan harta, menyimpan benda-benda berharga, dan juga dengan mengendalikan banyak proyek besar, akhirnya ia menemukan kebahagiaan sejati dengan cara menolong orang-orang yang hidup dalam penderitaan. Femi mengatakan bahwa kita akan diingat untuk kebaikan yang sudah kita perbuat untuk orang lain. Penghargaan orang lain atas kebaikan kita ini adalah kunci kebahagiaan. Betulkah begitu?
Memang, menurut banyak ahli sosial, kebahagiaan manusia bukanlah hak ataupun berkat. Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang dapat kita tuntut ataupun sesuatu yang harus kita syukuri sebagai suatu pemberian. Tetapi, kebahagiaan adalah pilihan setiap orang atau choice. Kebahagiaan sudah ada tersedia bagi seluruh umat manusia, tetapi orang harus memilihnya untuk bisa berbahagia. Dengan kata lain, kita harus menemukan apa yang bisa membuat kita berbahagia.
Konsep kebahagiaan menurut Alkitab lain dengan konsep duniawi diatas. Kebahagiaan duniawi, happiness, adalah menyangkut soal happy, yaitu kebahagiaan karena kebutuhan manusiawi kita sudah terpenuhi. Dalam hal ini, penghargaan dari orang lain nampaknya bisa memberi kebahagiaan bagi kita. Tetapi, keinginan untuk mendapat penghargaan dari orang lain bisa juga membuat kita kurang berbahagia jika penghargaan itu tidak kunjung datang. Sebaliknya, kebahagiaan surgawi adalah kebahagiaan kekal yang tidak tergantung situasi dan kondisi. Dalam bahasa Inggris mungkin kata joy, lebih cocok dari pada kata happy. Sehubungan dengan kata joy atau sukacita itu, ada kata joyful untuk menyatakan rasa sukacita besar yang datangnya dari hati.
Dari mana datangnya rasa sukacita? Menurut Alkitab, sukacita yang sejati datang dari Tuhan. Manusia dengan keterbatasannya hanya bisa mendapat kebahagiaan yang datang dari apa yang bisa dilihat, didengar, dirasakan dan dialami. Tetapi rasa sukacita datang melalui iman kepada Tuhan, karena dengan iman manusia percaya bahwa Tuhan yang mahakasih selalu menyertainya. Lebih dari itu, sebagai orang Kristen kita bersukacita karena sudah menerima keselamatan melalui pengurbanan Yesus di kayu salib.
Rasa sukacita adalah karunia Tuhan, karena tanpa Dia, apa yang kita rasakan sebagai kebahagiaan hari ini, mungkin tidak dapat membuat kita bahagia esok hari. Kebahagiaan dari dunia tidak akan kita bawa setelah kita mati. Tidak ada yang kekal di muka bumi! Tetapi, Tuhan yang mahakasih adalah Tuhan yang menghendaki kita mempunyai rasa sukacita, karena itu Ia memberi kita keyakinan akan penyertaanNya pada setiap saat. Rasa sukacita sejati yang abadi hanya diberikanNya kepada orang yang percaya.
Tuhan juga memerintahkan umatNya untuk bersukacita dalam setiap keadaan. Ini tidak mudah karena iman kita selalu diuji pada saat penderitaan terjadi dalam hidup kita. Paulus dalam hal ini adalah seorang Rasul yang sudah belajar untuk mencukupkan diri dalam setiap keadaan dan untuk tetap bisa bersukacita, rejoicing, setiap saat. Ia tahu bahwa jika ia bisa tetap bersukacita dalam segala keadaan itu karena adanya kekuatan dari Tuhan. Dengan demikian, nama Tuhanlah yang akan dipermuliakan dalam sukacitanya.
Saat ini, apakah anda mengalami masalah yang besar? Apakah anda merasakan sulitnya untuk mendapatkan kebahagiaan dalam hidup? Firman Tuhan berkata bahwa kita seharusnya bersukacita karena keselamatan yang sudah kita terima. Kita juga bersukacita karena iman yang membawa keyakinan bahwa Tuhan menyertai kita sampai akhir zaman. Lebih dari itu kita bisa bersyukur karena apa yang tersedia di surga untuk kita, tidaklah dapat dibandingkan dengan apa yang ada saat ini.
Bagaimana reaksi anda atas perintah Tuhan untuk bersukacita senantiasa? Itu adalah pilihan anda, menurut atau tidak adalah keputusan masing-masing. Biarlah Roh Kudus yang membuka hati kita dan mengingatkan kita kepada kemurahan Tuhan dalam hidup kita. Dengan kesadaran itu, kita akan bisa berbuat baik untuk orang lain sebagai tanda terima kasih kita kepada Dia.