Berjalanlah dalam terang

“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Mazmur 119: 105

Mulai hari ini penduduk kota Sydney dan negara bagian New South Wales memperoleh “kemerdekaan” mereka kembali. Setelah berbulan-bulan mengalami lockdown, aktivitas bisnis dan sosial bisa dimulai lagi karena jumlah penduduk yang sudah dua kali divaksinasi telah mencapai 80%. Walaupun demikian, kebebasan yang mereka peroleh bukanlah tanpa batasan karena ada aturan-aturan tertentu yang masih harus ditaati. Restoran, salon kecantikan dan berbagai usaha bisnis yang biasa didatangi banyak orang harus menerapkan prokes yang antara lain membutuhkan bukti vaksinasi dari para pengunjungnya. Pemerintah memang sudah membuat berbagai peraturan dan petunjuk yang bisa dipakai sebagai rambu-rambu pelaksanaan prokes untuk kehidupan “new normal” ini. Dalam hal ini, ada kekuatiran bahwa tidak semua usaha bisnis akan mampu untuk menerapkan prokes ini dan tidak semua pengunjung mau menaatinya.

Dalam kehidupan manusia memang ada berbagai rambu-rambu yang dimaksudkan untuk membimbing mereka agar menjalani hidup dengan baik. Rambu-rambu sosial, budaya, agama, hukum dan sebagainya memberikan pedoman dan peringatan yang dimaksudkan untuk melindungi masyarakat. Walaupun orang mengerti tujuan pemakaian rambu-rambu itu, tidak semua orang mengacuhkannya. Mengapa begitu? Mungkin banyak orang yang berpikir:

  • Itu untuk orang lain
  • Saya tahu apa yang lebih baik
  • Itu sudah tidak berlaku lagi
  • Terlalu sulit dilakukan
  • Tidak ada gunanya
  • Tidak ada waktu

Jika semua orang tahu bahwa semua peraturan kesehatan umum ditentukan oleh pemerintah, banyak yang berpendapat bahwa pemerintah tidak boleh memaksakan peraturan kepada semua orang. Mereka yang merasa bahwa kemerdekaan mereka sudah dibatasi, sering kali melakukan tindakan-tindakan sebagai tanda protes. Dalam hal ini, sebagian orang Kristen tidak mau menerima petunjuk Yesus mengenai kewajiban mereka kepada pemerintah:

“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.” Roma 13:1

Walaupun orang Kristen tahu akan akibat dosa adalah kematian, mereka juga percaya bahwa karena kasih Allah, Yesus sudah mati untuk umat-Nya. Karena itu, sebagian orang Kristen mungkin merasa tidak perlu lagi untuk memedulikan apa yang diperintahkan oleh pemerintah yang dipilih secara demokratis oleh rakyat. Hidup untuk sebagian orang Kristen mungkin ingin dirasakan sebagai kebebasan karena keyakinan bahwa Tuhan yang mahakasih sudah mengampuni mereka. Walaupun ketaatan adalah bukti keselamatan, karena kasih kepada Tuhan menuntut kita untuk menaati firman-Nya, itu tidak berarti orang Kristen tidak akan bergumul dengan ketaatan.

Dalam hal ini, Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengingatkan bahwa sikap hidup sedemikian adalah keliru.

“Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?” Roma 6: 1

Untuk orang Kristen, firman Tuhan adalah seperti rambu-rambu yang membimbing perjalanan dan lampu yang menerangi jalan hidup mereka di dunia. Tanpa itu hidup manusia akan melenceng dari jalan yang benar dan kejatuhan ke dalam dosa tidaklah dapat dihindari.

Pagi ini firman Tuhan mengingatkan kita bahwa sebagai orang yang sudah diselamatkan adalah seharusnya kita lebih berhati-hati dengan hidup kita yang sudah ditebus dengan darah Kristus dan tidak mengabaikan firman Tuhan sebagai rambu-rambu dan lampu kehidupan yang tidak pernah berubah, agar kita tetap berjalan di jalan yang benar dan hidup dalam kasih pemeliharaan-Nya.

“Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya” Yesaya 40: 8

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s