Menunggu dan berharap kepada Tuhan

“Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku!” Mikha 7: 7

Pernahkah anda menunggu berita yang sangat anda harapkan, tetapi itu tidak kunjung datang? Berjam-jam, dan bahkan berhari-hari anda sudah menunggu, dan bulan-bulan pun kemudian lewat tanpa ada tanda-tanda kapan munculnya berita itu. Rasa ragu kemudian mungkin muncul, jangan-jangan penantian anda akan menjadi sia-sia. Memang, jika kita tidak tahu apa yang akan terjadi, ketidaktahuan itu bisa membuat datangnya kesengsaraan.

Banyak anak kecil di Australia di saat ini yang menantikan datangnya Natal dengan hati yang berdebar-debar. Natal adalah satu hari besar di mana mereka akan merayakannya dalam keluarga, dan saat di mana mereka akan menerima hadiah Natal dari orang tua mereka. Hari demi hari mereka menunggu, tetapi hari Natal terasa tidak kunjung tiba. Karena itu mereka mungkin gelisah memikirkan hadiah apa yang akan mereka terima.

Dalam hal kecil maupun besar, memang orang bisa gelisah ketika harus menunggu. Jika dalam hal kecil orang mungkin mampu mengatasi kegelisahan dengan melupakan hal itu, dalam hal besar orang mau tidak mau selalu memikirkannya. Bagaimana masa depanku? Apa yang akan terjadi pada keluargaku? Perubahan apa yang akan terjadi dalam negaraku? Apakah kekacauan ekonomi akan terjadi di dunia?

Nabi Mikha juga mengalami kegundahan hati yang berat pada saat ia melihat bahwa bangsa Israel semakin menjauhi Tuhan. Ia melihat bahwa tidak ada seorang pun yang bisa diharapkan. Bagaimana ia bisa merasa damai jika masa depan seluruh bangsa terlihat suram?

“Orang saleh sudah hilang dari negeri, dan tiada lagi orang jujur di antara manusia. Mereka semuanya mengincar darah, yang seorang mencoba menangkap yang lain dengan jaring. Tangan mereka sudah cekatan berbuat jahat; pemuka menuntut, hakim dapat disuap; pembesar memberi putusan sekehendaknya, dan hukum, mereka putar balikkan!” Mikha 7: 2 – 3

Keadaan bangsa Israel pada waktu itu memang sangat buruk, sampai- sampai rasa persahabatan, kekeluargaan dan kesatuan dalam negara, menjadi hancur berkeping-keping. Rasa curiga kepada orang-orang yang ada menjadi meningkat, dan banyak orang merasa bahwa orang lain berniat untuk mencelakakan mereka.

“Orang yang terbaik di antara mereka adalah seperti tumbuhan duri, yang paling jujur di antara mereka seperti pagar duri; hari bagi pengintai-pengintaimu, hari penghukumanmu, telah datang, sekarang akan mulai kegemparan di antara mereka! Janganlah percaya kepada teman, janganlah mengandalkan diri kepada kawan! Jagalah pintu mulutmu terhadap perempuan yang berbaring di pangkuanmu! Sebab anak laki-laki menghina ayahnya, anak perempuan bangkit melawan ibunya, menantu perempuan melawan ibu mertuanya; musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.” Mikha 7: 4 – 6

Pagi ini, di mana pun kita berada, ada kejadian-kejadian yang bisa membuat kita gundah, merasa kuatir untuk menghadapi masa depan. Kita mungkin sudah lama mengharapkan datangnya perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi sering kali justru membuat keadaan menjadi semakin tidak menentu. Berapa lama lagi kita harus menunggu? Adakah yang baik, yang masih bisa kita harapkan?

Nabi Mikha tidak mempunyai harapan kepada orang-orang di sekitarnya. Ia juga tidak dapat berharap bahwa keadaan akan berubah dengan sendirinya. Tetapi ia tahu bahwa Tuhanlah yang mempunyai rancangan dan Ialah yang mampu untuk melaksanakannya. Karena itu, nabi Mikha tetap percaya bahwa Tuhanlah yang akan menolong bani Israel pada waktunya. Nabi Mikha tetap menunggu-nunggu TUHAN, dan mengharapkan Allah untuk menyelamatkan dia; karena ia percaya bahwa Allah akan mendengarkannya. Itu jugalah yang harus tetap kita lakukan sekarang ini dalam menyambut datangnya hari Natal. Yesus yang sudah datang ke dunia adalah kunci keselamatan kita!

“Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” 1 Petrus 1: 8 – 9

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s