Dibenarkan karena iman

“Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.” Roma 3: 28

Agama adalah salah satu status yang penting di Indonesia, seperti juga status pekerjaan dan perkawinan. Mungkin saja sebagian besar penduduk Indonesia berpendapat bahwa mereka yang hidupnya berhasil adalah orang yang beragama, yang mempunyai pekerjaan tetap, dan yang rumah tangganya berjalan baik. Walaupun demikian, tentunya orang setuju bahwa tidak semua orang yang beragama itu adalah orang-orang yang saleh, atau mereka yang mempunyai pekerjaan itu pasti mendapat penghasilan yang cukup, atau mereka yang berstatus kawin itu pasti mempunyai rumah tangga yang bahagia. Dengan demikian, status yang bisa dilihat atau dibaca orang, belum tentu bisa menjelaskan keadaan yang sebenarnya.

Bagaimana dengan status beragama Kristen? Apakah ada artinya? Dalam Alkitab berbahasa Indonesia, kata “agama” muncul lebih dari 30 kali dalam Perjanjian Baru. Tetapi, dalam terjemahan-terjemahan berbahasa Inggris, kata “religion” hanya muncul kurang dari 10 kali. Memang dalam penerjemahan Alkitab dari bahasa-bahasa aslinya (Yahudi dan Yunani) beberapa kata yang sebenarnya berbeda artinya dengan arti kata “agama” yang sekarang, diterjemahkan sebagai “agama”. Kata yang dipilih penerjemah itu memang bisa menyebabkan perbedaan dalam pengertian. Oleh karena itu, dalam mempelajari firman Tuhan kita harus memakai beberapa terjemahan Alkitab dan menggunakan buku bimbingan Alkitab yang baik, yang bisa mengartikan setiap ayat dalam konteks yang benar.

Hal terjemahan Alkitab memang bisa membuat sebagian orang untuk mengabaikan bagian-bagian tertentu dari Alkitab. Lebih dari itu, ada beberapa golongan yang memakai “Alkitab” yang berbeda dengan apa yang kita pakai. Sebagian dari mereka mengajarkan bahwa Perjanjian Baru hanya dapat dimengerti melalui sudut pandang Ibrani, dan ajaran Rasul Paulus tidak dipahami secara jelas oleh para pendeta Kristen di zaman ini. Tidak sedikit dari mereka yang mengakui adanya Perjanjian Baru dalam bahasa Ibrani dan, dalam banyak kasus, merendahkan akurasi naskah Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani. Ini secara halus menyerang integritas naskah Alkitab yang sekarang kita pakai. Jika naskah Yunani tidak dapat diandalkan dan telah dikorupsi, seperti tuduhan mereka, Gereja tidak dapat mempunyai tolok ukur kebenaran.

Di antara golongan-golongan ini ada banyak yang memercayai bahwa kematian Kristus di atas salib tidak mengakhiri Perjanjian Musa, melainkan memperbaruinya, menambah pesan dasarnya, dan menulisnya di atas hati para pengikut Kristus yang sejati. Mereka menuduh bahwa Gereja telah beralih dari akar Yahudinya dan tidak sadar bahwa Yesus dan para rasulNya merupakan orang Yahudi yang taat kepada hukum Taurat. Karena itu, pada umumnya mereka mendorong supaya setiap orang percaya menjalani hidup yang taat kepada ajaran Taurat. Ini berarti bahwa peraturan dalam Perjanjian Musa harus menjadi fokus utama dari hidup orang percaya pada zaman ini, sama seperti umat Yahudi di zaman Perjanjian Lama di Israel.

Mereka mengajar bahwa orang Kristen non-Yahudi telah dicangkok ke dalam Israel, dan oleh karena itu setiap orang yang lahir baru dalam Yesus Sang Mesias harus turut berpartisipasi dalam pemeliharaan cara hidup dan budaya orang Yahudi. Mereka mengajar bahwa pemeliharaan ini tidak dilakukan secara terpaksa, melainkan atas dasar kasih dan ketaatan. Pada pihak yang lain, mereka juga mengajar bahwa hidup yang berkenan pada Allah adalah hidup yang menaati hukum Taurat. Manusia tidak dapat diselamatkan tanpa menaati hukum Taurat.

Apa yang tertulis dalam Alkitab mengenai keselamatan kita? Ayat diatas menulis bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. Berdasarkan ayat ini, dan untuk zaman ini, kita bisa menafsirkan bahwa orang Kristen dibenarkan karena iman kepada Yesus Kristus, dan bukan karena ia melakukan kewajiban-kewajiban agama. Mereka yang rajin melakukan kewajiban agama saja adalah seperti mereka yang digolongkan sebagai orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka yang merasa sudah diselamatkan karena kesalehannya adalah orang yang beragama, tetapi belum tentu beriman kepada Tuhan Yesus.

Apa yang membawa kepada keselamatan adalah iman kepada Yesus, yaitu Tuhan yang sudah turun ke dunia untuk menebus dosa manusia. Jika manusia ingin berbuat baik untuk bisa masuk ke surga melalui agama, itu adalah usaha yang sia-sia karena sebagai manusia kita tidak dapat memenuhi syarat kesucian Allah. Agama penuh dengan peraturan yang dibuat manusia, tetapi iman datang dari Allah. Lebih dari itu, jika ketaatan pada hukum Taurat merupakan bagian syarat keselamatan, itu berarti bahwa pengurbanan Kristus di kayu salib adalah kurang sempurna.

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” Efesus 2: 8 – 9

Pagi ini, baiklah kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah kita sudah benar-benar beriman kepada Kristus. Apakah kita sudah memercayakan masa depan kita, baik di bumi maupun di surga, kepadaNya. Ataukah kita masih berusaha berbuat berbagai kebaikan untuk memastikan keselamatan kita? Jika kita memang beriman, kita tidak perlu menguatirkan masa depan kita. Sebaliknya, dengan rasa syukur kita bisa hidup dalam kedamaian, dan dengan itu kita mau memuliakan Tuhan yang mahakasih dengan membaktikan kasih kita kepadaNya dan sesama kita setiap hari.

“Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.” Roma 10: 4

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s