“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Matius 6: 14 – 15

Masih ingatkah anda akan kejadian 9/11 di Amerika? Pada tanggal 11 September 2001, 19 militan yang terkait dengan kelompok ekstremis membajak empat pesawat dan melakukan serangan bunuh diri terhadap sasaran di Amerika Serikat. Dua dari pesawat diterbangkan ke menara kembar World Trade Center di New York City, pesawat ketiga menabrak Pentagon di luar Washington, D.C., dan pesawat keempat jatuh di sebuah lapangan di Shanksville, Pennsylvania. Hampir tiga ribu orang tewas selama serangan teroris 9/11, yang memicu inisiatif besar negara Amerika untuk memulai Perang Melawan Teror dalam upaya untuk melenyapkan beberapa sel teroris dan rezim jahat di seluruh dunia. Ribuan tentara Amerika tewas dalam dua dekade pertama Perang Melawan Teror, dan banyak lagi yang pulang dengan luka fisik dan psikologis.
Adakah hasil yang baik dari sebuah perang? Ini tentu adalah topik yang sering didiskusikan antara dua kubu: mereka yang pro dan mereka yang kontra perang. Bagaimana pula pandangan orang Kristen tentang perang? Sudah tentu perang yang terjadi untuk memenuhi hasrat pemimpin negara saja, bukanlah suatu yang bisa dibenarkan. Perang yang sedemikian akan membawa banyak penderitaan bagi banyak orang yang tidak berbuat salah. Seperti itu, ada juga “perang” antar individu: ada perang mulut, ada perang dingin dan sebagainya, yang bisa terjadi di rumah, di kantor dan di mana saja dalam kehidupan sehari-hari. Sudah umum, perang apa pun terjadi karena adanya perselisihan, kemarahan atau kebencian yang tidak bisa diatasi. Apalagi, banyak orang yang masih percaya bahwa tindakan “mata ganti mata” adalah cara yang paling tepat untuk melenyapkan kejahatan.
Prinsip mata ganti mata dalam kehidupan sehari-hari di zaman ini, mungkin tidak mudah dilakukan secara perseorangan karena adanya hukum negara. Walaupun demikian, sering kali orang yang merasa diperlakukan secara tidak baik, kemudian merasa dendam. Banyak orang yang berkata bahwa mereka bisa mengampuni orang tetapi tidak dapat melupakan perbuatannya. Dengan demikian, bayangan tentang orang itu dan kejahatannya selalu ada dalam pikiran dan tentunya setiap kali muncul bisa menimbulkan kemarahan atau rasa benci yang membuat diri mereka sangat menderita. Tetapi, ada juga orang yang benar-benar bisa mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain. Itu tentu ada sebabnya.
Jika hal mengampuni kesalahan orang lain adalah sesuatu yang sulit dilakukan manusia, bagi Allah yang mahasuci tentunya akan lebih sulit lagi untuk mengampuni manusia yang berdosa kepada-Nya. Karena standar kesucian Allah yang mahatinggi, tidak akan ada seorang pun yang bisa diampuni-Nya, jika tidak ada penebusan oleh darah Yesus. Karena Yesus sudah mati ganti kita, Tuhan mau mengampuni kita dan melupakan dosa kita sekali pun kita mempunyai dosa sebesar apa pun.
“Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” Yesaya 1: 18
Bagaimana Tuhan yang mahakuasa dan mahatahu dapat melupakan sesuatu peristiwa? Banyak orang berpikir bahwa jika Tuhan bisa lupa, Ia bukanlah Oknum yang mahakuasa. Dalam hal ini, Tuhan bisa mengampuni dan melupakan dosa kita karena Ia dengan sengaja tidak mau memikirkan hal itu. Sebagai Tuhan yang mahakasih Ia mengambil keputusan untuk memberikan keselamatan kepada mereka yang percaya kepada Yesus yang sudah dikaruniakan-Nya.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3:16
Dengan demikian, Tuhan yang sudah lebih dulu mengasihi kita patutlah menghendaki agar manusia mau mengasihi Dia dan sesama kita karena Tuhan mengasihi seisi dunia ini. Dalam hal ini, selama hidup di dunia tentu lebih mudah bagi manusia untuk mengasihi sesama manusia yang bisa dilihatnya daripada mengasihi Tuhan.
Bagi manusia, tidaklah mudah untuk mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah yang Roh dan karena itu jika ada orang yang berkata bahwa ia mengasihi Allah, itu terjadi karena Allah sudah membuka mata rohaninya. Orang yang sedemikian sudah menjadi ciptaan baru yang mengenal apa yang dikehendaki Allah dan melaksanakan perintah-Nya. Dengan demikian, mereka yang mengaku mengasihi Allah tetapi membenci sesamanya, perlu bertanya kepada diri sendiri bagaimana ia bisa mengasihi Allah tanpa melakukan apa yang diperintahkan-Nya.
Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. 1 Yohanes 4: 20
Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita akan pentingnya hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Yesus sudah datang untuk menebus dosa kita dan karena itu seluruh dosa kita sudah diampuni Tuhan. Mengapa pula kita merasa berat untuk mengampuni sesama kita jika mereka juga dikasihi Tuhan dan diberi kesempatan untuk menerima keselamatan jika mereka mau bertobat?