“Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” Daniel 3: 17 – 18

Mengapa pandemi Covid-19 ini terjadi? Pada saat ini tidak ada seorang pun yang tahu. Sejarah menunjukkan bahwa jika manusia dengan logikanya mencoba menduga apa yang akan terjadi, sering kali justru kejutan yang datang. Jika apa yang datang bukan sesuatu yang buruk atau jahat, manusia kemudian dengan mudah berkata bahwa kehendak Tuhan tidak dapat ditolak. Tuhanlah yang membuat itu terjadi. Walaupun demikian, jika kita mengalami masalah yang besar seperti adanya pandemi saat ini, kita mungkin tidak mudah menerima pendapat bahwa munculnya virus corona itu juga kehendak-Nya.
Memang, jika apa yang terjadi adalah sesuatu yang jahat atau kejam, pertanyaan muncul bagaimana mungkin Tuhan yang mahakasih memang menghendakinya. Hitler dan pengikutnya yang menyebabkan ribuan orang Yahudi, baik tua atau muda, mati di kamar gas pada perang dunia kedua, tentu dipandang sebagai orang yang sangat jahat. Apakah Tuhan menghendaki Hitler untuk melakukan kekejaman itu?
Sebagian orang Kristen percaya bahwa karena Tuhan mahakuasa dan tidak ada yang bisa terjadi tanpa kehendak-Nya, Tuhan jugalah yang dengan kedaulatan-Nya (sovereign will) membuat Hitler melakukan kekejiannya. Sebaliknya, ada orang lain yang percaya bahwa Tuhan yang mahakasih tidak mungkin menghendaki adanya kejahatan. Bagi mereka, kejahatan dilakukan manusia yang berdosa, tetapi dengan seizin Tuhan.
Dengan seizin Tuhan? Apakah Tuhan yang mahakasih mengizinkan adanya kejahatan? Jika Ia memang mengizinkan (permissive will) hal yang jahat, bukankah itu berarti Ia ikut bertanggung jawab atas apa yang diperbuat manusia? Sebaliknya, jika Tuhan tidak mengizinkan, bagaimana orang dapat melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya? Ini agaknya sebuah misteri bagi manusia yang ingin mengerti apa yang ada dalam pikiran Tuhan yang mahakuasa.
Apa yang mungkin terjadi adalah bahwa Tuhan terkadang mempunyai kehendak aktif untuk melakukan sesuatu (active will) pada suatu saat, tetapi pada saat yang lain Ia mempunyai kehendak untuk tidak berbuat apa-apa (passive will), semua itu agar semua rencana-Nya bisa terjadi. Kehendak pasif ini sering diartikan sebagai “izin” dari Tuhan untuk terjadinya sesuatu yang kurang baik. Kedua kehendak itu bisa dilakukan-Nya pada saat yang dikehendaki-Nya, tanpa dipengaruhi oleh apa pun dan siapa pun karena Ia adalah Tuhan yang mahakuasa.
Ayat diatas diucapkan Daniel dan teman-temannya yang menghadapi risiko hukuman mati karena mereka menolak untuk menyembah raja dan patung emasnya. Daniel tahu bahwa Tuhan tidak menghendaki mereka menyembah berhala, tetapi ia tidak tahu apa yang akan Tuhan lakukan jika ia dan teman-temannya melawan kehendak raja. Apakah Daniel berpikir bahwa ada kemungkinanTuhan menghendaki mereka mati terbakar? Tentu saja tidak.
Daniel tahu bahwa Tuhan yang mahakuasa adalah Tuhan yang mahakasih. Tetapi ia sadar bahwa Tuhan yang mahakuasa dan mahabijaksana berhak untuk memutuskan apakah Ia akan bertindak atau tidak. Jika mereka akhirnya dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala, itu pasti karena kejahatan orang-orang di sekitarnya. Bukan karena kehendak Tuhan untuk mengambil nyawa mereka dengan cara yang keji. Tuhan tidak dapat berubah dari gembala yang baik yang melindungi para umat-Nya di satu saat, menjadi Tuhan yang menghancurkan mereka pada saat yang lain.
Dunia ini sudah jatuh ke dalam dosa, dan karena itu segala penderitaan dan bahaya bisa terjadi pada siapa pun. Tuhan kita yang mahakasih bukanlah Tuhan yang menciptakan malapetaka ataupun perbuatan jahat untuk umat-Nya. Malapetaka dan kejahatan adalah konsekuensi kejatuhan manusia dan mungkin juga hasil pekerjaan iblis. Memang terkadang Tuhan seakan tidak mau bertindak dan menolong umat-Nya, tetapi kita harus yakin bahwa itu bukan berarti Tuhan tidak peduli akan penderitaan kita. Sekalipun sulit kita mengerti, Tuhan akan bekerja pada saat yang tepat dengan cara yang sesuai dengan kehendak-Nya. Karena itu, dalam menghadapi tantangan hidup, apa yang perlu kita pertahankan adalah iman bahwa Ia adalah Tuhan yang mahakuasa dan mahakasih.
“Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” 1 Yohanes 4: 16
Kita harus sadar bahwa ada kalanya Tuhan membiarkan kita menderita atau jatuh ke dalam pencobaan agar kita lebih bisa belajar dari apa yang terjadi untuk dapat mengarahkan hidup kita kepada-Nya. Jika Adam dan Hawa melakukan perbuatan dosa melalui kehendak bebas mereka, itu jelas bukan kehendak-Nya. Apa pun yang diperbuat manusia, Tuhan bisa saja membiarkannya selama rencana-Nya tidak terganggu. Dalam hal ini, Tuhan bukannya tidak bekerja lagi di bumi atau tertidur. Tuhan bisa saja melakukan “intervensi” pada saat yang tepat jika apa yang terjadi akan mengganggu rencana-Nya. Itu karena Tuhan tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Kembali ke soal pandemi saat ini, apakah Tuhan menentukan terjadinya hal itu? Apakah itu kehendak Tuhan? Begitu sebagian orang bertanya. Memang jika ditimbang dari segi kemahakuasaan Tuhan, tidak ada kejadian di bumi ini yang terjadi tanpa seizin Tuhan. Sebagai contoh, pemerintah di mana pun terpilih dengan seizin Tuhan. Sekalipun pemerintah atau pemimpin tertentu kurang baik dalam menangani masalah kehidupan rakyatnya, Tuhan mengizinkan itu terjadi menurut rencana pemeliharaan-Nya (yang disebut providensia). Tuhan bisa membiarkan apa pun terjadi sekalipun belum tentu merupakan apa yang dikehendak-Nya.
“Israel telah menolak yang baik biarlah musuh mengejar dia! Mereka telah mengangkat raja, tetapi tanpa persetujuan-Ku; mereka mengangkat pemuka, tetapi dengan tidak setahu-Ku. Dari emas dan peraknya mereka membuat berhala-berhala bagi dirinya sendiri, sehingga mereka dilenyapkan.” Hosea 8: 3 – 4
Hari ini, firman Tuhan menyatakan bahwa Ia selalu memelihara umat-Nya dengan memberikan pemeliharaan-Nya hari demi hari. Sekalipun keadaan disekitar kita terlihat kurang menyenangkan, Tuhan bisa memakainya untuk mencapai tujuan baik yang sudah ditetapkan-Nya untuk umat-Nya.
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8: 28