Manusia tidak bisa menyelami jalan pikiran Tuhan

“Sebab malapetaka mengepung aku sampai tidak terbilang banyaknya. Aku telah terkejar oleh kesalahanku, sehingga aku tidak sanggup melihat; lebih besar jumlahnya dari rambut di kepalaku, sehingga hatiku menyerah.” Mazmur 40:12

Sebulan yang lalu, tidak ada yang bisa membayangkan bahwa 3 di antara 6 negara bagian Australia harus mengalami lockdown lagi. Malang tak dapat ditolak, pada saat ini di Australia ada sekitar 1500 kasus aktif dan 10% di antaranya pada saat ini berada dalam perawatan rumah sakit. Bagi rakyat Australia, adanya lockdown ini terasa sebagai hukuman penjara dan sudah membuat banyak orang kehilangan pekerjaan. Bagi pemerintah Australia, keadaan yang berlarut-larut ini sudah pasti akan membuat ekonomi berantakan karena adanya banyak orang yang memerlukan uang tunjangan. Semua ini seperti sebuah malapetaka yang memengaruhi manusia secara jasmani maupun rohani.

Salah satu pertanyaan rumit yang sering muncul dalam keadaan seperti ini adalah mengapa ada pandemi, kejahatan dan penderitaan terjadi jika Tuhan itu ada. Mengapa musuh-musuh kita terus menerus menyerang kelemahan atau kesalahan kita? Mengapa ada orang yang harus masuk penjara atau dipecat dari pekerjaannya karena fitnah? Mengapa Tuhan membiarkan hal-hal seperti itu?

Banyak orang yang beranggapan bahwa adanya hal-hal yang keji itu membuktikan Tuhan itu tidak ada. Sekalipun kita percaya bahwa Tuhan itu ada, pergumulan hidup di atas bisa menimbulkan pertanyaan:

1. Apakah Tuhan itu mahakasih tapi tidak mahakuasa?

2. Apakah Tuhan itu mahakuasa tapi tidak mahakasih?

Kalau Tuhan itu memang mahakasih, sudah barang tentu Dia tidak akan membuat bencana sebagai pemberian untuk anak-anak-Nya. Tetapi dunia yang diciptakan-Nya dulu, bukanlah dunia yang kita tinggali sekarang. Dunia kini adalah seperti semak duri yang dihuni anak-anak Tuhan dan anak-anak setan.

Malapetaka bisa terjadi karena dosa dan kebodohan manusia dan pemerintah. Bencana alam sering terjadi sebagai bagian dinamika alam semesta. Tetapi bencana bukan sesuatu yang disenangi Tuhan. Itu adalah konsekuensi kejatuhan manusia dalam dosa. Sesudah kejatuhan, manusia hidup dalam dunia yang penuh masalah. Dalam dunia manusia bisa memilih apa pun yang mereka maui. Tambahan lagi, iblis ada dimana-mana dan berusaha menguasai manusia, terutama menyerang anak-anak Tuhan yang kurang waspada.

Walau hal-hal yang jahat bisa terjadi di dunia, Tuhan tetap mencintai anak-anak-Nya dan tidak membiarkan malapetaka datang atas mereka tanpa alasan. Tuhan jugalah yang mau memberi mereka ketabahan. Tuhan yang menciptakan taman Firdaus dulu, tidak pernah berubah sifatnya. Namun kadangkala Ia mengizinkan kita untuk mendapat pelajaran dari pengalaman kita, agar kita bisa lebih menurut kepada pimpinan-Nya dan tidak mengandalkan pikiran dan pilihan kita sendiri. Mungkin juga Tuhan memakai kejadian seperti itu untuk menggerakkan anak-anak-Nya untuk lebih bisa untuk mengasihi mereka yang lagi menderita.

Kita tahu mengapa ada malapetaka dan kejahatan di bumi, tetapi tidak ada seorang pun yang tahu dengan pasti apa maksud Tuhan jika hal-hal yang jahat terjadi pada hidup anak-anak-Nya. Jalan pikiran-Nya tidak terjangkau manusia dan rencana-Nya tidak dibatasi oleh waktu. Hanya satu hal yang kita tahu, rencana Tuhan pasti terjadi pada waktunya dan Tuhan kita adalah Tuhan yang mahakasih dan mahabijaksana!

“O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” Roma 11: 33

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s