Berdoa dan bersyukur

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Filipi 4: 6

Apa guna kita berdoa? Dulu sering kita mendengar semboyan Ora et Labora, berdoa dan bekerja. Tetapi, sekarang banyak orang yang tidak percaya bahwa doa itu ada manfaatnya. Mereka yang sudah tidak percaya adanya Tuhan, sudah tentu tidak pernah berdoa. Tetapi, mereka yang masih yakin bahwa Tuhan itu ada, belum tentu mau berdoa atau bisa berdoa secara teratur. Doa itu membutuhkan waktu dan tenaga, dan ditengah kesibukan yang ada, orang mungkin lebih senang memakai waktunya untuk bekerja saja.

Ada juga orang yang beranggapan bahwa terlalu banyaknya doa menandakan kekurangan manusia dalam usaha dan tanggung jawab atas hidupnya. Orang yang lain mungkin berpendapat bahwa doa adalah ibarat candu yang hanya mendatangkan perasaan nyaman saja. Karena itu mereka menganggap orang Kristen yang sering berdoa sebagai orang “melempem”, yang tidak punya aspirasi atau cita-cita.

Selain itu, ada orang Kristen yang percaya bahwa Tuhan sudah menentukan segalanya termasuk kebiasaan berdoa kita. Mereka mungkin merasa bahwa doa itu adalah hanya sesuatu yang diharuskan Tuhan yang berdaulat. Mereka mungkin berpikir bahwa doa itu sebenarnya tidak berguna karena tidak akan membuat Tuhan mengubah rencana-Nya. Selanjutnya, ada pula orang-orang yang karena pernah merasa dikecewakan sekarang menjadi segan untuk berdoa. Juga, ada orang yang enggan berdoa karena hidupnya yang kacau membuat ia ragu untuk mendekati Tuhan yang mahasuci. Tentu saja ada sebab-sebab lain yang membuat orang Kristen malas berdoa, apalagi berdoa secara teratur bukanlah suatu ritual yang diharuskan pada jam-jam tertentu seperti dalam agama lain.

Memang ada orang Kristen yang kurang percaya bahwa Tuhan akan mempertimbangkan doa manusia, tetapi Alkitab mempunyai banyak contoh bahwa berkat dan pertolongan Tuhan turun kepada mereka yang rajin berdoa. Dalam hal ini, kebanyakan orang Kristen lebih rajin untuk berdoa ketika mereka menghadapi masalah kehidupan. Mereka yang takut dan kuatir menghadapi topan kehidupan biasanya ingin untuk “membangunkan” Tuhan, persis seperti apa yang dilakukan murid-murid Yesus ketika perahu mereka diterpa angin keras di danau Tiberias, sekalipun mereka percaya Tuhan yang berdaulat sudah menetapkan apa yang terjadi.

Ayat di atas jelas menunjukkan bahwa bagi orang percaya, pendekatan yang benar adalah perlu agar hidup kita tenteram. Itu dimulai dengan anjuran agar kita tidak kuatir tentang apa pun juga. Ini tidak mudah dilakukan, karena setiap orang cenderung kuatir atas apa yang tidak dapat dikontrolnya. Mereka yang menderita dan membutuhkan sesuatu, sering merasa Tuhan itu jauh dan tidak terjangkau sekalipun dengan doa yang sering diucapkan. Sebaliknya, mereka yang kelihatannya nyaman hidupnya belum tentu tidak pernah kuatir. Malahan, jika sesuatu yang tidak terduga datang, mereka sering merasakan berbagai ketakutan; apalagi jika mereka sebelumnya jarang berdoa dan tidak tahu bagaimana harus berdoa.

Ayat di atas yang ditulis oleh Rasul Paulus bunyinya seakan mirip dengan “positive thinking” yang diajarkan oleh banyak guru dan motivator di zaman ini. Lupakan kekuatiranmu! Tetaplah positif! Tetapi ayat ini juga mengajarkan agar kita menyatakan segala keinginan kita kepada Tuhan dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Doa yang sedemikian seharusnya menggantikan segala kekuatiran kita. Ini seakan lebih mudah dikatakan daripada dijalankan, apalagi bagi mereka yang hidupnya dalam penderitaan atau merasa bahwa akhir hidupnya sudah dekat. Tetapi, penulis ayat ini adalah orang yang mengalami berbagai penderitaan dan kekurangan; jadi, apa yang ditulisnya sudah tentu bukan hanya kata-kata kosong tak berarti.

Dengan mengingat bagaimana Yesus berdoa dengan khusyuk kepada Bapa di taman Getsemani, kita akan menyadari bahwa berdoa adalah cara komunikasi yang sangat penting dengan Tuhan, sesuatu yang diajarkan Tuhan untuk kebaikan manusia sendiri. Kebiasaan berdoa secara teratur bisa membuat umat Kristen yakin bahwa Tuhan itu dekat dan pengasih. Melalui komunikasi dengan Tuhan, kita bisa makin mengenai-Nya. Jika kita kenal baik dengan Dia, kita bisa menerima bahwa kehendak-Nyalah yang harus terjadi. Apa yang harus kita lakukan hanyalah mempersilakan Roh Kudus untuk membimbing kita dalam kita berkomunikasi dengan Tuhan kita yang mahakasih.

“Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” Roma 8: 26

Jika ada oknum yang tidak menyenangi kita berdoa, itu adalah iblis. Ia dengan segala tipu muslihatnya, berusaha membuat manusia untuk segan dan malas untuk berdoa. Iblis tidak hanya berusaha menghentikan usaha kita untuk mendisplinkan diri untuk berdoa secara teratur, ia juga membuat hidup kita terasa sibuk dan sukses sehingga kita lupa atau tidak merasakan perlunya untuk melibatkan Tuhan dalam segala segi kehidupan kita. Pada pihak yang lain, iblis jugalah yang menyebabkan kita merasa malu atau segan untuk mendekati Tuhan yang mahakudus dengan berbagai tuduhannya yang keji.

Kita harus menyadari bahwa dalam keadaan apa pun, Tuhan yang mahakuasa selalu lebih besar dari masalah kita. Kasih-Nya kepada kita juga sangat besar, dan Ia mempunyai rencana yang baik untuk kita. Semua itu terbukti dengan penebusan dosa kita oleh darah Yesus. Dengan mengingat bahwa Tuhan itu mahakuasa dan mahakasih, biarlah kita bisa mempunyai rasa syukur karena Ia tidak pernah meninggalkan kita. Dan dengan rasa syukur itu, kita akan bisa memohon segala apa yang kita butuhkan, agar itu bisa terjadi apabila sesuai dengan kehendak-Nya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s