“Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.” Efesus 5: 11

Empat Kebebasan adalah pidato yang dibacakan Franklin D. Roosevelt di Depan Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat pada 6 Januari 1941. Ide-ide yang tercantum dalam pidato tersebut adalah prinsip-prinsip dasar yang berkembang menjadi Piagam Atlantik yang dinyatakan oleh Winston Churchill dan Franklin D. Roosevelt pada Agustus 1941, Deklarasi PBB pada tanggal 1 Januari 1942 dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang diadopsi oleh PBB pada tahun 1948.
Empat Kebebasan (Four Freedoms) yang sangat penting dalam negara demokrasi adalah kebebasan beragama, kebebasan pers, kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan berkumpul. Empat kebebasan tersebut merupakan hak asasi manusia yang harus dijamin keberadaannya oleh negara. Memang kebebasan dari penindasan adalah salah satu ciri ajaran Kristen yang dilandasi oleh hukum kasih yang diajarkan Yesus Kristus. Kebebasan adalah sesuatu yang berharga yang diberikan oleh Tuhan kepada Adam dan Hawa, adalah anugerah yang bisa dipakai untuk memilih apa yang baik dalam hidup ini, asal tidak digunakan untuk melawan kehendak Tuhan (Kejadian 2: 15 – 17).
Jika prinsip kebebasan berpendapat adalah hal yang mendasar dalam negara hukum, banyak negara yang belum dapat menerapkannya sebagai bagian hak asazi manusia. Memang membela kebenaran memang bisa mengandung risiko besar. Karena itu tidak semua orang mau ikut campur. “Pokoknya saya tidak ikut-ikut!”, begitulah jawaban mereka yang melihat kejahatan, ketimpangan dan kejanggalan dalam masyarakat. Memang banyak orang yang memilih untuk berdiam diri, sekalipun apa yang terjadi adalah hal yang tidak baik.
Mencampuri urusan orang lain jelas membawa risiko bahwa mereka akan membenci kita. Pada zaman perang dunia kedua misalnya, Hitler dan komplotannya melakukan berbagai tindakan represif di negara Jerman dan jajahannya. Karena itu, banyak orang Kristen yang abstain dalam usaha menegakkan kebenaran. Sebagai alasan, mungkin orang Kristen bisa saja menyebutkan bahwa mereka tidak mau mengadili orang lain, atau mereka lebih mencintai perdamaian. Sebagian lagi, mungkin menghibur diri dengan menyatakan bahwa apa yang ada adalah sesuatu yang sudah ditentukan Tuhan dan karena itu mereka harus mau menerimanya. Mereka tidak sadar bahwa Tuhan memberi manusia kesempatan untuk membuat pilihan yang bisa memengaruhi nasib mereka. Manusia benar-benar memiliki kehendak bebas.
Adalah kenyataan bahwa dalam hidup banyak orang yang menyesali mengapa mereka tidak bertindak apa-apa ketika ada hal-hal yang jahat terjadi. Pengecut! Egois! Begitulah hati kecil mereka berkata. Mengapa engkau hanya berdiam diri saja? Bukankah dengan berdiam diri engkau berpihak kepada mereka yang jahat? Itulah suara hati banyak orang Kristen yang melihat dan mendengar hal-hal yang tidak baik, tetapi memilih untuk tidak bertindak atau justru lari menjauh. Roh Kudus menegur karena mereka gagal untuk menegakkan kebenaran Tuhan. Menegakkan kebenaran dan keadilan adalah salah satu ciri orang Kristen yang sudah dibebaskan dari belenggu dosa.
Ayat di atas yang ditulis rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, adalah salah satu ayat yang mengandung nasihat praktis untuk hidup sebagai umat Tuhan. Sebagai orang Kristen kita bertanggung jawab tidak saja untuk apa yang kita lakukan, tetapi juga untuk reaksi kita atas apa yang diperbuat orang lain. Tindakan aktif dan proaktif mana yang kita lakukan, tergantung pada pilihan kita. Sebagai manusia, secara individu kita bebas untuk mempunyai keinginan dan harapan (free will). Jika kita membiarkan adanya perbuatan-perbuatan kegelapan di sekitar kita, itu sama saja dengan menyetujuinya. Sebaliknya, sebagai orang Kristen kita memperoleh mandat budaya (Kejadian 1: 28) untuk ikut mau untuk menegakkan keadilan dan kebenaran di bumi. Apa yang ada di dunia belum tentu dikehendaki Tuhan, karena itu Tuhan menghendaki kita untuk menjadi umat-Nya yang mau membawa terang surgawi ke dunia.
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Matius 5:16