Jawab mereka: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. Kisah 16: 31-32

Ayat di atas (Kisah 16: 13-34) mengisahkan pengalaman Paulus dan Silas yang mengabarkan Injil dan mengusir setan di Filipi. Dengan hasutan beberapa penduduk Filipi, mereka berkali-kali didera dan bahkan dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh, dan sesuai dengan perintah itu, ia memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat. Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Kemudian, terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu penjara dan terlepaslah belenggu mereka semua.
Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri. Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: ”Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!”. Lalu Paulus dan Silas memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah. Happy ending.
Pertobatan dan penyerahan kepala penjara itu tampaknya seperti akhir sebuah film yang bisa membuat para penonton merasa gembira dan melihat bahwa semua penderitaan Paulus dan Silas ternyata ada gunanya. Menjadi orang percaya yang akan masuk ke surga ternyata tidak sukar. Tetapi, bagi banyak orang Kristen, perasaan yakin bahwa mereka akan menuju ke surga pada akhir hidup mereka mungkin belum terasa. Apalagi, semakin tua usia kita, mungkin kita makin sadar bahwa kita belum betul-betul berhasil untuk menjadi umat-Nya yang baik. Jika kita membandingkan hidup kita dengan hidup mereka yang dermawan atau penuh dengan pengetahuan Alkitab, kita mungkin merasa minder atau putus asa, karena takut kalau-kalau Tuhan menolak kita. Kita mungkin merasa bahwa kita tidak cukup saleh untuk menjadi orang percaya yang akan masuk ke surga.
Bagi banyak orang non-Kristen, perasaan gundah karena tidak adanya jaminan keselamatan adalah disebabkan oleh pengertian yang keliru, bahwa manusia hanya bisa masuk ke surga setelah dapat sepenuhnya mengubah hidupnya, dari hidup yang mementingkan diri sendiri menjadi hidup untuk kemuliaan Allah. Dalam agama lain memang diajarkan bahwa karena Tuhan itu suci, Ia hanya dapat menerima mereka yang suci hidupnya atau yang telah bersedekah dengan murah hati. Oleh karena itu banyak orang yang tidak dapat yakin kalau mereka akan dinyatakan cukup baik oleh Allah setelah meninggalkan dunia.
Dalam agama Kristen pun ada banyak orang percaya yang tidak yakin akan keselamatan mereka, bukan karena mereka merasa belum cukup suci atau beramal, tetapi karena pikiran Tuhan yang sulit diduga. Apalagi mereka yang sangat menonjolkan aspek kemahakuasaan Tuhan mungkin percaya bahwa adalah hak Tuhan kalau Ia sudah memutuskan dari awalnya untuk mencampakkan orang-orang tertentu ke neraka. Mereka mungkin percaya bahwa apa pun yang mereka perbuat dalam hidup ini, atau bagaimana pun kuatnya iman mereka, adalah Tuhan yang sudah memutuskan siapa yang akan ke surga. Dengan demikian, Injil bagi sebagian orang Kristen adalah bukan kabar baik, tetapi kabar buruk; dan itu karena mereka tidak tahu apakah Tuhan benar-benar mengasihi mereka. Bukan happy ending, tapi sad ending.
Ayat mas kita di atas sebenarnya adalah sebuah contoh kabar baik dalam Alkitab. Bagaimana seseorang yang tidak mengenal Kristus sudah diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk melihat jalan kebenaran. Kepala penjara yang dulunya merasa bahwa hidupnya sudah tamat karena semua tawanan diduganya sudah melarikan diri, kemudian bisa melihat kebesaran Tuhan melalui Paulus dan Silas. Mengapa begitu? Tentunya semua itu terjadi karena Tuhan bermaksud untuk menyelamatkan dia, dan juga keluarganya. Mengapa begitu mudah bagi mereka itu untuk menerima “karcis” ke surga? Semua orang yang percaya kepada Kristus dapat menyadari dosa mereka dan perlunya penebusan dengan darah Kristus, ketika mereka mendapat bimbingan Roh Kudus yang membuat mereka sadar akan adanya satu-satunya jalan menuju keselamatan. Yesus menerima kepala penjara itu dan seisi rumahnya sebagaimana adanya. Mereka tidak dapat membuktikan bahwa mereka sudah layak untuk diselamatkan, tetapi mereka yakin akan keselamatan dari Yesus.
Seperti kepala penjara itu, keselamatan kita bukan tergantung pada pengetahuan alkitab, perbuatan baik dan hidup saleh kita. Tidak ada seorang pun yang baik di hadapan Tuhan, dan tidak ada orang yang bisa diselamatkan jika Tuhan menuntut kesempurnaan hidup kita. Sekalipun kita sudah rajin ke gereja atau mempelajari firman Tuhan, itu tidak akan bisa membuat kita tergolong sebagai umat- Nya jika bukan Tuhan sendiri yang memilih kita dan membimbing kita sehingga kita mempunyai kesadaran bahwa Tuhan adalah mahasuci dan mahakasih. Tidak ada seorang pun yang bisa menjadi cukup layak untuk berdiri di hadapan Tuhan yang mahasuci, tetapi Tuhan yang mahakasih sudah memberikan Yesus sebagai jaminan untuk ganti dosa kita.
Pagi ini, jika kita mengharapkan jaminan keselamatan Tuhan, kita harus bisa berpikir positif – bahwa jika kita benar-benar percaya kepada Yesus, itu sudah cukup untuk menyatakan bahwa kita adalah milik Tuhan. Tuhanlah yang dengan Roh Kudus-Nya akan membimbing kita dalam menjalani hidup kita dan membuat kita ingat akan kasih-Nya. Dengan itu kita tidak ragu untuk melalui jalan kehidupan kita sebagai umat-Nya, dan pada waktunya menuju tempat tujuan akhir kita, yaitu surga,