Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa” Lukas 2: 10

Natal adalah saat di mana orang Kristen memperingati kelahiran Yesus di dunia. Pada umumnya, perayaan Natal dirayakan dalam suasana gembira, dan karena itu banyak orang yang merayakannya sekalipun mereka tidak mengerti makna Natal. Walaupun hari Natal adalah hari raya umum yang paling meriah di negara barat, hari itu bukanlah hari yang paling signifikan untuk orang Kristen. Sebaliknya, hari Paskah, hari kebangkitan Yesus, adalah hari yang paling penting karena tanpa kebangkitan-Nya iman kita akan menjadi sia-sia.
Hari Natal, hari yang kita rayakan dengan sukacita, sebenarnya hari yang berat bagi Maria dan Yusuf. Mereka telah melakukan perjalanan yang cukup jauh dan tidak dapat menemukan tempat penginapan yang layak untuk melahirkan bayi Yesus. Dalam keadaan sedemikian, kita bisa membayangkan bahwa Maria dan Yusuf tentunya merasa sangat lelah. Mereka terpaksa bermalam di sebuah kandang hewan, dan Maria kemudian melahirkan bayi Yesus di sebuah palungan. Semua itu tidak menunjukkan kemewahan yang biasanya kita lihat pada saat kelahiran seorang anak raja.
“Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.” Lukas 2: 6 – 7
Seperti Maria dan Yusuf, dalam kehidupan sehari-hari sering manusia merasa lelah. Kesibukan di kantor, sekolah maupun rumah tangga sering kali membuat kita jenuh. Mereka yang bekerja di ladang Tuhan juga kerap kali merasa penat baik secara jasmani maupun rohani. Rasa lelah terasa lebih parah jika kita merasa sudah berusaha sebaik mungkin tetapi tidak mendapat hasil yang kita harapkan. Hari demi hari dilewatkan dengan tugas rutin tanpa ada harapan untuk mendapatkan perubahan.
Pada saat Yesus dilahirkan di Betlehem, ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Mereka yang hidup sederhana dan harus bekerja keras untuk menjaga domba-domba mereka agaknya tidak mempunyai masa depan yang cerah. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” Kabar gembira ini membuat para gembala menjadi orang pertama yang melihat Yesus sang Penebus yang membebaskan manusia dari kematian.
Kabar baik yang disampaikan malaikat kepada para gembala, membuktikan kasih Tuhan bagi mereka yang sederhana hidupnya, bahkan mereka yang hidup dalam penderitaan dan kekurangan. Yesus datang untuk menyelamatkan mereka yang kekurangan dan tersingkir, untuk orang yang sakit dan merana. Mereka yang hidup menderita justru lebih dapat merasakan besarnya kasih dan kemurahan Tuhan.
Rasul Paulus pernah juga mengungkapkan penderitaannya dalam hidup sebagai rasul Tuhan. Paulus menulis bahwa ia sudah banyak berjerih lelah dan bekerja berat; dan kerap kali ia tidak tidur; ia sering lapar dan haus; kerap kali dia harus berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian (2 Korintus 11: 27). Jika Paulus adalah orang yang tidak kuat imannya, ia mungkin akan mengalami kekecewaan yang besar karena adanya orang-orang yang tidak menghargai segala pengurbanannya untuk jemaat di Korintus. Apalagi ia mempunyai masalah kesehatan kronis yang tidak kunjung sembuh sekalipun ia sudah memohon kesembuhan tiga kali. Bukannya menyembuhkan Paulus, Tuhan justru berkata bahwa kasihNya kepada Paulus sudah cukup. Dengan jawaban Tuhan itu, Paulus bisa makin merasakan bahwa hidupnya tergantung kepada Tuhan.
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” 2 Korintus 12: 9a
Pagi ini jika kita bangun dari tidur dan merasa masih sangat lelah baik dalam hal lahir maupun batin, itu mungkin disebabkan oleh hal-hal dan suasana yang kita hadapi. Apalagi jika penghargaan, simpati dan empati orang lain tidak pernah kita terima. Keadaan yang demikian memang bisa membuat kita merasa sangat lemah dalam menghadapi hidup ini. Tetapi, jika kita mengingat kabar baik yang disampaikan kepada para gembala, dan juga jawaban Tuhan atas permohonan rasul Paulus, biarlah kita juga bisa bersikap seperti mereka yang mengharapkan pertolongan Tuhan, yang percaya bahwa dalam kesulitan, kelelahan dan penderitaan, Tuhan akan menampakkan kuasa-Nya.
“Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku”. 2 Korintus 12: 9b